Nama resminya Roudhotul Musyawarah atau biasa disebut Masjid Kemayoran. Masjid ini merupakan hadiah dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Masjid yang berada di Jalan Indrapura, Surabaya atau tepat di seberang Gedung DPRD Jatim ini didirikan sejak tahun 1932. Pembangunannya merupakan inisiasi dari pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan tanah tempat berdirinya merupakan bekas milik seorang mayor tituler Belanda.
Pegiat Sejarah Kota Surabaya Kuncarsono Prasetyo menjelaskan awalnya Masjid Kemayoran letaknya di Alun-alun Surabaya atau Tugu Pahlawan saat ini. Namanya dahulu yakni Masjid Surapringga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, lanjut Kuncar, Masjid Surapringga digusur paksa oleh Pemerintah Hindia Belanda waktu itu. Penggusuran itu dilakukan untuk kepentingan perluasan bastion atau sudut yang menjorok keluar dari dinding benteng.
"Masjid Kemayoran itu sebenarnya Masjid Jami' yang terletak di Alun-alun Surabaya. Kawasan Tugu Pahlawan saat ini ya Alun-alun Surabaya waktu itu. Nah masjid itu ada di sana," tutur Kuncar kepada detikJatim.
"Tapi akhir abad 18 itu Kota Surabaya oleh Belanda dipagari benteng. Nah masjid itu kena proyek perluasan bastion benteng dan dibongkar," tambah Kuncar.
Menurut Kuncar, pembongkaran masjid sempat mendapat perlawanan. Salah satunya dari imam masjid bernama Kiai Badrun. Namun perlawanan tersebut diredam dan Kiai Badrun gugur ditembak.
![]() |
Atas aksi heroiknya itu, masyarakat setempat kemudian memberi gelar Kiai Sedo Masjid. Jenazah Kiai Badrun lalu dimakamkan di kawasan selatan Tugu Pahlawan.
"Makamnya sekarang masih ada. Nah tempat tertembaknya Kiai Sedo ini kemudian dikenal dengan kawasan Tembaan," ujar pria yang juga inisiator Komunitas Begandring Soerabaia.
Tujuh puluh tahun berlalu, peristiwa penggusuran masjid dan gugurnya Kiai Badrun disesali Pemerintah Hindia Belanda. Sebagai kompensasi, Belanda bersedia menghibahkan tanah dan menginisiasi bangunan pengganti Masjid Surapringga yang telah digusur.
"Setelah peristiwa pembongkaran masyarakat Surabaya tidak punya Masjid Jam'i. Nah 70 tahun kemudian Belanda menginisiasi kembali pembangunannya," jelas Kuncar.
"Belanda kemudian membeli sebidang tanah milik seorang Tionghoa bergelar mayor tituler (jabatan penghargaan) dan didirikan masjid itu. Nah, orang kemudian mengenalnya dengan Masjid Kemayoran," jelasnya.
Kuncar menyebut, Masjid Kemayoran bisa dikatakan satu-satunya bangunan yang diinisiasi oleh Belanda. Bahkan pembangunannya diputuskan langsung oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda waktu itu.
![]() |
"Masjid Kemayoran itu satu-satunya yang diinisiasi Belanda melalui keputusan Gubernur Jenderal melalui Residen Surabaya, Bupati Kromojoyo. Jadi, itu masjid hadiah karena peristiwa 70 tahun yang lalu," terang Kuncar.
Menurut Kuncar, karena hadiah dari Hindia Belanda, masyarakat sempat tidak mau memanfaatkan Masjid Kemayoran. Namun seiring waktu, akhirnya masjid dimanfaatkan dan masih berdiri hingga kini.
"Iya, sempat lama tidak digunakan. Ya karena itu, karena masjid hasil hadiah dari Belanda. Tapi ya lama-lama akhirnya dimanfaatkan," pungkas Kuncar.
(abq/iwd)