Urban Legend

Riwayat Kiai Moenasir: Perang Gerilya-Kawal 14 Anak Jadi Sarjana

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Kamis, 03 Nov 2022 15:30 WIB
Kiai Moenasir/Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim
Mojokerto -

Kiai Muhammad Moenasir Ali lahir di keluarga kaya raya. Namun, Komandan Batalyon (Danyon) Condromowo yang dikenal ahli perang gerilya ini memilih meninggalkan kemewahan.

Sejak kecil Moenasir menimba ilmu di sejumlah pesantren. Lalu mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaan RI.

Isno Woeng Sayun dalam bukunya berjudul Biografi Kiai Mojokerto menjelaskan, Moenasir lahir di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto pada 2 Maret 1919 dari pasangan Haji Ali dan Hasanah.

Ayahnya menjabat kepala desa atau lurah yang kaya raya di desa tersebut. Selain itu, Haji Ali juga disegani masyarakat setempat karena wibawanya.

Saking kayanya, Haji Ali mampu mewariskan sawah dan rumah besar kepada semua anaknya. Termasuk kepada Moenasir. Sehingga rumah-rumah bagus di Desa Modopuro pada zaman itu hanyalah milik Haji Ali dan anak-anaknya.

Namun, Moenasir kecil tak pernah membanggakan kekayaan orang tuanya. Ia justru lebih banyak bermain di Desa Pekukuhan, desa di selatan Modopuro.

"Ada yang bilang kalau di Desa Pekukuhan ada seorang gadis cantik yang menjadi idamannya. Adalah Bu Nyai Muslichah, wanita cantik anak KH Achmad Dahlan yang menarik hatinya," tulis Isno yang dikutip detikJatim, Kamis (3/11/2022).

Ketua PC Lembaga Ta'lif wan Nasyr (LTN) NU Kabupaten Mojokerto ini menjelaskan, Moenasir mengenyam pendidikan dasar di Hollandsch Inlandsche School (HIS), sekolah dasar milik pemerintah kolonial Belanda sampai tahun 1933. Atas arahahan ayahnya, Moenasir yang kala itu berusia 14 tahun melanjutkan pendidikan ke sejumlah pondok pesantren.

Di usia remajanya, Moenasir menimba dasar-dasar ilmu agama di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Islah, Trowulan, Mojokerto. Tak lama kemudian ia 'nyantri' di Ponpes Tebuireng, Desa Cukir, Diwek, Jombang. Yakni pesantren besar yang didirikan KH Hasyim Asy'ari, Kakek KH Abduraahman Wahid atau Gus Dur.

Kala itu, Moenasir mengaji sekaligus sekolah di Madrasah Salafiyah Ponpes Tebuireng. Ketika Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim pulang dari Makkah merombak kurikulum pendidikan di pesantren tersebut. Berbagai ilmu pengetahuan umum mulai diajarkan kepada para santri. Sehingga Moenasir mendapatkan asupan ilmu pengetahuan berlimpah.



Simak Video "Video Tambah Tahu: Peristiwa Bersejarah di Balik Hari Pahlawan 10 November"


(sun/dte)
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork