Round Up

Dahsyatnya Erupsi Semeru hingga Warga Berlarian Histeris

Amir Baihaqi, Faiq Azmi - detikJatim
Kamis, 20 Nov 2025 09:17 WIB
Erupsi Semeru (Foto: Nur Hadi Wicaksono/detikJatim)
Lumajang -

Gunung Semeru meletus dahsyat hingga mengeluarkan awan panas guguran (APG) hingga 13 km hingga berstatus awas, Rabu (19/11/2025). Ribuan jiwa di sekitr gunung kini diungsikan ke sejumlah titik aman.

Gunung tertinggi di Jawa itu tercatat erupsi dengan meluncurkan awan panas guguran sejauh 5,5 kilometer hingga ke arah kawasan Besuk Kobokan.

Kolom abu terpantau berwarna kelabu pekat dengan intensitas tebal dan condong ke arah barat laut hingga utara. Erupsi juga terekam alat seismograf Pos Pengamatan Gunung Semeru dengan amplitudo maksimum 40 mm dengan durasi 16 menit 40 detik.

"Gunung Semeru luncurkan awan panas guguran sejauh 5,5 kilometer ke arah Besuk Kobokan," ujar Kepala BPBD kabupaten Lumajang Isnugroho kepada detikJatim.

Salah satu dampak erupsi adalah penutupan Jembatan Gladak Perak. Jembatan ini merupakan jalur utama menuju kawasan terdampak. Penutupan ini dilakukan untuk memastikan keselamatan warga dan pengunjung yang berada di sekitar kawasan lereng Semeru.

Ini karena tercatat ternyata Semeru meluncurkan awan panas hingga sejauh 13 kilometer (km). Letusan itu mengarah ke 2 aliran Sungai Curah Kobokan dan Kali Lanang atau Besuk Lengkong, Desa Supit Irang, Kecamatan Pronojiwo.

Letusan awan panas tiba-tiba membuat warga Dusun Kamar A atau Kamar Kajang, Desa Supit Urang, langsung panik dan mengungsi ke daerah aman.

Petugas baik dari Kepolisian dari Polsek setempat, TNI, dan relawan langsung melakukan pemantauan, dan menyetop seluruh aktifitas dan truk penambang dari sungai yang menjadi pembuangan lahar atau awan panas.

Warga yang di dominasi mengendarai motor, berlarian dan mencari tempat aman untuk berlindung dari paparan awan panas dari gunung tertinggi di Jawa Timur. Terdengan mereka juga berteriakan histeris.

Ali Murtopo, salah satu warga Desa Sumber Sari, mengatakan letusan awan panas guguran terjadi pukul 14.13 WIB, membuat warga panik dan para penambang langsung berlarian ke tempat aman, dan menyetop aktifitas pertambangan di 2 sungai yang dilintasi Awan Panas Guguran (APG).

"Letusan awan panas guguran dari Gunung Semeru, membuat warga desa terdekat dari Gunung Semeru, berlarian mencari tempat lokasi aman, dan kami menyuruh stop aktifitas penambang pasir, bahkan warga yang berada di perumahan yang dibangun pemerintah, dampak erupsi tahun lalu, juga panik," ujar Ali, saat dihubungi detikJatim.

Kondisi ini membuat di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, gelap gulita pada Rabu (19/11) sore. Awan panas dan abu vulkanik menutupi langit.

Kepala Desa Supiturang Nurul mengatakan warga telah meninggalkan rumah masing-masing untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. "Semuanya mengungsi," ujar Nurul kepada detikJatim.

Karena kondisi ini, status Semeru resmi dinaikkan dari Level III (Siaga) ke Level IV (Awas). Kenaikan status ini ditetapkan menyusul intensitas erupsi dan awan panas guguran yang terus meningkat.

"Menginformasi kenaikan Tingkat Aktivitas Gunung Semeru dari level III (SIAGA) ke Level IV (AWAS) pada pukul 17.00 WIB," tulis keterangan PVMBG, Rabu (19/11/2025).

Keputusan dibuat berdasarkan pertimbangan karena radius sudah lebih dari 8 kilomater. Selain itu, wilayah sektoral sejauh 20 kilometer di sisi selatan-tenggara juga dinyatakan zona berbahaya karena menjadi jalur luncuran awan panas dan lahar.

Akibat erupsi, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) resmi menutup total aktivitas pendakian Gunung Semeru pasca erupsi Rabu sore. Penutupan ini mengacu rekomendasi Badan Geologi Kementerian ESDM yang meningkatkan status Gunung Semeru dari Level III (Waspada) ke Level IV (Awas).

Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha menyampaikan bahwa keputusan penutupan ini dilakukan sebagai langkah mitigasi untuk menghindari potensi risiko bagi pendaki maupun masyarakat sekitar.

Dia menjelaskan, peningkatan status ke Level IV (Awas) menandakan adanya potensi bahaya erupsi yang signifikan dan perlu diwaspadai.

Rudijanta juga mengatakan bahwa berdasarkan rekomendasi Badan Geologi masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas apa pun di radius 8 kilometer dari puncak Gunung Semeru.

Selain itu, masyarakat juga diminta mewaspadai zona sektoral sejauh 20 kilometer ke arah selatan-tenggara yang berpotensi menjadi jalur aliran material vulkanik.

"Dengan mempertimbangkan kondisi terkini serta rekomendasi dari PVMBG, pendakian Gunung Semeru, termasuk jalur menuju Ranu Kumbolo ditutup mulai hari ini hingga dinyatakan aman," ujar Rudijanta dalam keterangan resminya, Rabu (19/11/2025).

Balai Besar TNBTS meminta bagi calon pendaki yang telah memesan tiket melalui situs resmi bromotenggersemeru.id.

Selain memastikan bahwa seluruh pemegang tiket dapat melakukan penjadwalan ulang (reschedule). "Mekanisme lengkap terkait proses reschedule akan diumumkan dalam waktu dekat," tegas Rudijanta.

Endrip menyampaikan ada teryata masih ada pendaki yang berada di jalur pendakian, tepatnya di Ranu Kumbolo, ketika Semeru mengalami erupsi dahsyat. Sebelumnya dikabarkan ada puluhan orang yang terjebak, jumlahnya ternyata ratusan.

Data mengenai jumlah pendaki yang masih terjebak di Ranu Kumbolo itu disampaikan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS, Septi Eka Wardhani. Dia sebutkan bahwa total pendaki yang terjebak saat ini berjumlah 178 orang.

"Jumlah orang yang berada di Ranukumbolo sebanyak 178 orang terdiri dari 137 orang pendaki, 1 orang petugas, 2 saver, 7 orang PPGST, 15 porter, dan 6 orang dari Tim Kementerian Pariwisata," ujar Septi, Rabu (19/11/2025).

Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani mengatakan pihaknya terus berkoordinasi dengan Pendamping Pendakian Gunung Semeru Terdaftar (PPGST) terkait keberadaan ratusan orang di Pos Ranu Kumbolo sejak erupsi Gunung Semeru.

Untuk sementara, kata Septi, TNBTS meminta para pendaki itu untuk bermalam di lokasi dan tidak meneruskan perjalanan turun menuju Ranupani karena berbagai faktor yang membahayakan mereka.

"Sore tadi, teman teman PPGST menyampaikan bahwa evakuasi malam tidak direkomendasikan," ungkap Septi kepada wartawan, Rabu (19/11/2025).

Septi mengatakan upaya evakuasi tersebut cukup beresiko jika dilakukan pada malam hari. Selain gelap, jalur yang dilintasi licin akibat hujan dan rawan terjadi longsor.



Simak Video "Video: Gunung Semeru Erupsi, Ini Himbauan dari BNPB"

(dpe/abq)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork