Memanfaatkan lahan bekas kolam udang, pasutri di Lamongan sukses mengolah lahan di belakang pekarangan rumah. Mereka menyulap lahan bekas kolam udang jadi kebun hidroponik yang banyak dibutuhkan warga.
Pasutri asal Lamongan itu adalah Helmi Hadinata (43) dan Diah Afrilianti yang sukses bertani ala hidroponik di areal perkotaan Lamongan, tepatnya di Kelurahan Sidoharjo.
"Semuanya bermula dari coba-coba," kata Helmi Hadinata saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (3/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terdapat banyak tanaman sayuran yang berhasil ditanam Helmi bersama istrinya di lahan seluas 2 ribu meter persegi itu. Dari bisnis sayuran hidroponik ini, mereka mampu menghasilkan keuntungan hingga belasan juta rupiah perbulan.
"Kebun sayur hidroponik ini mulai kami rintis sejak 2017 dengan memanfaatkan kolam bekas budidaya udang," ujarnya.
Beragam sayur hidroponik seperti sawi, selada, pakcoy, bayam dan sayuran lainnya ada di lahan mereka, sekitar 9 jenis sayuran. Berbekal keuletan dan kesabaran mereka, pasutri itu akhirnya bisa meniti jalan suksesnya hingga sayur hasil kebun hidroponik mereka bisa diterima masyarakat.
![]() |
"Untuk jenis sayuran yang ditanam di kebun ini ada beberapa jenis. Di antaranya ada kangkung, bayam hijau, bayam merah, sawi lokal dan Thailand, selada, pookcay serta seledri. Ada 9 jenis sayuran," imbuhnya.
Berkat keuletan yang dilakukan pasutri ini, kini produksi sayur hidroponik milik mereka mampu menembus pangsa supermarket dan beberapa daerah yang ada di Jawa Timur dengan omzetnya mencapai belasan juta rupiah tiap bulannya. Untuk proses mulai dari pembibitan hingga siap panen, rinci Helmi, sayuran hidroponik ini hanya memerlukan waktu selama enam minggu saja.
"Selain bisa bertahan selama satu minggu, sayuran hidroponik ini juga tanpa menggunakan pestisida sehingga aman untuk di konsumsi," jelasnya.
Permintaan sayur hidroponik mereka mulai naik sejak pandemi COVID-19 hingga sekarang. Beberapa daerah yang sudah merasakan sayur hidroponik pasutri asal Lamongan inu di antaranya adalah Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Gresik dan toko modern Surabaya. Untuk memenuhi permintaan pasar, Hilmi menggandeng 4 mitra yang kesemuanya ada di wilayah Lamongan karena tidak ingin mengecewakan konsumen.
"Konsumen mengambil sendiri sayurnya ke rumah sementara istri saya menawarkan sayur hidroponik ini melalui sosial media," paparnya.
Selain memenuhi permintaan sayur dari para pelanggan, setiap kali Pemkab Lamongan membutuhkan sayuran selalu mengambil dari mereka. Kini, kebun hidroponik ini juga menjadi rujukan bagi para pelajar atau mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Jawa Timur untuk belajar budidaya sayur hidroponik.
(hil/fat)