Ekskavasi Tahap 3 Situs Pendegong Jombang, Ini yang Dicari Arkeolog

Ekskavasi Tahap 3 Situs Pendegong Jombang, Ini yang Dicari Arkeolog

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Jumat, 15 Apr 2022 11:29 WIB
Situs Pandegong di Jombang
Situs Pandegong di Jombang (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang - Ekskavasi tahap tiga untuk menemukan perwara atau candi wahana di situs Pandegong, Jombang berlangsung selama 10 hari. Penggalian sumur candi tempat menyimpan pripih juga dilanjutkan. Penggalian arkeologi yang didanai Pemkab Jombang itu dimulai pada 13 April hingga 22 April 2022.

Area di sisi barat Candi Pandegong menjadi fokus utama tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim. Di area tersebut, tim membuka 4 titik gali yang totalnya seluas 64 meter persegi karena diindikasi ada bangunan purbakala. Yakni berupa struktur berbahan bata merah kuno seluas 187 x 84 cm.

Tahun lalu, hasil ekskavasi hingga kedalaman 60 cm, para arkeolog menemukan struktur itu hanya tersisa 2 lapis bata. Bangunan ini diduga sisa-sisa perwara.

"Kami duga ada bangunan lain selain bangunan utama. Yaitu perwara," kata Ketua Tim Ekskavasi Situs Pandegong, Vidi Susanto kepada wartawan di lokasi ekskavasi, Dusun Kwasen, Desa Menganto, Mojowarno, Jombang, Jumat (15/4/2022).

Arkeolog BPCB Jatim ini menjelaskan, perwara atau candi wahana adalah tiga candi kecil di depan candi utama. Dalam konsep Trimurti Hindu, perwara untuk meletakkan arca makhluk yang menjadi tunggangan tiga dewa. Yaitu angsa wahana Dewa Brahma, garuda tunggangan Dewa Wisnu, sedangkan lembu tunggangan Dewa Siwa.

Ia mengambil contoh dari Candi Gemekan yang juga dibangun pada masa Mpu Sindok, Raja Medang. Candi di Desa Gemekan, Sooko, Mojokerto itu mempunyai 3 perwara di depan candi utama. Hanya saja, Candi Gemekan menghadap ke timur, sedangkan Candi Pandegong menghadap ke barat.

"Di sini (Candi Pandegong) arah hadapnya ke barat, di barat itu ada tiga struktur yang dimungkinkan sebagai candi wahana, sebagai penghormatan terhadap wahana-wahana itu," terang Vidi.

Selain itu, ekskavasi tahap tiga juga untuk melanjutkan penggalian sumur Candi Pandegong. Mulut sumur seluas 2,34 x 2,34 meter terletak di tengah-tengah permukaan atas bangunan suci tersebut.

Situs Pandegong di JombangSitus Pandegong di Jombang Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim

"Penggalian sumuran candi pada ekskavasi tahap dua masih 2,95 meter. Strukturnya masih ke dalam, jadi masih kami gali terus," jelas Vidi.

Sejauh ini, ekskavasi tahap 3 Situs Pandegong belum mendapatkan temuan yang signifikan. Menurut Vidi, pihaknya baru menampakkan seluruh dimensi batu yoni yang ditemukan di sebelah barat Candi Pandegong. Tepatnya di bawah pohon bangunan punden.

Batu yoni tersebut hanya 60 x 60 x 60 cm. Vidi menduga yoni ini memang bagian dari Candi Pandegong. Hanya saja, bukan untuk ditempatkan di ruangan suci atau garbhagraha candi sebagai pusat pemujaan.

"Kalau dilihat ukuran sumuran candi, terlalu kecil ukuran yoninya. Bisa jadi yoni kecil itu sebagai pembatas halaman candi," tandasnya.

Setelah melalui 2 tahap ekskavasi, yaitu 12-21 November 2021 dan 16-26 Maret 2022, denah maupun struktur kaki Candi Pandegong sudah nampak seluruhnya. Bangunan utama berdenah cruciform karena terdapat penampil atau tonjolan struktur di setiap sisinya. Struktur kaki candi ini seluas 8x8 meter persegi dengan tinggi bangunan yang tersisa 1,5-2 meter. Sedangkan tinggi fondasi candi sekitar 50 cm.

Arkeoloh BPCB Jatim meyakini Candi Pandegong berasal dari Kerajaan Medang abad 10 masehi. Kerajaan ini didirikan Mpu Sindok tahun 929 masehi. Tentu saja jauh sebelum Kerajaan Majapahit yang didirikan Raden Wijaya tahun 1293 masehi. Interpretasi tersebut berdasarkan denah candi dan gaya arcanya


(hil/dte)


Hide Ads