Jenis-jenis Mikroplastik dan Bahayanya untuk Tubuh

Jenis-jenis Mikroplastik dan Bahayanya untuk Tubuh

Irma Budiarti - detikJatim
Senin, 17 Nov 2025 14:40 WIB
Foto close-up dari samping mikroplastik yang menempel di tangan manusia. Konsep polusi air dan pemanasan global. Ide perubahan iklim.
ILUSTRASI MIKROPLASTIK. Foto: Getty Images/iStockphoto/pcess609
Surabaya -

Temuan mikroplastik dalam air hujan di Kota Surabaya menjadi alarm serius. Sebab, ada bahaya yang mengintai kesehatan masyarakat di baliknya.

Dosen Prodi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis FIK UM Surabaya Vella Rohmayani menegaskan mikroplastik sudah menyusup ke hampir semua elemen lingkungan, termasuk hujan yang saat ini hampir turun setiap hari.

"Mikroplastik adalah partikel plastik berukuran 5-1 milimeter dengan bentuk beragam, seperti serat, fragmen, hingga granula," ujar Vella saat dihubungi detikJatim, Sabtu (15/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam penjelasannya, Vella memaparkan mikroplastik terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu mikroplastik primer dan sekunder. Keduanya memiliki sumber yang berbeda, namun sama-sama berpotensi membahayakan lingkungan dan tubuh manusia.

ADVERTISEMENT

Jenis mikroplastik primer berasal dari produk kosmetik dan kesehatan yang mengandung microbead atau microexfoliate, seperti polietilen (PE), polipropilen (PP), dan polistiren (PS).

Sementara mikroplastik sekunder merupakan hasil degradasi plastik melalui proses fisik, kimia, atau biologis. Pecahan-pecahan kecil ini dapat berasal dari kantong plastik, botol, atau limbah plastik lainnya yang rusak dan terurai di alam.

"Mikroplastik telah ditemukan di laut, sungai, udara, hingga tubuh mikroorganisme. Ukurannya yang sangat kecil memungkinkan mikroplastik dapat tertelan berbagai organisme," paparnya.

Menurut Vella, air hujan kini juga menjadi salah satu media penyebaran mikroplastik. Pembakaran sampah plastik dan pembuangan sampah sembarangan menjadi faktor utama mikroplastik beterbangan di udara, lalu turun bersama presipitasi.

"Air hujan dapat terkontaminasi mikroplastik karena partikel ini terangkat ke atmosfer, dan kemudian jatuh kembali saat turun hujan," jelasnya.

Vella mengingatkan mikroplastik bukan sekadar isu lingkungan. Dampaknya terhadap kesehatan manusia sangat nyata, terutama jika paparan terjadi dalam jangka panjang.

"Air hujan yang mengandung mikroplastik tentu berbahaya bagi kesehatan, dapat menyebabkan risiko kontaminasi mikroplastik dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi menjadi lebih besar," tuturnya.

Berbagai penelitian menunjukkan mikroplastik dapat terakumulasi dalam tubuh melalui makanan, minuman, udara, hingga kontak kulit. Dalam jangka panjang, risiko kesehatan pun meningkat.

"Bahkan, penelitian juga menunjukkan mikroplastik dapat memicu peradangan jaringan, gangguan hormon, masalah reproduksi, hingga komplikasi kehamilan, dan masalah kesehatan lainnya," lanjutnya.

Untuk mengurangi risiko paparan, Vella menekankan pentingnya perubahan perilaku sehari-hari. Mulai dari mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, membawa tas belanja sendiri, hingga menggunakan wadah makan dan botol minum yang bisa dipakai berkali-kali. Ia juga mengingatkan masyarakat untuk menghindari pembakaran sampah plastik, serta lebih berhati-hati ketika hujan turun.

"Penggunaan masker filtrasi sangat direkomendasikan saat berada di luar ruangan. Lalu, ketika hujan turun, payung atau jas hujan dapat mencegah kontak langsung dengan air hujan yang mungkin mengandung mikroplastik," imbaunya.

Selain itu, bagi pengendara kendaraan pribadi, Vella menyarankan mengaktifkan mode sirkulasi kabin saat hujan agar paparan dari udara luar berkurang. Setibanya di rumah, mandi dan mengganti pakaian penting dilakukan untuk menghilangkan partikel yang mungkin menempel.

"Kemudian sesampainya di rumah, mandi dan berganti pakaian dianjurkan untuk menghilangkan partikel yang menempel," sarannya.

Masalah mikroplastik tidak bisa dibebankan hanya kepada masyarakat. Pemerintah perlu turun tangan melalui regulasi dan pengawasan yang lebih tegas.

"Perlunya kebijakan tegas terkait larangan pembakaran sampah terbuka, peningkatan sistem pengelolaan sampah terpadu, serta aturan ketat bagi produsen yang menggunakan kemasan plastik," pungkasnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, penelitian Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Growgreen, River Warrior, dan Ecoton menemukan bahwa air hujan di Surabaya telah mengandung mikroplastik.

Koordinator Penelitian Mikroplastik Kota Surabaya Alaika Rahmatullah mengatakan Surabaya menduduki peringkat keenam dari 18 kota di Indonesia terkait temuan mikroplastik di udara, dengan tingkat kontaminasi mencapai 12 partikel/90 cmΒ²/2 jam.

"Tingginya tingkat pencemaran mikroplastik dipengaruhi kondisi lingkungan, semisal di Pakis Gelora, menunjukkan kadar mikroplastik tinggi karena terdapat aktivitas pembakaran sampah dan lokasi yang berdekatan dengan pasar dan jalan raya," ujarnya.

Riset tersebut dilakukan pada 11-14 November 2025 di sejumlah lokasi seperti Dharmawangsa, Ketintang, Gunung Anyar, Wonokromo, HR Muhammad, Tanjung Perak, hingga Pakis Gelora.

Pengambilan sampel dilakukan menggunakan wadah aluminium, stainless steel, serta mangkok kaca berdiameter 20-30 cm yang diletakkan pada ketinggian lebih dari 1,5 meter selama 1-2 jam.

"Dari grafik menunjukkan bahwa lokasi paling tercemar mikroplastik adalah daerah Pakis Gelora yakni sebanyak 356 partikel Mikroplastik (PM)/liter, disusul Tanjung Perak pada posisi kedua dengan 309 PM/L," beber Alaika.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads