Daur Ulang Sampah, Perajin Kostum Karnaval Mojokerto Raup Rp 34 Juta/Bulan

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Minggu, 11 Sep 2022 08:43 WIB
Kostum karnaval di Mojokerto/Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim
Mojokerto -

Tidak hanya wisata alam, Trawas di Kabupaten Mojokerto juga mempunyai komunitas perajin kostum karnaval yang patut diacungi jempol. Karya mereka kerap menghiasi berbagai event di Bumi Majapahit dan beberapa daerah lain. Namun, siapa sangka sebagian bahannya memanfaatkan sampah.

Yaitu Komunitas Trawas Trashion Carnival (TTC). Trashion sendiri berasal dari kata trash and fashion. Ya, komunitas ini sejak awal berdirinya September 2014 memang memanfaatkan sampah minuman saset sebagai bahan utama kostum karnaval.

"Awalnya murni passion dan peduli lingkungan hidup. Kami ingin menyampaikan kepada masyarakat kalau sampah yang dipandang sebelah mata bisa dimanfaatkan supaya tidak merusak lingkungan," kata pendiri sekaligus Ketua TCC Tri Mulyono kepada detikJatim, Minggu (11/9/2022).

Tri merupakan satu dari 5 inisiator berdirinya TTC di Desa/Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Setahun pertama, komunitas ini getol membuat kostum karnaval memanfaatkan sampah plastik. Mereka rajin mengumpulkan bungkus minuman saset dari sejumlah warung kopi.

Kala itu, busana berbahan sampah buatan TTC kerap tampil di event lomba kampung bersih, kampung hijau, pameran lingkungan hidup dan sekolah Adiwiyata. Ada pula yang dibeli atau sekadar disewa oleh instansi.

Namun, seiring berjalannya waktu kostum tersebut dirasa kurang menguntungkan. Karena menyiapkan bahannya saja butuh waktu sampai 1 bulan. Belum lagi tahap merangkai sampah plastik menjadi kostum karnaval yang setidaknya memakan waktu 2 minggu.

"Prosesnya panjang, ketika dipakai kostumnya juga lebih mudah rusak. Dalam setahun itu belum sampai menjadi penghasilan atau profit. Oleh sebab itu kami belajar dari Jember Fashion Carnival (JFC) mulai awal 2015," terangnya.

Ketika itu, kata Tri anggota TTC mempelajari kostum karnaval JFC sebatas melalui medsos. Tahun itu pula komunitas ini mulai membuat busana karnaval yang lebih artistik. Tri dan kawan-kawan baru benar-benar menyaksikan langsung JFC pada 2016. Dari sanalah ia mulai menjalin koneksi dengan para perajin untuk bertukar ilmu.

"Ilmunya di sana (JFC) dinamis, terus berkembang. Sehingga kami harus terus update," ujarnya.

Kini TTC mempunyai 71 anggota. Tidak hanya dari Kabupaten Mojokerto, mereka juga datang dari Jombang, Lamongan dan Pasuruan. Bahan kostum karnaval pun tak lagi sepenuhnya menggunakan sampah plastik. Sebagian besar bahan yang mereka gunakan dibeli dalam kondisi baru.



Simak Video "Video: Menyulap Kulit Semangka Jadi Kompos 'Black Gold' di New York"

(sun/sun)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork