Riwayat Masjid Al Abror, Saksi Tersebarnya Syiar Islam di Sidoarjo

Jelajah Ramadhan

Riwayat Masjid Al Abror, Saksi Tersebarnya Syiar Islam di Sidoarjo

Amir Baihaqi - detikJatim
Jumat, 24 Mar 2023 03:01 WIB
Masjid Al Abror Sidoarjo
Arsitektur asli gerbang Masjid Al Abror yang masih utuh (Foto file: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo - Nama awalnya adalah Masjid Jami atau Jamek kemudian berganti menjadi Al Abror. Masjid yang terletak di Dusun Kauman, Kelurahan Pekauman, Kecamatan Kota Sidoarjo ini dibangun pada 1678.

Takmir Masjid Muhammad Alfan mengatakan Masjid Al Abror dibangun oleh Mbah Moelyadi yang berasal dari Mataram. Saat membangun, Mbah Moelyadi dibantu oleh dua orang dari Madura yakni Mbah Badriyah, Mbah Muso, dan Mbah Sayid Salim dari Cirebon.

"Masjid Al Abror dibangun pada tahun 1678 oleh satu orang yang berasal dari Mataram. Dan dibantu oleh dua orang dari Madura dan dan satu dari Cirebon," kata Alfan.

Keempat tokoh yang membangun masjid Al Abror tersebut kini dimakamkan di kompleks masjid secara berdampingan. "Mereka berempat merupakan pendiri Masjid Al Abror, saat ini dimakamkan di lokasi masjid ini," ujar Alfan.

Masjid Al Abror erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Sidoarjo dan siar Islam di Kota Delta yang kala itu masih bernama Kabupaten Sidokare.

Sidokare sampai dengan tahun 1851 merupakan bagian dari Kadipaten Surabaya. Saat itu, Sidokare dipimpin oleh R. Ng Djojoharjo yang tinggal di Kampung Pucang Anom.

Masjid Al Abror SidoarjoMakam Mbah Moelyadi pendiri Masjid Al Abror Sidoarjo (Foto: Suparno)

Kemudian pada 31 Januari 1859 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan keputusan untuk memisahkan Sidokare dari Surabaya. Dengan demikian Sidokare tidak lagi menjadi bagian dari Surabaya dan berdiri sebagai kadipaten sendiri yang dipimpin oleh seorang bupati.

Bupati yang memimpin Sidokare saat itu bernama R Notopuro yang merupakan anak dari bupati Surabaya R.A.P Tjokronegoro. Pada saat memimpin Sidokare ini, Notopuro tinggal di Pandean lalu merenovasi masjid di Pekauman atau masjid Al Abror ini.

"Pada saat itu bangunan yang tidak direnovasi hanya pintu gerbang di sisi utara masjid yang dicat putih. Dan petunjuk waktu pertanda salat dengan sinar matahari yang berada di depan masjid," terang Alfan.

Tiga tahun setelah menetap di Pandean, Bupati Notopuro lantas memindahkan rumah kabupaten dari Pandean ke Pucang atau ke Wates. Tak lama, Notopuro selanjutnya membangun masjid Jami yang baru atau Masjid Agung saat ini.

Masjid Al Abror SidoarjoMasjid Al Abror Sidoarjo kini (Foto: Suparno)

"Cerita pendirian Masjid Al Abror erat kaitannya dengan sejarah siar agama Islam di Sidoarjo serta berdirinya Kabupaten Sidoarjo," tutur Alfan.

Masjid Al Abror mengalami renovasi yang terakhir pada 2007. Kala itu Sidoarjo dipimpin Bupati Win Hendrarso dan hampir seluruh bangunan diubah hingga seperti saat ini.


(abq/iwd)


Hide Ads