Gubernur Khofifah Dorong Swasembada Gula untuk Genjot Produksi

Gubernur Khofifah Dorong Swasembada Gula untuk Genjot Produksi

Adhar Muttaqin - detikJatim
Sabtu, 14 Okt 2023 17:32 WIB
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
Gubernur Khofifah (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)
Tulungagung -

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendorong peningkatan produksi gula. Ini untuk mendukung swasembada gula nasional. Salah satunya melalui industri gula berskala kecil.

Khofifah saat menyaksikan penandatanganan kerja sama antara Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tebu di Tulungagung dengan perbankan daerah dan penyedia pupuk. Menurutnya kerja sama tersebut akan mendorong keberlanjutan produksi di tingkat petani hingga pabrik gula.

"Partnership itu penting, sinergitas itu penting, kolaborasi penting. Jadi kalau misalnya yang punya kebun tebu ada yang satu hektare, dua hektare, terkumpul semua, program ini akan mengelola seluas 15 ribu hektare," kata Khofifah, Sabtu (14/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya kolaborasi kelompok tani tebu PT Inti Rosan Makmur Sentosa Desa Tanen, Kecamatan Rejotangan, Tulungagung, tersebut mampu menjaring bahan baku tebu di tiga wilayah. Yakni, Blitar selatan, Tulungagung dan Trenggalek.

"Di Tulungagung ini ada lebih dari 100 pabrik gula kategori brown sugar. Kalau brown sugar harganya bisa di atas gula kristal putih. Kebayang nggak kalau itu kemudian sudah mulai banyak masuk pasar ekspor," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Perkembangan industri brown sugar di Tulungagung dinilai cukup kompetitif. Sehingga diharapkan akan menjadi salah satu penopang ketersediaan gula nasional.

Bahkan Khofifah mengaku kagum dengan inovasi yang dilakukan pabrik gula di Desa Tanen tersebut, karena mampu menjalankan produksi selama setahun penuh.

Upaya itu dilakukan dengan melakukan penataan dan pendampingan terhadap para petani tebu, sehingga hasil panennya mampu dibagi hingga 12 bulan.

"Saya surprise pabrik gula ini bisa produksi sepanjang tahun, saya rasa yang terjadi di Indonesia dan Jawa Timur, pabrik-pabrik gula besar itu biasanya mereka giling tebu mulai musim panen itu bulan Mei. Jadi ini luar biasa sehingga memang membutuhkan teknologi dan ilmu musim tanam yang lebih scientific," jelasnya.

Sementara Ketua Gapoktan Tebu PT Inti Rosan Makmur Sentosa, Mohammad Setiadi, mengatakan hasil intensifikasi produksi tebu kelompoknya, mampu menghasilkan 100 ton tebu per hektare. Jumlah tersebut naik dari sebelumnya 70 ton/hektare.

"Kita memanfaatkan pupuk nonsubsidi. Selama ini pangsa pasarnya masih untuk dalam negeri, nanti kami akan mengarah ke brown sugar dan akan diekspor ke Korea dan Eropa," kata Setiadi.

Di sisi lain Komisaris PT Inti Rosan Makmur Sentosa, Mudhofi, mengatakan sinergitas petani dengan akses permodalan dan pabrik merupakan mata rantai yang akan menjaga produksi gula.

Selama ini, tambah dia, para petani masih sering mengalami kendala dalam sistem tanam, akses permodalan hingga ketersediaan pupuk. Dengan pola kerja sama dan pembinaan yang baik akan mampu memperbaiki kualitas dan ketersediaan bahan baku.

"Proses pengolahan lahan itu membutuhkan biaya, kadang juga petani itu punya lahan tapi tidak punya biaya, bisa juga tidak punya lahan dan tidak punya biaya. Maka dengan akses permodalan mereka bisa membiayai produksi, kalau nggak punya lahan bisa sewa," ujarnya.




(dpe/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads