Usia senja tak menyurutkan semangat pasangan suami istri (pasutri) warga Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, Fathurahman (70) dan Tutik Suhantini (67). Keduanya mampu meraup cuan lewat budidaya selada hidroponik.
Meski tak muda lagi, keduanya tak pernah lelah belajar dan mengabdikan dirinya sebagai petani yang terus berinovasi. Hanya bermodal lahan seluas 500 meter persegi, kakek nenek ini berhasil membudidayakan selada dengan cara hidroponik.
Hidroponik merupakan metode budidaya tanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah. Dalam budidaya selada ini, bibit selada yang masih berupa biji ditempatkan pada spons atau busa yang selalu basah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru setelah berusia satu minggu dan tumbuh daun, selada dimasukkan pada lubang-lubang pipa. Yang perlu diperhatikan, pipa-pipa tersebut harus terus teraliri air.
Selain itu, PH air juga harus dijaga dan dipastikan air dalam tempat penampung tak langsung terkena matahari. Jika air sudah terlihat kotor, petani harus segera diganti yang baru.
"Saya suka menanam secara hidroponik seperti kubis secara polibag, dan sawi bukan hanya selada. Dari pengalaman-pengalaman itu, saya pernah diajak ke Pasuruan dan Malang untuk sharing mengenai tanamam secara hidroponik, akhirnya saya tekuni dalam satu setengah bulan hasilnya bagus di Kota Probolinggo," kata Fathurahman kepada detikJatim, Senin (13/2/2023).
Fathurahman mengaku, ia membeli satu pak bibit selada senilai Rp 650.000, yang berisi sekitar 2.500 biji bibit selada. Jika sudah panen, 1 kilogram selada berisi dua sampai tiga pohon dihargai Rp 25.000 sampai Rp 30.000.
Sementara untuk pemasarannya, selada budidaya Fathurahman dibeli distributor untuk dipasarkan ke supermarket.
"Untuk bibit beli di wilayah Pasuruan dari rekan-rekan kelompok penyuka hidroponik, untuk penanaman tidak susah, untuk pasar lumayan, kalau hasil panen saya tidak dijual di pasar-pasar, kita jual di supermarket di daerah Pasuruan, Bangil dan kota lain," imbuhnya.
Saat disinggung soal perawatan selada, Fathurahman mengaku tidak kesulitan. Ia mengatakan, perawatannya cukup mudah dibanding menanam selada dengan media tanam menggunakan tanah.
Saat ini, Fathurahman dan istrinya menanam 300 bibit selada berusia 1,5 bulan yang dalam waktu dekat siap dipanen.
"Untuk perawatan tidak susah, lebih gampang sistem begini, kita hanya kontrol hewan belalang yang suka makan selada, untuk panen paling lama 1,5 bulan," lanjut Fathurahman.
(hil/hil)