Sebuah tungku pembakaran setinggi 3 meter dengan dinding batu bata mengeluarkan asap putih. Asap itu menguar dari cerobong pipa berdiameter 5 cm di pesisir pantai Bangsring Banyuwangi.
Api berkobar memanaskan tungku bulat yang menyerupai oven besar itu. Potongan kayu sepanjang 10 cm tampak ditumpuk dalam tungku dan dipanaskan selama kurang lebih 12 jam.
Ini adalah proses produksi arang kayu yang bersumber dari sisa-sisa sampah luapan banjir rob dan kiriman saat ombak membawa sampah-sampah tersebut ke tepian pantai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Santoso, salah satu petugas pembakaran sampah di objek wisata Bangsring Underwater mengungkapkan setiap harinya dia bisa menghasilkan 90 kilogram arang kayu dari hasil pembakaran sampah-sampah kayu.
"Sampai 90 kilo arangnya, itu sekali pembakaran. Dari hasil kayu-kayu pinus yang dipotong pas bersih-bersih. Ada banyak juga dari sampah yang di pinggir pantai, " terang Santoso, Kamis (19/2/2025).
Bukan hanya arang kayu, rumah produksi arang di objek wisata Bangsring ini juga memproduksi arang dari hasil limbah kelapa muda yang dijual warung yang ada di sekitar lokasi wisata.
"Ada arang batok, kelapa muda ini yang limbahnya dikupas. Sabutnya buat kayu bakar dan batoknya buat arang," kata Santoso.
Tidak sedikit arang batok itu bisa mengurangi 300 butir limbah kelapa setiap kali pembakaran. Dari jumlah itu, dihasilkan 70 kilogram arang dari batok kelapa.
"Kalau hasilnya arang batok selisih sama kayu. Setiap satu kali bakar cuma menghasilkan 70 kilogram dari 300 butir," ujarnya.
Hal baik lainnya, arang-arang ini memiliki nilai ekonomi yang turut memberi pemasukan bagi kelompok masyarakat sadar wisata di objek wisata Bangsring Underwater ini. Setiap 1 kilogram arang kayu dapat dijual dengan harga Rp. 3.500 sementara arang batok seharga Rp. 4.000.
"Ya lumayan hasilnya ada sekitar Rp 600.000 an setiap jual hasil 1 kali bakar untuk arang kayu dan batok itu," jelas Santoso.
Keuntungan ekonomi itu dapat digunakan warga sebagai biaya operasional pengelolaan objek wisata Bangsring Underwater. Sistem penjualannya pun mudah karena langsung diambil oleh para tengkulak.
(dpe/iwd)