Salah satu peninggalan Sunan Bonang di Tuban adalah Sumur Srumbung. Berada di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban Kota, sumur tersebut masih dimanfaatkan hingga kini.
Tak hanya warga setempat, namun para peziarah juga banyak menyempatkan untuk sekadar melihat dan mengambil airnya secara langsung. Sedangkan warga setempat banyak memanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.
Sumur Srumbung sendiri bentuknya sekilas mirip kolam tempat air berbentuk kotak dengan kedalaman 3 meter. Namun dari bawahnya air segar terus mengalir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tembok dan atap genting berbentuk pendopo dibangun untuk menaungi Sumur Srumbung. Meski dekat dengan laut, namun air Sumur Srumbung tak asin. Air yang mengalir juga sangat jernih.
Tampak sejumlah ikan berwarna hitam dan putih berenang di sekitar sumur tersebut. di samping bangunan terdapat dua bilik untuk wudu laki-laki dan perempuan.
Irqam, salah satu warga setempat mengatakan masyarakat setempat hampir setiap hari memanfaatkan sumur Srumbung. Ini karena sumber air tak pernah habis meski sedang musim kemarau.
"Ya setiap hari pasti digunakan warga nggak pernah habis airnya meski kemarau. Terkadang kalau pas waktunya ramai orang ziarah ke makam Kanjeng Sunan Bonang, mereka tak lupa mampir ke sini (Sumur Srumbung untuk ambil air dibawa pulang, ada yang yang bilang ngalab berkah," ujar Irqam, Selasa (28/3/2023).
![]() |
Sementara itu, Sekretaris Yayasan Mabarot Makam Sunan Bonang, Hidayaturrohman menjelaskan Sumur Srumbung merupakan jejak kesaktian atau karomah dari Sunan Bonang yang hingga kini masih bisa dirasakan.
Menurutnya, sumur tersebut ada berawal saat ada seorang pendeta atau Brahmana dari India yang hendak mengajak adu ilmu dan kesaktian dengan Sunan Bonang. Saat itu, sang Brahmana kemudian berangkat dengan mengendarai kapal menuju ke Jawa.
Setiba di perairan Tuban, rupanya kapal Brahmana tersebut dihantam ombak dan karam. Hal ini membuat seluruh kitab-kitab yang hendak dipakai untuk adu ilmu dengan Sunan Bonang juga turut hilang di tengah laut.
Tapi beruntung, Brahmana itu selamat dan berhasil mendarat di pantai Tuban. Saat itu kemudian ia bertemu Sunan Bonang yang sedang melintas di pantai. Tiba-tiba, Sunan Bonang menancapkan tongkatnya lalu keluar air dan mengeluarkan kitab-kitab milik Brahmana yang hilang tenggelam.
![]() |
Melihat hal itu, sang Brahmana kaget dan langsung bersimpuh mengakui kehebatan Sunan Bonang. Tak hanya itu, Brahmana pun bersedia masuk Islam dan menjadi murid Sunan Bonang.
"Ada seorang pendeta itu ingin bertemu dan mengadu kesaktian namun setelah melihat kanjeng sunan dengan karomah yang diberikan Allah kepada beliau, sang pendeta mengurungkan niatnya," tutur Hidayaturrohman.
Karena masih terus mengeluarkan air, Sunan Bonang lalu memerintahkan untuk membuat Srumbung. Ini bertujuan agar air yang keluar tidak melebar ke mana-mana dn bisa tertampung.
"Agar air tidak semakin membesar dan melebar diperintah lah para santri beliau untuk membuat Srumbung atau pagar," tandas Hidayaturrohman.
(abq/iwd)