Dari 15 cagar budaya peringkat nasional yang ditetapkan MendikbudristekNadiem Anwar Makarim, 2 cagar budaya kategori struktur atau bangunan ada di Surabaya. Keduanya adalah GedungPTPN XI di Jalan Merak dan Gedung NIASFakultas Kedokteran UnairSurabaya.
Pegiat sejarah di Komunitas Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyomengatakanseharusnya GedungPTPN XI dan Gedung NIASFK Unairtidak hanya memperoleh penetapanmelainkan juga penyelamatan dan pemanfaatan.
Untuk gedung PTPN XI, Kuncarsono menerangkan bahwa lokasi itu dulu merupakan gedung bersejarah yang dimiliki Handels Vereeniging Amsterdam atau Asosiasi Pedagang Amsterdam yang notabene menangani kegiatan ekspor gula ke luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung di kawasan Surabaya Utara itu mulai dibangun sejak 1920 sampai 1921. Kemudian diresmikan pada 18 April 1925 pasca dirancang oleh arsitek Marius dari biro Hulswit, Fermont and Ed. CuypersGaya.
Pantauan detikJatim, bangunan itumengusung gaya eklektisisme. Ada sejumlah unsur budaya tradisional khas Jawa yang melekat di sejumlah relief dan ukiran yang terinspirasi dari beragam candi di Jatim.
![]() |
Pada 30 September hingga 1 Oktober 1945 gedung itu dijadikan gudang senjata oleh Angkatan Darat Jepang di Jatim. Tepatnya di bawah pimpinan Mayor Jenderal Iwabe.
Lalu, gedung itu dikuasai dan dijadikan markas Comando Militer Djawa Timur (CMDT) dan Kementerian Pertahanan di bawah pimpinan Dr. Moestopo.
"Itu (PTPN XI) di jaman Jepang kodamnya Jatim. Pernah jadi markas tentara Jatim sejak zaman Jepang sampai merdeka," kata pria yang akrab disapa Kuncaritu kepada detikJatim,Sabtu (12/11/2022).
Ia menjelaskan bahwa semua ahli arsitektur menyebutkan bahwa PTPN XI adalah bangunan terindah dan mahal. Sebab, dari semua bangunan cagar budaya di Surabaya, hanya PTPN XI yang berkarya seni 'ciamik', terkesan mahal, megah, nan eksotis.
"Karena semua ornamen struktur bangunan diimpor dari Belanda. Ada catatannya. Misalnya temboknya ditempel relief dengan bahan keramik dan diimpor dari Belanda, ada artis yang membuatnya dan ada importirnya sendiri. Semuanya dilapisi keramik. Itu satu-satunya di Surabaya bangunan yang full ornamen impor. Kondisinya utuh dan tidak ada yang berubah, termasuk mebel dan apa pun di dalamnya," ujarnya.
"Saya rasa, itu yang paling keren dan tidak ada yang berubah, baik interior dan eksterior. Itu yang bikin dia istimewa," sambungnya.
Sekolah kedokteran pertama sejak era Belanda. Baca di halaman selanjutnya.
Sementara Gedung Nias FK Unair di Jalan Mayjend Prof DrMustopo Surabaya juga tidak kalah bersejarah. Kuncarmenjelaskan, mulanya pada 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia lalu direorganisasi menjadi School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA).
Pada 8 Mei 1913, sekolah kedokteran pertama pun didirikan di Surabaya bernama Netherlandsch Indische Artsen School (NIAS).
"NIAS diresmikan pada 1 Juli 1913, sedangkan pendidikannya dimulai pada 15 Juli 1913," tuturnya.
Kuncar mengungkapkan, NIAS adalah salah satu sekolah dokter yang sudah ada sejak Belanda masih berkuasa. Bahkan, dengan tujuan untuk mendidik dokter muda yang bisa langsung bekerja dan melayani kesehatan publik.
Pembangunan gedung NIAS dirancang Ir FL Wiemans dan mulai dikebut pengerjaannya pada 1920. Pada 2 Juli 1923, NIAS pindah ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang ada di Jalan Mayor Jenderal Prof Dr Moestopo Nomor 47.
"Lokasinya di Jalan Profesor Doktor Mustopo, nama NIAS itu singkatan Netherlands Indische Artsen School atau Sekolah Dokter Jawa Hindia Belanda yang sekarang jadi FK Unair. Sampai sekarang. Gedungnyanggak berubah, termasuk interiornyajuga nggak berubah," katanya.