Jawa Timur, dengan kekayaan budaya yang mendalam, tak hanya dikenal lewat keindahan alamnya, tetapi melalui warisan budaya tak benda yang mempesona. Dari tradisi seni hingga keahlian kerajinan tangan, provinsi ini menyimpan ragam warisan yang tidak hanya memperkaya identitas lokal, tetapi diakui dunia.
Di antaranya, tari tradisional, musik, dan upacara adat yang telah diwariskan turun-temurun, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa Timur, menjadikannya pusat budaya yang terus berkembang dan dilestarikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
UNESCO merupakan Organisasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Badan khusus di bawah naungan PBB ini didirikan pada 16 November 1945. Kantor pusatnya terletak di Paris, Prancis.
Tujuan utama UNESCO adalah mempromosikan kerja sama internasional di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan komunikasi. UNESCO memiliki peran krusial dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya dunia, mempertahankan kelangsungan tradisi, serta mengedepankan nilai-nilai universal seperti keadilan, HAM, dan kebebasan.
Salah satu cara UNESCO dalam mendukung pelestarian budaya adalah memberikan penghargaan kepada berbagai warisan budaya di seluruh dunia. Pengakuan tersebut bertujuan menjaga agar nilai-nilai budaya tersebut tetap hidup, dihormati, dan diakui masyarakat dunia.
Warisan Budaya Tak Benda dari Jawa Timur
Setiap tahunnya, UNESCO memberikan pengakuan terhadap berbagai tradisi dan praktik budaya dari seluruh dunia, termasuk yang tercatat sebagai warisan budaya tak benda. Dikutip dari berbagai sumber, berbagai warisan budaya di Indonesia mendapatkan pengakuan UNESCO sejak 2008. Beberapa di antaranya berasal dari Jawa Timur.
1. Keris
![]() |
Sejak 2008, keris yang yang berasal dari daerah Jawa, ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Keris adalah senjata tradisional Indonesia yang memiliki bentuk khas, yaitu bilah yang tajam dan runcing di ujungnya, serta hulu yang berupa pegangan. Keris juga dilengkapi dengan sarung yang disebut warangka.
Bentuk keris asimetris tidak tegak lurus seperti belati. Bilah keris miring terhadap pangkalnya. Bahan utama pembuatan keris adalah besi, baja, dan pamor. Keris memiliki tiga bagian utama, yaitu bilah, hulu, dan warangka. Keris memiliki beragam motif pada pegangannya.
Selain sebagai senjata, dalam budaya masyarakat Jawa, keris memiliki banyak fungsi. Seperti simbol status dan kekuasaan, pusaka keluarga, pelengkap busana adat, benda spiritual, karya seni, dan alat diplomasi.
2. Pertunjukan Boneka Wayang
![]() |
Pertunjukan kesenian sarat makna ini telah diakui sebagai warisan budaya tak benda Indonesia sejak 2008. Penetapan ini berlaku untuk wayang golek atau klitik dan wayang kulit.
Mengutip dari berbagai sumber, pertunjukan wayang kulit di tanah Jawa telah eksis sejak tahun 800 Masehi, yang mengisahkan tentang cerita Mahabarata.
Kemudian pada abad 16, pertunjukan wayang juga menjadi salah satu media penyebaran agama Islam. Selain sebagai hiburan, wayang juga dipercaya memiliki fungsi ritual.
Melansir dari situs resmi Jendela Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, awalnya wayang berfungsi sebagai media menghormati arwah nenek moyang. Wayang juga memiliki fungsi pendidikan. Cerita-cerita Mahabarata yang dibawakan wayang mengandung nilai-nilai filsafat di dalamnya.
3. Batik Indonesia
![]() |
Pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi. Batik mulai dikembangkan pada masa Kerajaan Mataram, kemudian berlanjut di masa Kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Batik awalnya hanya digunakan dalam keraton untuk pakaian para raja dan keluarganya, tetapi kemudian mulai diproduksi masyarakat umum dan menjadi populer sebagai pakaian. Batik tradisional menggunakan bahan pewarna alami, seperti tumbuhan seperti pohon mengkudu, soga, soda abu, dan tanah lumpur.
Pembuatan batik memiliki berbagai jenis teknik, seperti batik tulis, batik cap, dan batik printing. Ada beragam motif batik dengan makna filosofis. Batik telah berkembang pesat dan diproduksi berbagai daerah di Indonesia, masing-masing dengan ciri khasnya sendiri. Jawa Timur memiliki beberapa motif khas batik yang sarat makna sebagai berikut.
- Motif Lok Chan: Motif ini berasal dari Tuban dan terinspirasi dari budaya Tionghoa. Motif ini menggambarkan burung phoenix dan burung hong.
- Motif Gajah Oling: Motif ini berasal dari Banyuwangi dan menggambarkan kebesaran. Motif ini sering digunakan sebagai seragam kerja resmi di Banyuwangi.
- Motif Pring Sedapur: Motif ini berasal dari Magetan dan menggambarkan pohon bambu yang tumbuh memanjang. Motif ini melambangkan persatuan dan kekuatan.
- Motif Reog: Motif ini berasal dari Ponorogo dan terinspirasi dari tradisi seni Reog.
- Motif Merak: Motif ini berasal dari Sidoarjo
4. Tradisi Pencak Silat (2019)
![]() |
Pencak silat adalah seni bela diri tradisional yang diajarkan secara turun temurun untuk melindungi diri dan mempertahankan hidup dari tantangan alam. Mengutip detikedu, Banyak ahli sejarah mengungkapkan bahwa pencak silat pertama kali dijumpai di provinsi Riau pada zaman kerajaan Sriwijaya di abad VII.
Kala itu, pencak silat masih sederhana, berupa gerakan tangan dan kaki. Seni bela diri ini kemudian menyebar ke wilayah semenanjung Malaka hingga Pulau Jawa. Selain untuk mempertahankan diri, mengutip dari Kemendikbud berikut beberapa manfaat olahraga beladiri pencak silat.
- Kesehatan dan kebugaran
- Membangkitkan rasa percaya diri
- Melatih ketahanan mental
- Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi
- Membina sportifitas dan jiwa ksatria
- Disiplin dan keuletan yang lebih tinggi
Pencak silat menjadi seni bela diri yang popular di Jawa Timur. Tercatat ada puluhan perguruan pencak silat di Jawa Timur.
5. Kesenian Reog Ponorogo (2024)
![]() |
Kesenian yang berasal dari daerah Ponorogo menggambarkan harmoni antara tari, musik, dan mitologi. Melalui topeng Dadak Merak yang ikonik, Reog Ponorogo menyampaikan pesan keberanian, solidaritas, serta dedikasi masyarakat Ponorogo yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Sebagai simbol dari gotong royong, Reog Ponorogo juga mencerminkan kolaborasi antara seniman, perajin, dan komunitas lokal dalam menciptakan seni pertunjukan yang sarat makna. Pertunjukan ini kerap dipentaskan dalam berbagai acara adat dan ritual tradisional, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat Ponorogo.
(ihc/irb)