Air Hujan Surabaya Mengandung Mikroplastik, Waspada Dampak Jangka Panjang

Air Hujan Surabaya Mengandung Mikroplastik, Waspada Dampak Jangka Panjang

Aprilia Devi - detikJatim
Sabtu, 15 Nov 2025 17:40 WIB
hujan di surabaya akhir weekend
Hujan ringan di Surabaya. Foto: Deny Prastyo Utomo
Surabaya -

Temuan mikroplastik dalam air hujan di Surabaya menjadi alarm serius. Sebab, ada bahaya yang mengintai kesehatan masyarakat di baliknya.

Dosen Prodi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis FIK UM Surabaya Vella Rohmayani menegaskan mikroplastik sudah menyusup ke hampir semua elemen lingkungan, termasuk hujan yang saat ini hampir turun setiap hari.

"Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran 5-1 milimeter dengan bentuk beragam, seperti serat, fragmen, hingga granula," ujar Vella saat dihubungi detikJatim, Sabtu (15/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia memaparkan ada dua jenis mikroplastik, yakni primer yang berasal dari produk kosmetik, dan kesehatan yang mengandung microbead atau microexfoliate, seperti polietilen (PE), polipropilen (PP), dan polistiren (PS).

ADVERTISEMENT

Sedangkan, sekunder yang merupakan hasil degradasi plastik melalui proses fisik, komia, atau proses biologis. Persebarannya kini nyaris tak terbendung.

"Mikroplastik telah ditemukan di laut, sungai, udara, hingga tubuh mikroorganisme. Ukurannya yang sangat kecil memungkinkan mikroplastik dapat tertelan berbagai organisme" paparnya.

Menurut Vella, air hujan juga bisa menjadi salah satu media penyebaran. "Air hujan dapat terkontaminasi mikroplastik karena partikel ini terangkat ke atmosfer dan kemudian jatuh kembali saat turun hujan," jelasnya.

Pembakaran sampah plastik dan pembuangan sampah sembarangan pun menjadi pemicu utama mikroplastik beterbangan, dan akhirnya turun sebagai presipitasi.

Ia mengingatkan mikroplastik bukan sekadar isu lingkungan. Vella menyebut paparan jangka panjang dapat berdampak serius, terutama bagi kesehatan manusia.

"Air hujan yang mengandung mikroplastik tentu berbahaya bagi kesehatan, dapat menyebabkan risiko kontaminasi mikroplastik dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi menjadi lebih besar," tuturnya.

Paparan mikroplastik pada tubuh manusia tidak bisa dianggap sepele. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa partikel kecil ini berpotensi menimbulkan penyakit serius di tubuh manusia.

"Bahkan, penelitian juga menunjukkan mikroplastik dapat memicu peradangan jaringan, gangguan hormon, masalah reproduksi, hingga komplikasi kehamilan, dan masalah kesehatan lainnya," lanjutnya.

Vella pun menekankan pentingnya upaya pencegahan. Ia mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menggunakan wadah makan dan botol minum yang dapat dipakai berulang, serta membawa tas belanja sendiri.

Ia juga menegaskan pentingnya menghindari pembakaran sampah plastik. Ia pun menyampaikan beberapa imbauan untuk masyarakat saat hujan turun.

"Penggunaan masker filtrasi sangat direkomendasikan saat berada di luar ruangan. Lalu, ketika hujan turun, payung atau jas hujan dapat mencegah kontak langsung dengan air hujan yang mungkin mengandung mikroplastik," imbaunya.

Ia juga menyarankan pengemudi mengaktifkan mode sirkulasi kabin, terutama saat hujan, guna mengurangi paparan partikel dari udara luar.

"Kemudian sesampainya di rumah, mandi dan berganti pakaian dianjurkan untuk menghilangkan partikel yang menempel," sarannya.

Hal ini pun tidak bisa didiamkan. Menurut Vella, pemerintah memiliki peran penting dalam mengatasi persoalan ini.

"Perlunya kebijakan tegas terkait larangan pembakaran sampah terbuka, peningkatan sistem pengelolaan sampah terpadu, serta aturan ketat bagi produsen yang menggunakan kemasan plastik," pungkasnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, hasil penelitian Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Growgreen, River Warrior, dan Ecoton menemukan air hujan Surabaya telah mengandung mikroplastik.

Koordinator Penelitian Mikroplastik Kota Surabaya Alaika Rahmatullah menyebut, Surabaya berada di peringkat keenam dari 18 kota di Indonesia, dengan temuan mikroplastik di udara, dengan tingkat kontaminasi 12 partikel/90 cmΒ²/2 jam.

"Tingginya tingkat pencemaran mikroplastik dipengaruhi kondisi lingkungan, semisal di Pakis Gelora, menunjukkan kadar mikroplastik tinggi karena terdapat aktivitas pembakaran sampah dan lokasi yang berdekatan dengan pasar dan jalan raya," ujarnya.

Riset itu sendiri telah dilakukan pada 11-14 November 2025 di beberapa kawasan seperti Dharmawangsa, Ketintang, Gunung Anyar, Wonokromo, HR Muhammad, Tanjung Perak, dan Pakis Gelora.

Metodenya dengan menempatkan wadah aluminium, steinless steel, dan wadah mangkok kaca dengan diameter 20-30 cm diletakkan pada ketinggian lebih dari 1,5 meter selama 1-2 jam.

"Dari grafik menunjukkan bahwa lokasi paling tercemar mikroplastik adalah daerah Pakis Gelora yakni sebanyak 356 partikel Mikroplastik(PM) /Liter, disusul Tanjung Perak pada posisi kedua dengan 309PM/L," beber Alaika.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads