Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim mengevakuasi 5 benda yang diduga cagar budaya ke Museum Penataran Blitar. Kelima benda tersebut ditemukan di 2 lokasi berbeda di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Benda-benda itu akan dimuseumkan sebagai sarana edukasi.
Arkeolog BPCB Jatim Nonuk Kristiana mengatakan, evakuasi ini merupakan tindak lanjut pengamanan benda yang diduga cagar budaya hasil temuan Juni 2021 silam. Kelima benda itu merupakan hasil ekskavasi dari 2 lokasi, yakni areal Candi Sewu dan aliran sungai Desa Kemloko, Nglegok.
"Karena di dua lokasi itu tempatnya tidak representatif, maka kami upayakan memindahkan ke Museum Penataran. Agar bisa menjadi media apresiasi dan pembelajaran bagi masyarakat luas," jelas Nonuk kepada detikJatim, Kamis (19/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Penemuan di Candi Sewu berupa 4 benda berupa balok batu. Pertama adalah 1 balok batu berangka tahun 1301 Saka atau 1368 Masehi. Ada juga 2 balok batu berelief hiasan sinar di bagian tengah dan bermotif ceplok bunga dengan panjang 150 cm, lebar 37 cm dan tinggi 27 cm.
"Serta 1 balok batu berelief sapi dengan panjang 136 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 20 cm," papar Nonuk.
Sementara itu, penemuan benda di kawasan Kemloko berupa 1 batu andesit berbentuk meja altar. Benda itu berukuran panjang 127 cm, lebar 55 cm, dan tebal 30 cm.
"Dari angka tahun dan bahan andesit, kami menduga itu merupakan peninggalan zaman Majapahit. Dua meja altar itu biasa dipakai menaruh sesaji untuk sembahyang," imbuh Nonuk.
Proses pemindahan kelima benda diduga cagar budaya ini membutuhkan waktu 2 hari. Kemarin Rabu (18/5/2022), proses evakuasi dilakukan untuk benda temuan di kawasan Candi Sewu. Sementara hari ini adalah proses evakuasi untuk 2 meja altar di aliran sungai Desa Kemloko.
"Saat ini, kelima benda diduga cagar budaya itu telah tersimpan di dalam Museum Penataran, Kabupaten Blitar. Kami berharap, penempatan benda diduga cagar budaya di Museum Penataran bisa lebih diapresiasi masyarakat sebagai obyek penelitian, pembelajaran, dan wisata budaya," pungkas Nonuk.
(hse/dte)