7 Fakta Heboh Mikroplastik Ditemukan Cemari Air Hujan Surabaya

7 Fakta Heboh Mikroplastik Ditemukan Cemari Air Hujan Surabaya

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Minggu, 16 Nov 2025 10:45 WIB
Ilustrasi Cuaca Hujan dan Mendung di Surabaya
Ilustrasi hujan di Surabaya (Foto: Nimas Lintang/detikJatim)
Surabaya -

Ancaman kesehatan bagi warga Surabaya kini bukan hanya datang dari polusi udara atau limbah sungai, tetapi juga dari langit. Air hujan yang turun ternyata membawa mikroplastik dalam jumlah signifikan.

Riset terbaru menunjukkan, presipitasi di berbagai titik Kota Surabaya mengandung partikel plastik mikroskopis yang dapat terhirup, tertelan, hingga masuk ke rantai makanan, memperbesar risiko penyakit serius. Temuan ini dinilai alarm berbahaya, terutama karena sumber pencemar berasal dari aktivitas masyarakat sehari-hari.

Berikut sederet faktanya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Surabaya Masuk 6 Besar Kota dengan Paparan Mikroplastik Tertinggi

Surabaya berada di peringkat keenam dari 18 kota di Indonesia yang terdeteksi memiliki mikroplastik di udara, dengan tingkat kontaminasi mencapai 12 partikel/90 cmΒ²/2 jam, sebuah angka yang menunjukkan betapa seriusnya paparan partikel plastik yang turun bersama hujan dan dapat terhirup tanpa disadari oleh masyarakat setiap kali hujan turun.

"Tingginya tingkat pencemaran mikroplastik dipengaruhi kondisi lingkungan, semisal di Pakis Gelora, menunjukkan kadar mikroplastik tinggi karena terdapat aktivitas pembakaran sampah dan lokasi yang berdekatan dengan pasar dan jalan raya," ujar Alaika Rahmatullah.

ADVERTISEMENT

2. Pakis Gelora Jadi Titik Paling Tercemar Mikroplastik

Riset menemukan kawasan Pakis Gelora sebagai lokasi dengan pencemaran tertinggi mencapai 356 partikel per liter, disusul Tanjung Perak sebanyak 309 PM/L, angka yang mengindikasikan konsentrasi mikroplastik jauh di atas rata-rata kota besar dan menunjukkan aktivitas warga berpotensi memperparah kualitas air hujan.

"Membakar sampah plastik akan menghasilkan jenis mikroplastik fiber, dari riset sebelumnya yang dilakukan di lokasi dekat tungku pembakaran sampah di Sidoarjo, menunjukkan jenis fiber mendominasi mikroplastik di udara sekitar daerah pembakaran sampah," jelas Peneliti Ecoton, Sofi Azilan.

3. Mikroplastik Didominasi Serat Fiber dari Pembakaran Sampah

Jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan dalam air hujan Surabaya adalah serat atau fiber, yang umumnya berasal dari pembakaran sampah plastik terbuka, gesekan ban kendaraan, limbah laundry, dan sisa-sisa aktivitas harian masyarakat perkotaan yang kemudian terangkat ke atmosfer sebelum jatuh kembali bersama hujan.

"Ini harus menjadi warning untuk tidak membakar sampah terbuka, membuang sampah ke sungai, dan konsumsi plastik sekali pakai berlebihan," tegas Peneliti Growgreen, Shofiyah.

4. Warga Diimbau Tidak Membuka Mulut Saat Hujan

Peneliti memperingatkan bahwa seluruh titik riset tercemar mikroplastik, sehingga kontak langsung dengan air hujan dapat meningkatkan risiko masuknya partikel plastik ke tubuh, baik melalui kulit, pernapasan, maupun mulut, terutama saat hujan deras ketika presipitasi membawa partikel lebih banyak.

"Semua lokasi penelitian tercemar mikroplastik. Kondisi ini mengkhawatirkan, dan akan jadi ancaman serius bagi kesehatan warga," ujarnya.

5. Temuan di Surabaya Sejalan dengan di Malang Raya

Ecoton sebelumnya menemukan mikroplastik dalam air hujan Malang Raya dengan konsentrasi tertinggi di Blimbing mencapai 98 partikel per liter, yang memperlihatkan pola distribusi mikroplastik dapat bergerak luas melalui udara dan tidak mengenal batas wilayah administrasi, memperbesar risiko paparan lintas kota.

"Saat masyarakat membakar sampah plastik, partikel mikroskopis plastik ikut terlepas ke udara bersama asap dan debu," kata Rafika Aprilianti.

6. Mikroplastik Bisa Memicu Penyakit Serius pada Tubuh

Mikroplastik yang masuk ke tubuh dapat menyebabkan peradangan, gangguan hormon, hingga masalah reproduksi, karena partikel berukuran kecil tersebut mampu menyusup ke jaringan tubuh dan ikut bermigrasi ke organ dalam, menjadikannya ancaman kesehatan jangka panjang tanpa gejala langsung.

"Air hujan yang mengandung mikroplastik tentu berbahaya bagi kesehatan, dapat menyebabkan risiko kontaminasi mikroplastik dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi menjadi lebih besar," tutur Dosen UM Surabaya, Vella Rohmayani.

7. Peneliti Mendesak Pemerintah Ambil Tindakan Tegas

Pakar menilai perlunya kebijakan menyeluruh untuk mengatasi mikroplastik, mulai dari larangan pembakaran sampah terbuka, pengelolaan sampah terpadu, hingga pembatasan plastik sekali pakai oleh produsen, karena tanpa regulasi kuat pencemaran mikroplastik akan terus meningkat dan mengancam generasi mendatang.

"Penggunaan masker filtrasi sangat direkomendasikan saat berada di luar ruangan. Lalu, ketika hujan turun, payung atau jas hujan dapat mencegah kontak langsung dengan air hujan yang mungkin mengandung mikroplastik," imbaunya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Respons BMKG soal Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads