Ancaman Serius Mikroplastik yang Cemari Air Hujan di Surabaya

Round Up

Ancaman Serius Mikroplastik yang Cemari Air Hujan di Surabaya

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Minggu, 16 Nov 2025 09:17 WIB
Sejumlah warga menerobos hujan di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Kamis (30/10/2025). Ancaman mikroplastik turun bersama tetesan air hujan di Jakarta. Fenomena ini jadi alarm serius bagi lingkungan perkotaan dan warga diimbau pakai masker.
Ilustrasi hujan/Foto: Pradita Utama/detikcom
Surabaya -

Ancaman kesehatan bagi warga Kota Surabaya kini datang dari langit. Air hujan yang turun setiap hari, ternyata membawa mikroplastik dengan temuan signifikan di hampir semua titik pemantauan kota.

Temuan mikroplastik dalam air hujan di Surabaya menguak fakta mencengangkan, partikel plastik ternyata ikut jatuh bersama presipitasi dan berpotensi mengancam kesehatan warga. Riset berbagai komunitas lingkungan memperlihatkan tingkat pencemaran yang cukup tinggi, terutama di kawasan padat aktivitas dan dekat titik pembakaran sampah.

Air hujan di Kota Surabaya diketahui mengandung mikroplastik berdasarkan hasil riset Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Komunitas Growgreen, River Warrior, dan Ecoton.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Koordinator Penelitian Mikroplastik Kota Surabaya Alaika Rahmatullah menyebut Surabaya berada di peringkat keenam dari 18 kota di Indonesia yang terdeteksi memiliki mikroplastik di udara, dengan tingkat kontaminasi 12 partikel/90 cmΒ²/2 jam.

ADVERTISEMENT

"Tingginya tingkat pencemaran mikroplastik dipengaruhi kondisi lingkungan, semisal di Pakis Gelora, menunjukkan kadar mikroplastik tinggi karena terdapat aktivitas pembakaran sampah dan lokasi yang berdekatan dengan pasar dan jalan raya," ujar Alaika, Sabtu (15/11/2025).

Riset dilakukan pada 11-14 November 2025 di sejumlah titik, seperti Dharmawangsa, Ketintang, Gunung Anyar, Wonokromo, HR Muhammad, Tanjung Perak, dan Pakis Gelora. Metode pengambilan sampel menggunakan wadah aluminium, stainless steel, serta mangkuk kaca berdiameter 20-30 cm yang diletakkan setinggi lebih dari 1,5 meter selama 1-2 jam.

Hasilnya, Pakis Gelora menjadi lokasi dengan pencemaran tertinggi mencapai 356 partikel mikroplastik per liter, disusul Tanjung Perak sebesar 309 PM/L.

Lebih lanjut, Peneliti Ecoton Sofi Azilan menerangkan bahwa mikroplastik yang paling banyak ditemukan merupakan jenis fiber, disusul filamen.

"Membakar sampah plastik akan menghasilkan jenis mikroplastik fiber, dari riset sebelumnya yang dilakukan di lokasi dekat tungku pembakaran sampah di Sidoarjo, menunjukkan jenis fiber mendominasi mikroplastik di udara sekitar daerah pembakaran sampah," jelas Sofi.

Sumber mikroplastik berasal dari pembakaran sampah plastik, gesekan ban kendaraan dengan aspal, kegiatan laundry, timbunan sampah plastik, hingga polusi industri dan kendaraan bermotor.

Peneliti Growgreen, Shofiyah, yang juga mahasiswa Unesa mengingatkan warga agar tidak abai.

"Ini harus menjadi warning untuk tidak membakar sampah terbuka, membuang sampah ke sungai, dan konsumsi plastik sekali pakai berlebihan," tegasnya.

Ia juga mengimbau warga tidak membuka mulut saat hujan untuk mencegah tertelan partikel mikroplastik. "Semua lokasi penelitian tercemar mikroplastik. Kondisi ini mengkhawatirkan, dan akan jadi ancaman serius bagi kesehatan warga," terangnya.

Kaitan dengan Temuan di Malang Raya

Sebelumnya, Ecoton juga menemukan mikroplastik dalam air hujan di wilayah Malang Raya. Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton Rafika Aprilianti menjelaskan mikroplastik terdistribusi ke atmosfer akibat emisi pembakaran sampah plastik dan fragmentasi sampah terbuka.

Pada lima titik pengambilan sampel di Malang, konsentrasi tertinggi berada di Blimbing mencapai 98 partikel per liter.

"Saat masyarakat membakar sampah plastik, partikel mikroskopis plastik ikut terlepas ke udara bersama asap dan debu," ujarnya.

Mikroplastik Bisa Picu Penyakit Serius

Fenomena ini menjadi perhatian kalangan akademisi. Dosen Prodi Teknologi Laboratorium Medis FIK UM Surabaya, Vella Rohmayani, menegaskan mikroplastik sudah menyebar ke hampir seluruh elemen lingkungan.

"Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran 5-1 milimeter dengan bentuk beragam, seperti serat, fragmen, hingga granula," ujar Vella. Ia memaparkan mikroplastik primer berasal dari produk kosmetik dan kesehatan, sedangkan mikroplastik sekunder muncul dari degradasi plastik.

Air hujan, katanya, dapat terkontaminasi karena partikel plastik terangkat ke atmosfer dan kembali turun saat hujan. Pembakaran sampah plastik dan pembuangan sampah sembarangan menjadi pemicu utama.

"Air hujan yang mengandung mikroplastik tentu berbahaya bagi kesehatan, dapat menyebabkan risiko kontaminasi mikroplastik dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi menjadi lebih besar," tuturnya.

Menurut Vella, paparan mikroplastik bisa memicu peradangan jaringan, gangguan hormon, masalah reproduksi, komplikasi kehamilan, dan penyakit lainnya.

Sebagai langkah perlindungan, ia mendorong masyarakat mengurangi plastik sekali pakai, menggunakan wadah makan dan botol minum yang bisa dipakai ulang, serta tidak membakar sampah plastik.

"Penggunaan masker filtrasi sangat direkomendasikan saat berada di luar ruangan. Lalu, ketika hujan turun, payung atau jas hujan dapat mencegah kontak langsung dengan air hujan yang mungkin mengandung mikroplastik," imbaunya.

Ia juga menyarankan pengemudi mengaktifkan mode sirkulasi kabin saat hujan dan segera mandi setelah pulang untuk menghilangkan partikel yang menempel.

Pemerintah Diminta Bertindak

Vella menegaskan perlunya kebijakan tegas dari pemerintah, mulai dari larangan pembakaran sampah terbuka hingga pengelolaan sampah terpadu. Produsen kemasan plastik juga harus diatur lebih ketat agar mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Di sisi lain, tim peneliti memberikan rekomendasi tambahan seperti perlunya uji mikroplastik reguler pada udara Kota Surabaya serta sanksi sosial berupa publikasi foto bagi warga yang membakar atau membuang sampah plastik ke sungai dan pesisir.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Respons BMKG soal Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads