Merayakan Imlek, Ini 7 Tempat Wisata Menarik di Surabaya

Merayakan Imlek, Ini 7 Tempat Wisata Menarik di Surabaya

Irma Budiarti - detikJatim
Jumat, 24 Jan 2025 15:05 WIB
Kya-Kya, Salah Satu Kawasan Pecinan Yang Populer di Surabaya
Kya-kya Kembang Jepun Surabaya. Foto: Hanaa Septiana
Surabaya -

Merayakan Tahun Baru Imlek merupakan momen yang penuh kebahagiaan dan harapan baru. Bagi warga Surabaya maupun wisatawan yang ingin merasakan suasana meriah Imlek, kota ini menawarkan berbagai tempat wisata yang tak hanya menyuguhkan keindahan, tetapi berbagai kegiatan khas untuk merayakan tradisi Tionghoa.

Dari kuil-kuil bersejarah yang penuh nilai budaya, hingga taman-taman yang dihiasi dengan dekorasi khas Imlek, Surabaya menjadi destinasi yang sempurna untuk menikmati suasana tahun baru Imlek.

Tempat Wisata Imlek di Surabaya

Menikmati semarak tahun baru Imlek di Surabaya bisa menjadi pengalaman tak terlupakan. Kota ini menawarkan perpaduan tradisi, budaya, dan hiburan yang cocok untuk perayaan Imlek bersama keluarga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari klenteng bersejarah hingga kampung Pecinan dan kulineran khas Tionghoa, berikut tempat wisata menarik di Surabaya yang bisa dikunjungi untuk merayakan Imlek dengan penuh keceriaan.

1. Klenteng Sanggar Agung

Terletak di Pantai Kenjeran, Jalan Sukolilo No 100 Surabaya, Klenteng Sanggar Agung menjadi ikon Imlek Surabaya. Saat Imlek, klenteng ini dihiasi lampion dan kerap menyelenggarakan atraksi barongsai serta tarian naga.

ADVERTISEMENT

Dilansir Surabaya Tourism, Klenteng Sanggar Agung, yang juga dikenal sebagai Klenteng Hong San Tang, merupakan tempat ibadah umat Tri Dharma yang didirikan pada 1999. Klenteng ini memiliki ciri khas unik berupa patung megah Dewi Kwan Im setinggi 20 meter yang berdiri kokoh di tepi laut.

Selain menjadi simbol spiritual, patung ini juga menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Sekaligus spot foto favorit bagi para pengunjung yang ingin mengabadikan momen di lokasi yang indah dan ikonik ini.

Kelenteng Sanggar Agung kenjeran surabayaKelenteng Sanggar Agung Surabaya. Foto: Hanaa Septiana

2. Klenteng Hok An Kiong

Klenteng tertua di Surabaya ini berlokasi di Jl Coklat No 2, Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantikan Surabaya. Arsitekturnya yang klasik dipadukan dengan lampion dan prosesi doa menjadikannya tempat spiritual yang memikat saat Imlek.

Klenteng Hok An Kiong, yang juga dikenal dengan sebutan Klenteng Suka Loka, merupakan tempat ibadah umat Tri Dharma yang mencakup Buddha Gautama, Konghucu, dan Taoisme. Klenteng Suka Loka didirikan sekitar tahun 1820 M oleh Hok Kian Kong Tik Soe, sebuah perkumpulan pendatang Tionghoa dari Provinsi Hokkian.

Klenteng ini memiliki sejarah panjang yang kaya. Awalnya, lahan tempat klenteng ini berdiri merupakan lapangan rumput yang digunakan sebagai tempat istirahat sementara bagi awak kapal tongkang yang singgah di Surabaya untuk berdagang.

Melihat kondisi para awak kapal yang kurang layak, anggota Hok Kian Kong Tik Soe berinisiatif membangun sebuah bangsal dan tempat ibadah di lokasi tersebut. Menariknya, pembangunan klenteng ini dilakukan tukang-tukang yang didatangkan langsung dari Tiongkok, lengkap dengan perlengkapan dan bahan-bahan yang digunakan.

Salah satu keunikan klenteng ini adalah konstruksinya yang dibangun tanpa menggunakan paku logam sama sekali. Sebagai gantinya, potongan bambu yang diruncingkan digunakan untuk menyambungkan bagian-bagian bangunan.

Bangunan klenteng ini didominasi warna merah dan kuning, yang melambangkan keberuntungan dan kemakmuran. Salah satu daya tarik spesialnya adalah keberadaan arca suci (kimsin) Dewi Laut, Makco Thian Siang Sing Boo, yang tidak dapat ditemukan di klenteng lain di Surabaya.

Hingga saat ini, Klenteng Hok An Kiong yang berada di kawasan Kampung Pecinan tetap berfungsi seperti sediakala, menjadi tempat ibadah sekaligus destinasi wisata budaya yang menarik untuk dikunjungi.

Klenteng Hok An Kiong di SurabyaKlenteng Hok An Kiong di Surabaya. Foto: Arya Martin/d'traveler

3. Klenteng Boen Bio

Klenteng Tri Dharma yang terletak di Jl Kapasan No 131, RT 007/RW 09, Kelurahan Kapasan, Kecamatan Simokerto ini memadukan unsur Tionghoa dengan pengaruh kolonial. Dekorasi lampion dan doa bersama menjadi daya tarik utama saat Imlek, cocok untuk yang menginginkan suasana tenang.

Munculnya klenteng di Surabaya merupakan bagian dari perkembangan kawasan Pecinan yang dulunya terkonsentrasi di sekitar Jl Kembang Jepun, Jl Slompretan, Jl Coklat, dan sekitarnya, sebelum akhirnya meluas ke arah timur di daerah Kapasan.

Kawasan permukiman yang disebut Belanda sebagai "Chineese Kamp" ini telah ada jauh sebelum kedatangan penjajah di Surabaya. Salah satu klenteng yang mencerminkan sejarah panjang komunitas Tionghoa di Surabaya adalah Klenteng Boen Bio.

Berdiri sejak tahun 1910-an, klenteng ini berlokasi strategis di depan Wisata Kampung Pecinan (WKP) Surabaya, yang dahulu dikenal dengan nama Kampung Kungfu. Klenteng Boen Bio tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Tri Dharma, tetapi bagian penting dari warisan budaya dan sejarah kota.

Kegiatan ibadah di klenteng ini paling ramai pada hari Minggu, menjadikannya tempat yang hidup dengan aktivitas spiritual. Sekaligus daya tarik budaya bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tradisi Tionghoa di Surabaya.

Klenteng Boen Bio Kapasan SurabayaKlenteng Boen Bio Kapasan Surabaya. Foto: Amir Baihaqi

4. Kya-kya Kembang Jepun

Jalan Kembang Jepun, yang pada zaman kolonial Belanda dikenal dengan nama Handelstraat, yang berarti Jalan Perdagangan, memiliki sejarah panjang yang kaya dan dinamis. Pada masa pendudukan Jepang, nama Kembang Jepun menjadi terkenal, konon karena banyak serdadu Jepang (Jepun) yang memiliki teman wanita (kembang) di sekitar s ini.

Sejak itu, nama Kembang Jepun melekat erat dengan kawasan yang semakin berkembang. Hingga kini, kawasan Kembang Jepun tetap menjadi salah satu pusat perdagangan yang sibuk di Surabaya. Ciri khas kampung Pecinan masih sangat terasa di sini, dengan keberadaan klenteng-klenteng tua, pemukiman Tionghoa, serta rumah abu Han dan Abu The.

Ciri khas ini menjadi saksi bisu sejarah panjang komunitas Tionghoa di kota ini. Keberadaan elemen-elemen budaya Tionghoa yang kental di kawasan ini menjadikannya salah satu destinasi bersejarah yang menarik bagi siapa saja yang ingin merasakan atmosfer tradisional dan budaya yang khas.

Kawasan yang berada di Kecamatan Pabean Cantikan ini adalah surga kuliner Tionghoa di Surabaya. Saat Imlek, Kya-kya Kembang Jepun semakin hidup dengan bazar makanan khas, pertunjukan seni, dan dekorasi lampion merah yang memanjakan mata.

Wisata kuliner Kya-kya di Jalan Kembang Jepun SurabayaKya-kya Kembang Jepun Surabaya. Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim

5. Kampung Pecinan Kapasan Dalam

Kampung ini terletak di Jl Kapasan Dalam I Kapasan Lor No 3, RT 002/RW 09, Kapasan, Kecamatan Simokerto. Kampung Pecinan Kapasan Dalam mempertahankan nuansa Tionghoa tradisional dengan rumah-rumah bergaya klasik. Saat Imlek, bazar dan pertunjukan barongsai menjadikannya lokasi yang penuh kehangatan.

Awalnya dikenal dengan nama Kampung Kungfu, kawasan ini kini dikenal dengan nama Kampung Wisata Kapasan Dalam, yang telah diresmikan pada 10 November 2020. Terletak di kawasan Pecinan Kota Lama Surabaya, Kampung Pecinan Kapasan Dalam menawarkan pengalaman wisata yang sarat budaya Tionghoa yang kental.

Sebagai bagian dari China Town, kampung ini menghadirkan atmosfer khas kehidupan masyarakat Tionghoa tempo dulu. Kampung ini dihiasi dengan berbagai ornamen Tionghoa yang mencolok, serta mural-mural yang menggambarkan kehidupan warga Tionghoa pada masa lalu.

Pengunjung dapat menikmati suasana khas kampung Pecinan, berfoto dengan latar belakang bersejarah, serta mengeksplorasi berbagai stan kuliner khas Tionghoa. Kampung Pecinan Kapasan Dalam menjadi tempat yang tepat untuk merasakan langsung budaya Tionghoa, sambil menikmati berbagai kuliner lezat di sini.

Kampung Pecinan Kapasan Dalam Surabaya.Kampung Pecinan Kapasan Dalam Surabaya. Foto: Surabaya Tourism

6. Pagoda Tian Ti

Pagoda Tian Ti, yang terletak di Jalan Sukolilo No 100 Surabaya, adalah salah satu landmark kota yang kaya sejarah dan simbol budaya Tionghoa. Dengan tinggi 58 meter dan diameter 60 meter, pagoda ini dibangun sebagai duplikat dari Temple of Heaven di Beijing, Tiongkok, dan menjadi destinasi wisata populer di Surabaya.

Arsitektur pagoda menggabungkan elemen tradisional Tionghoa dan sentuhan modern, dengan menara bertingkat khas yang menarik perhatian. Pagoda ini dihiasi dengan motif bulatan keemasan di pintu gerbang serta relief burung phoenix dan naga, yang mencerminkan nilai budaya Tionghoa.

Dibangun sejak 2010, pagoda ini tidak digunakan sebagai tempat ibadah, melainkan objek wisata yang terbuka untuk semua kalangan, tanpa memandang agama atau etnis. Keberadaannya di Kenjeran Park menjadikannya pelengkap destinasi liburan yang populer di Surabaya.

Pagoda Tian TiPagoda Tian Ti Surabaya. Foto: Brigida Emi Lilia/d'Traveler

7. Kampung Tambak Bayan

Kampung Tambak Bayan adalah kawasan bersejarah di Surabaya yang terletak di daerah Jl Tambak Bayan Tengah, Alun-alun Contong, Bubutan. Kampung yang dulunya dikenal sebagai tempat istal atau kandang kuda ini memiliki sejarah yang kaya sejak zaman kolonial Belanda dan Jepang.

Pada masa itu, sebuah bangunan besar digunakan sebagai kandang kuda, dan di sekitarnya dibangun pemukiman untuk warga Tionghoa yang bekerja merawat kuda dan melakukan berbagai pekerjaan pendukung, seperti tukang kayu dan memasak.

Hingga kini, sisa-sisa dari istal tersebut masih dapat dilihat, bersama dengan rumah-rumah petak yang dibangun di sekitar area tersebut. Kawasan Kampung Tambak Bayan juga dikenal dengan rumah-rumah yang memiliki arsitektur indische dan kolonial.

Rumah-rumah ini masih dipertahankan dengan baik hingga sekarang. Keunikan dan kekayaan sejarah ini menjadikan kampung ini sebagai salah satu kawasan yang menarik untuk dikunjungi, terutama bagi mereka yang tertarik dengan sejarah, budaya, dan arsitektur tua di Surabaya.

Imlek, Kampung Pecinan Tambak Bayan bersolekKampung Pecinan Tambak Bayan Surabaya. Foto: Arina Wida Imania




(hil/irb)


Hide Ads