Bulan Ramadhan tak hanya istimewa bagi mereka yang berpuasa. Bulan suci ini juga mendatangkan keberkahan bagi sektor ekonomi. Salah satunya, pembuat kolang-kaling di Kabupaten Pacitan.
Tentu saja hal ini terkait erat dengan peningkatan permintaan buah dari pohon aren tersebut. Seperti diketahui, kolang-kaling banyak digunakan sebagai campuran minuman untuk berbuka puasa.
"Alhamdulillah, kalau bulan puasa begini permintaan jadi banyak," ujar Wanti, warga Desa Wonoanti, Kecamatan Tulakan, Selasa (28/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suami dari Katiyo itu mengaku sangat bersyukur. Sebab, bersamaan datangnya bulan Ramadhan, belasan batang pohon aren di lahannya siap dipanen. Tak ingin melewatkan kesempatan, Katiyo rutin memetiknya tiap hari.
Wanti memaparkan, untuk menghasilkan kolang-kaling siap konsumsi, dibutuhkan beberapa tahap. Usai dipetik, buah harus dilepaskan dari tangkai. Pun begitu, buah tak bisa dikupas begitu saja. Tapi harus direbus terlebih dahulu di air mendidih selama 20 menit.
"Setelah diangkat dari tungku, lalu didinginkan dan baru dikupas," katanya.
![]() |
Di tingkat petani seperti Wanti, harga jual kolang-kaling relatif terjangkau. Yaitu Rp 8 ribu per kilogram. Saat hari biasa, dirinya rata-rata menjual 10 kilogram per hari.
Saat awal bulan Ramadhan saja, permintaan melonjak hingga 3 kali lipat. Bahkan, Wanti dan Katiyo kerap bekerja hingga larut malam untuk memenuhi pesanan. Tentu saja rezeki yang dikantongi juga berlipat ganda.
"Yang pesan ya dari warga sekitar atau pedagang. Alhamdulillah pokoknya," tambah perempuan berjilbab itu.
Berbeda dengan harga jual di tingkat petani, penjualan kolang-kaling di pasar relatif mahal. Beberapa lapak di pasar tradisional menjual buah berciri kenyal itu seharga Rp 12 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram.
Kendati pesanan terus mengalir, namun pasutri itu enggan memaksa diri. Terlebih, proses pembuatan kolang-kaling cukup menyita waktu dan energi. Di sisi lain, mereka masih harus melakukan kegiatan sehari-hari, seperti memelihara ternak.
"Satu pohon itu bisa menghasilkan sampai 6 tandan. Kalau nuruti permintaan ndak akan mampu. Jadi diatur aja tenaganya untuk memetik dan mengolah," papar Katiyo.
(hil/fat)