Di tangan kreatif dan terampil, bambu apus bisa mendatangkan cuan melimpah. Seperti Arif Susanto (38) yang meraup Rp 15 juta per bulan dengan memproduksi aneka wadah makanan berbahan bambu apus.
Arif memulai bisnisnya sekitar 2,5 tahun lalu, yaitu sejak pandemi COVID-19 melanda. Ketika itu, ia kehilangan pekerjaannya sebagai buruh pabrik kayu. Kondisi itu memaksa bapak dua anak ini memaksimalkan kreativitas dan keterampilannya untuk mengolah bambu apus.
Bisnis ekonomi kreatif Arif kini berkembang pesat. Suami Etikawati (36) ini mampu memberdayakan 30 karyawan yang mayoritas warga di sekitar rumahnya untuk memproduksi aneka wadah makanan. Mulai dari kotak nasi, aneka bentuk rantang, kotak hampers, sokase, keranjang hantaran, bakul nasi, hingga kotak tumpeng.
Omzet penjualannya pun rata-rata mencapai Rp 15 juta per bulan. Bahkan ketika momen Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, omzet kerajinan wadah makanan berbahan bambu apus itu tembus Rp 20 juta dalam sebulan.
"Setiap hari kami membuat model custom sesuai pesanan pelanggan, ada kalau 300 model produk," kata Arif kepada wartawan di rumah sekaligus tempat bisnisnya, Dusun Kepuhrejo, Desa Grogol, Diwek, Jombang, Minggu (9/10/2022).
Bambu apus dipilih karena lebih eslastis dan kuat dibandingkan jenis lainnya. Karakter elastis bambu ini membuatnya mudah dibentuk. Arif juga tak sembarangan dalam mengolahnya. Karena setiap bagian bambu apus mempunyai fungsi masing-masing.
Bagian pangkal bambu yang cenderung kaku dan keras biasa ia gunakan sebagai kerangka wadah makanan. Bagian tengah bambu apus mempunyai kadar air dan kepadatan yang pas untuk bahan anyaman dan kerangka. Sedangkan ujung bambu biasa untuk bahan anyaman saja sebab lebih lentur.
"Bahan kerajinan kami 85 persen bambu apus. Ada juga modifikasi dengan mendong, pandan dan bahan sintetis. Model dan motif kami sesuaikan dengan permintaan pelanggan, ada juga yang desain sendiri," terangnya.
            
            
            
            
            (fat/fat)