Wujud Situs Bhre Kahuripan di Desa Klinterejo, Sooko, Mojokerto kian gamblang pascaekskavasi tahap 5 yang berlangsung selama 1 bulan. Situs seluas 6 hektare itu ternyata merupakan kompleks bangunan yang terdiri dari bangunan suci Candi Tribhuwana Tunggadewi serta bekas permukiman kuno.
Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan selama 1 bulan dilakukan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jatim. Yakni sejak 24 Oktober-23 November 2022. Tim ekskavasi menuntaskan penggalian pada 5 sektor sekaligus. Kini mereka fokus mengukur dan menggambar hasil ekskavasi.
Sektor pertama ada di sebelah utara Candi Tribhuwana Tunggadewi. Di titik ini tim ekskavasi menemukan struktur dinding kuno berbahan bata merah setebal 50 cm. Bangunan dinding itu berbentuk persegi panjang dengan panjang dari utara ke selatan 9 meter dan lebar timur ke barat 4 meter. Tinggi struktur yang tersisa hanya 4-5 lapis bata merah.
Ada sisa tangga masuk di sisi barat struktur selebar 100 cm yang ditemukan. Lebar anak tangga yang tersisa hanya 20 cm. Di tengahnya terdapat struktur kubus mengerucut seluas 50 x 50 cm persegi. Masing-masing bata penyusunnya berdimensi 32 x 22 x 7 cm. Bangunan ini diperkirakan masih berkaitan dengan Candi Tribhuwana Tunggadewi.
"Interpretasi kami bangunan ini terkait pemujaan, bisa jadi sebuah altar (yang menghadap ke Candi TribhuwanaTunggadewi), tapi kami masih menggali data lagi," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Bhre Kahuripan dari BPK Wilayah XI Jatim Muhammad Ichwan kepada detikJatim, Jumat (25/11/2022).
Sektor kedua di sebelah barat Candi Tribhuwana Tunggadewi tepatnya di lapangan sepakbola Desa Klinterejo yang membujur dari utara ke selatan. Penggalian arkeologi sebelumnya menemukan struktur sisa gapura di sudut tenggara lapangan. Ternyata bangunan purbakala ini menyambung dengan dinding tebal yang membujur ke utara.
Ekskavasi tahap 5 menggali struktur dinding tersebut. Hasilnya, ditemukan struktur berbahan bata merah kuno dari gapura membentang ke utara sepanjang 30 meter. Tebal pagar ini mencapai 98 cm, tinggi struktur yang tersisa 5-7 lapis bata merah.
Struktur ini berbelok ke barat sehingga membentuk sudut timur laut di lapangan sepakbola. Di bawah pagar yang membentuk sudut timur laut juga ditemukan struktur fondasi besar seluas 290 x 290 meter persegi.
Dari sudut timur laut struktur itu juga ditemukan bangunan pagar kuno setebal 98 cm. Pagar itu membentang dari timur ke barat sepanjang 45 meter sehingga membelah bagian tengah lapangan sepakbola.
Tinggi struktur yang tersisa juga hanya 5-7 lapis bata merah. Ditemukan juga struktur yang menonjol di sebelah utara dan selatan pagar ini semacam pilaster. Jarak antar tonjolan struktur bervariasi, antara 7-11 meter. Di ujung baratnya atau di sudut barat laut, struktur pagar ini berbelok ke utara-selatan membentuk semacam pertigaan.
"Untuk struktur yang berlanjut ke arah utara belum kami gali karena terbatasnya waktu. Struktur yang ke arah selatan dari sudut barat laut sudah kami gali seluas 14 x 6 meter persegi," ujar Ichwan.
Struktur pagar yang membentang dari utara ke selatan dari sudut barat laut ternyata lebih tebal. Yaitu mencapai 135 cm dengan panjang yang sudah ditemukan 14 meter. Di sebelah timur tembok kuno ini ditemukan 2 struktur yang masing-masing berukuran 2x2 meter persegi. Sedangkan di sebelah baratnya hanya ditemukan 1 struktur yang sama.
Menurut Ichwan, struktur di sisi timur dan barat ini hanya menempel pada pagar. "Di sektor lapangan untuk sementara struktur yang ditemukan berdenah U karena struktur selatan yang membujur dari timur ke barat belum kami temukan," jelasnya.
Di sebelah barat lapangan sepakbola terdapat bangunan balai tani milik Desa Klinterejo. Lapangan dengan balai tani hanya dipisahkan jalan cor. Area di sebelah utara balai tani menjadi sektor ketiga dalam ekskavasi tahap 5 Situs Bhre Kahuripan.
Di lokasi itu juga ditemukan pagar kuno setebal 96 cm. Hanya saja ujung utaranya sudah hilang karena aktivitas produksi bata merah dan pertanian warga setempat. Struktur ini membujur ke selatan sampai halaman balai tani. Ujung selatan struktur juga belum ditemukan lantaran belum digali.
Hipotesis Tim Ekskavasi Candi. Baca di halaman selanjutnya.
(dpe/iwd)