Tak bisa dimungkiri industri rokok cukup memberikan dampak bagi perekonomian. Bukan hanya keuntungan pemerintah dari pendapatan cukai, melainkan juga masyarakat yang bergantung hidup di industri rokok.
Eko Susanto misalnya, karyawan salah satu pabrik rokok di Kabupaten Malang ini mengaku dari pendapatan bekerja di industri rokok bisa menghidupi keluarga selama hampir 16 tahun.
"Saya kerja sudah mulai 2007, sekitar 16 tahun. Merintis dari bawah dengan bekerja sebagai buruh di unit mesin linting," terang Eko berbincang dengan detikJatim, Kamis (16/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pabrik rokok tempat Eko bekerja beralamat di di Jalan Probolinggo, Penarukan, Kepanjen, Kabupaten Malang. Pabrik itu sudah berdiri sejak 1973. Ada 5 ribu buruh yang menggantungkan hidup di pabrik rokok tersebut.
Eko punya alasan untuk tetap bekerja hingga selama belasan tahun itu. Pertama jarak rumah dengan lokasi kerja hanya ditempuh kurang lebih dari 10 menit. Di luar itu, pendapatan yang diperoleh cukup untuk menghidupi keluarga. Satu anaknya kini duduk di bangku kelas 1 SMP. Bahkan, Eko sudah beberapa tahun ini mencicil rumah dari gaji yang diperoleh.
"Tentunya senang kerja di sini, jaraknya dekat, tidak sampai 10 menit. Gajinya juga cukup untuk menghidupi keluarga," kata bapak satu anak ini.
Menurut Eko, pendapatannya setiap tahun mengalami kenaikan menyesuaikan dengan Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK). Selain itu, dia juga dapat tunjangan, jaminan tenaga kerja, serta jaminan kesehatan.
"Untuk pendapatan mengikuti UMK. Ahamdulillah, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari cukup. Lambat laun masa kerja disini ada tambahan yang lebih, tunjangan, dan lain-lain," tuturnya.
Tak jauh berbeda dengan Suwanto (44), sudah bekerja hampir 25 tahun di pabrik rokok tersebut. Warga Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, bertugas di divisi packing.
Meski harus menghadapi risiko kerja menggunakan peralatan mesin pengepresan, Suwanto merasa cukup bahagia, karena dari pendapatan sebulan hampir Rp 4 juta lebih bisa menghidupi istri serta dua anaknya.
"Anak saya yang pertama baru lulus SMK, yang kecil masih kelas 5 SD. Pendapatan sebulan hampir Rp 5 jutaan, sangat cukup, dari mulai awal kerja hanya menerima gaji Rp 900 ribu," ucapnya.
Suwanto memuji standar keselamatan kerja yang diberlakukan cukup ketat oleh perusahaan. Sehingga, dapat meminimalisir adanya kecelakaan kerja. Kondisi kesehatan para pekerja juga sangat diperhatikan. Apabila ada pekerja mengeluh terkait kondisi kesehatannya, bisa segera memeriksakan diri ke klinik yang berada di lingkungan perusahaan.
"Di sini SOP kerja diberlakukan ketat, untuk keselamatan selama bekerja. Jika mengalami sakit bisa langsung ke klinik. Ada juga jaminan kesehatan untuk saya dan keluarga," katanya.
Suwanto tak menampik pernah beberapa kali mendapat tawaran bekerja di tempat lain, namun ia lebih memilih loyal ke pabrik rokok tersebut.
"Banyak tawaran, selain industri rokok ada. Tapi saya lebih nyaman bekerja di sini," tegasnya.
Adanya uang lembur yang diberikan manajemen turut membuat para pekerja betah. Sebab, dengan adanya uang lembur mereka bisa menerima uang tambahan selain gaji pokok serta tunjangan.
"Di sini gaji pokok standar UMR, ditambah tunjangan dan lain-lain, termasuk uang lembur. Misalnya kita kerja mulai jam 6 pagi sampai jam 3 sore, kemudian lembur sampai jam 5, lumayan lembur dua jam," tuturnya.
(dte/fat)