Penolakan lagu 'Joko Tingkir Ngombe Dawet' menggaung dari masyarakat, tokoh agama, ulama hingga anggota dewan. Mereka tak terima nama ulama besar diparodikan dalam lagu dangdut koplo. Rupanya, sosok Joko Tingkir memiliki kaitan erat dengan Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Anggota DPRD Lamongan, Imam Fadli menceritakan, Gus Dur pernah berkisah soal sosok Joko Tingkir. Untuk itu, ia keberatan dengan penggunaan nama Joko Tingkir dalam lagu tersebut. Sebab, sosok Joko Tingkir adalah ulama dan raja besar yang dihormati.
Imam mengungkapkan Joko Tingkir tidak hanya dikenal masyarakat Lamongan, tapi juga dikenal oleh masyarakat sebagai sosok yang menurunkan banyak orang alim di tanah Jawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Almarhum Gus Dur pernah berkisah tentang sosok Joko Tingkir yang tidak hanya Raja Pajang dan menantu Sultan Trenggono. Tapi juga sosok yang banyak menurunkan ulama di tanah Jawa," kata Imam, Rabu (10/8/2022).
"Sosok Joko Tingkir ini menjadi salah satu tokoh yang dihormati kebesaran dan kehebatannya serta menjadi teladan bersama," imbuhnya.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan Siti Rubikah menyebut, petilasan Joko Tingkir memang ada di Lamongan, tepatnya di Desa Pringgoboyo, Kecamatan Maduran. Petilasan Joko Tingkir ini baru diketahui setelah almarhum Gus Dur pernah beberapa kali berziarah ke petilasan tersebut.
"Kisah tentang petilasan Joko Tingkir ini pernah disampaikan oleh almarhum Gus Dur dan hingga sekarang petilasan inipun masih ramai dikunjungi," tambahnya.
Kisah makam Joko Tingkir yang pernah dikunjungi Gus Dur, di halaman selanjutnya!
Di Lamongan, ada makam Ki Anggungboyo atau yang kini lebih dikenal sebagai makam Joko Tingkir. Lokasinya ada di Desa Pringgoboyo, Kecamatan Maduran. Pada 2020, pemerhati sejarah dan kebudayaan Lamongan M Nafis Abdurouf mengungkapkan, bentuk arsitekturnya memang menunjukkan situs tersebut merupakan sebuah makam.
Tapi, dari hasil kajian belum bisa dikatakan makam tersebut adalah makam Joko Tingkir atau Mas Karebet.
"Makam Ki Anggungboyo atau yang oleh warga sekitar dikenal sebagai Makam Joko Tingkir ini adalah satu bentuk peninggalan sejarah. Tapi dari hasil kajian, belum ada pembuktian kalau makam tersebut adalah makam Joko Tingkir," kata M Nafis kepada detikJatim, Jumat (30/10/2020).
Navis menambahkan, penamaan makam Ki Anggungboyo sebagai makam Joko Tingkir dimulai sejak adanya kunjungan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Dur pernah berkunjung ke makam ini pada 1999. Menurut Gus Dur, makam tersebut adalah makam Joko Tingkir.
"Dari apa yang disampaikan oleh Gus Dur ini lah, masyarakat sekitar dan masyarakat Lamongan meyakini bahwa makam tersebut adalah makam Joko Tingkir," imbuhnya.
Dari hasil kajian dan penelitian terbuka yang dilakukan peneliti dengan Disparbud Lamongan, kata Navis, diketahui makam tersebut dulunya merupakan sebuah bangunan suci. Hal ini dilihat dari struktur bangunan dan juga pondasi yang ada di makam dan batu andesit yang merupakan salah satu ciri bangunan suci.
Selain itu, di dekat makam juga ada tempat yang dikenal oleh warga dengan nama Sumberboto. Di mana ditemukan batu bata berukuran besar, seperti batu bata peninggalan masa Majapahit.
"Jadi itu adalah salah satu bukti artefaktual yang menegaskan kalau wilayah Pringgoboyo, yang menurut dugaan sementara adalah Desa Pringgoboyo, adalah sebuah kampung kuno," jelas Navis yang juga seorang guru sejarah.
Dalam Prasasti Naditira Pradesa, kata Navis, disebutkan ada desa-desa sima yang dilalui penambangan kuno di daerah sekitar Desa Pringgoboyo, yang disebut dengan Iparung. Daerah Iparung ini, saat ini mencakup daerah Laren dan Desa Pringgoboyo. Ketika itu ada sungai melewati kawasan yang saat ini terdapat makam tersebut.
"Di jejak Naditira Pradesa ini diketahui kalau sungai tersebut melalui situs yang kini dikenal warga sebagai makam Joko Tingkir itu," ungkap Navis.
Navis menyebut, harus ada pembuktian dengan cara penelitian lebih lanjut. Dari cerita yang berkembang, sosok Joko Tingkir memang melakukan penjelajahan dengan tujuan menyebarkan agama.
"Kalau warga dan masyarakat menyetujui bahwa makam tersebut adalah makam Joko Tingkir ya sah-sah saja, tapi dari segi arkeologis harus ada pembuktian dengan penelitian lebih lanjut," pungkasnya.