Pemprov Jawa Timur berusaha menekan harga pangan khususnya beras, agar lebih terjangkau masyarakat. Di Tulungagung, Gubernur Khofifah menggelar pasar murah dengan harga di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Pasar murah ini yang ke-3, kita mencoba melakukan penetrasi harga beras yang se-Indonesia ini di atas HET. Se-Jawa ini sudah 3 minggu terakhir Insyaallah Jawa Timur paling rendah, tetapi serendah-rendahnya tetap di atas HET," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kepada wartawan di Pendapa Kongas Arum Kusumaning Bangsa Tulungagung, Sabtu (14/10/2023).
Dalam pasar murah ini pihaknya menjual beras kualitas medium dengan harga Rp 10.400/kg. Harga tersebut lenih rendah dibandingkan harga pasar yang mencapai Rp 12.100/kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Harga pasar) kira-kira Rp 12.100-an, tapi kita jual di sini Rp 10.400. Jadi tetap di bawah HET. Semua yang kita jual di bawah HET dan di bawah harga pasar," ujarnya.
Dengan operasi pasar murah tersebut diharapkan, dapat meningkatkan daya jangkau masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok, khususnya beras.
"Itulah yang kita harapkan bisa menguatkan keterjangkauan daya beli masyarakat," imbuhnya.
Khofifah menjelaskan tingginya harga jual beras terjadi mulai dari tingkat petani, sebab harga Gabah Kering Panen (GKP) telah melambung di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
"Jadi sebenarnya HET-nya itu sesuai HPP, harga pembelian pemerintah itu Rp 5.000 per kilogram, itu gabah kering panen. Tapi kemudian sampai di tempat penggilingan Jawa Timur ini sampai Rp 6.800," jelasnya.
Kondisi tersebut secara otomatis turut mendongkrak harga jual beras di pasaran.hungga di atas HET yang telah ditetapkan pemerintah.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim ini belum bisa memprediksi sampai kapan harga beras tersebut akan kembali normal. Kondisi itu diperparah dengan kekeringan ekstrem akibat El Nino. Sehingga sebagian beralih tanaman ke komoditas jagung dan kedelai.
"Kita tidak bisa melihat siklusnya sampai kapan, karena begini kalau kita panen raya puncaknya itu Maret April. Panen raya (kedua) kita sebenarnya September ini tapi tidak bisa tinggi seperti Maret apalagi ada El Nino," jelasnya
Lebih lanjut Khofifah menambahkan, selama tiga tahun terakhir, Provinsi Jawa Timur menjadi produsen beras tertinggi di Indonesia. Bahkan di September 2023 ini masih surplus 9,23 persen.
"Dulu kita suplai 16 provinsi Indonesia Timur. Sekarang ini per satu September ternyata ada kebutuhan untuk Sulsel, pada dasarnya Sulsel ini lumbung pangan kemudian ada suplai Riau dan Babel yang dulu kita tidak," kata Khofifah.
Pihaknya telah berkoordinasi dengan Bulog terkait ketersediaan stok beras dan dipastikan masih mencukupi hingga April 2024. Untuk itu pemerintah perlu meyakinkan kembali masyarakat terkait ketersediaan pangan dan tidak melakukan penimbunan.
"Saya rasa proses yang kita lakukan adalah bagaimana melakukan manajemen pengendalian harga beras di pasar. Supaya tetap bisa memenuhi keterjangkauan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan logistik di rumah masing-masing," jelasnya.
(dpe/fat)