Round Up

Ancaman Serius Mikroplastik yang Cemari Air Hujan di Surabaya

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Minggu, 16 Nov 2025 09:17 WIB
Ilustrasi hujan/Foto: Pradita Utama/detikcom
Surabaya -

Ancaman kesehatan bagi warga Kota Surabaya kini datang dari langit. Air hujan yang turun setiap hari, ternyata membawa mikroplastik dengan temuan signifikan di hampir semua titik pemantauan kota.

Temuan mikroplastik dalam air hujan di Surabaya menguak fakta mencengangkan, partikel plastik ternyata ikut jatuh bersama presipitasi dan berpotensi mengancam kesehatan warga. Riset berbagai komunitas lingkungan memperlihatkan tingkat pencemaran yang cukup tinggi, terutama di kawasan padat aktivitas dan dekat titik pembakaran sampah.

Air hujan di Kota Surabaya diketahui mengandung mikroplastik berdasarkan hasil riset Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Komunitas Growgreen, River Warrior, dan Ecoton.

Koordinator Penelitian Mikroplastik Kota Surabaya Alaika Rahmatullah menyebut Surabaya berada di peringkat keenam dari 18 kota di Indonesia yang terdeteksi memiliki mikroplastik di udara, dengan tingkat kontaminasi 12 partikel/90 cm²/2 jam.

"Tingginya tingkat pencemaran mikroplastik dipengaruhi kondisi lingkungan, semisal di Pakis Gelora, menunjukkan kadar mikroplastik tinggi karena terdapat aktivitas pembakaran sampah dan lokasi yang berdekatan dengan pasar dan jalan raya," ujar Alaika, Sabtu (15/11/2025).

Riset dilakukan pada 11-14 November 2025 di sejumlah titik, seperti Dharmawangsa, Ketintang, Gunung Anyar, Wonokromo, HR Muhammad, Tanjung Perak, dan Pakis Gelora. Metode pengambilan sampel menggunakan wadah aluminium, stainless steel, serta mangkuk kaca berdiameter 20-30 cm yang diletakkan setinggi lebih dari 1,5 meter selama 1-2 jam.

Hasilnya, Pakis Gelora menjadi lokasi dengan pencemaran tertinggi mencapai 356 partikel mikroplastik per liter, disusul Tanjung Perak sebesar 309 PM/L.

Lebih lanjut, Peneliti Ecoton Sofi Azilan menerangkan bahwa mikroplastik yang paling banyak ditemukan merupakan jenis fiber, disusul filamen.

"Membakar sampah plastik akan menghasilkan jenis mikroplastik fiber, dari riset sebelumnya yang dilakukan di lokasi dekat tungku pembakaran sampah di Sidoarjo, menunjukkan jenis fiber mendominasi mikroplastik di udara sekitar daerah pembakaran sampah," jelas Sofi.

Sumber mikroplastik berasal dari pembakaran sampah plastik, gesekan ban kendaraan dengan aspal, kegiatan laundry, timbunan sampah plastik, hingga polusi industri dan kendaraan bermotor.

Peneliti Growgreen, Shofiyah, yang juga mahasiswa Unesa mengingatkan warga agar tidak abai.

"Ini harus menjadi warning untuk tidak membakar sampah terbuka, membuang sampah ke sungai, dan konsumsi plastik sekali pakai berlebihan," tegasnya.

Ia juga mengimbau warga tidak membuka mulut saat hujan untuk mencegah tertelan partikel mikroplastik. "Semua lokasi penelitian tercemar mikroplastik. Kondisi ini mengkhawatirkan, dan akan jadi ancaman serius bagi kesehatan warga," terangnya.



Simak Video "Video: Respons BMKG soal Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik"


(irb/hil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork