Lahan Apel di Kota Batu Semakin Menyusut, Petani Pilih Beralih Tanaman

Lahan Apel di Kota Batu Semakin Menyusut, Petani Pilih Beralih Tanaman

M Bagus Ibrahim - detikJatim
Kamis, 17 Jul 2025 07:00 WIB
Petani di Kota Batu sedang membongkar pohon apel dan beralih ke komoditas lain
Petani di Kota Batu sedang membongkar pohon apel dan beralih ke komoditas lain (Foto: Dok. Istimewa)
Kota Batu -

Julukan Kota Batu sebagai Kota Apel kini mulai terancam. Tidak adanya solusi untuk menangani persoalan penurunan produktivitas tanaman apel hingga biaya perawatan yang lebih tinggi dari penghasilan menjadi alasan perkebunan apel di Kota Batu semakin menyusut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu, produksi buah apel setiap tahunnya mengalami penurunan signifikan. Terlihat, selama kurun waktu 4 tahun terakhir produksi apel tidak ada perbaikan dan terus anjlok.

Tercatat pada tahun 2021 produksi buah apel sebesar 350.090,88 kuintal, kemudian turun pada tahun 2022 menjadi 299.962,90 kuintal. Jumlah produksi buah apel di Kota Batu itu pun terus merosot pada tahun-tahun berikutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di mana pada tahun 2023 jumlah produksi apel hanya sebesar 218.621,79 kuintal. Penurunan jumlah produksi buah apel semakin parah pada tahun 2024, sebesar 140.285,42 kuintal.

Penurunan jumlah produksi buah apel ini disebabkan karena banyak petani yang sudah menyerah dan memutuskan untuk beralih tanaman hingga berganti pekerjaan. Keputusan yang dipilih para petani apel di Kota Batu ini bukan tanpa sebab.

ADVERTISEMENT

Salah satu petani apel di kawasan Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, bernama Dwi contohnya. Ia baru-baru ini telah menebang pohon-pohon apel tua yang sudah tidak produktif dan berencana untuk beralih menanam sayur.

"Sudah berat mempertahankan apel. Biaya perawatan tinggi, obat-obatan mahal, panennya sedikit, kadang harganya juga rendah. Jadi yang sudah tidak produktif kami tebang, rencananya kami tanami sayuran saja," ungkap Dwi, Kamis (17/7/2025).

Dwi menyampaikan bahwa keputusan tersebut juga dilakukan oleh petani lain di Tulungrejo. Mereka memilih untuk menebang pohon apel yang berusia 40-50 tahun karena dinilai sudah tidak produktif dan memutuskan untuk beralih tanaman lain.

"Pohon apel yang tua ini rentan kena penyakit dan produktivitasnya menurun. Apalagi cuaca yang gak menentu seperti saat ini juga berpengaruh pada produktivitas apel. Kalau ini terus dilanjutkan tentu kita terus rugi," terangnya.

"Memang bukan tidak mungkin lahan apel di Kota Batu akan terus berkurang. Biaya tinggi, hasil rendah, cuaca tak menentu. Itu beban yang sangat berat bagi petani," imbuhnya.

Dalam situasi seperti ini, petani hanya bisa berharap mendapat dukungan dan solusi konkrit agar tanaman apel yang menjadi salah satu identitas Kota Batu bisa terus dipertahankan. Kalau tidak, bukan menutup kemungkinan kebun apel di Kota Batu akan habis.




(dpe/abq)


Hide Ads