Seorang ibu paruh baya bernama Santi rela menjual ginjalnya demi pendidikan anaknya. Kisah pilu ini sempat viral di media sosial setelah diunggah akun Instagram @surabayakabarmetro.
Menurut pengakuannya, niat menjual ginjal muncul karena keinginannya agar sang anak bisa melanjutkan kuliah hingga lulus. Langkah ekstrem itu ia tempuh di tengah kondisi ekonomi keluarga yang serba terbatas.
"Sebenarnya saya sudah dua kali punya keinginan untuk jual ginjal. Yang pertama tahun 2018, agar anak saya bisa tetap kuliah di farmasi sampai lulus. Tapi anak saya nggak bolehin. Dia bilang, 'Kalau ibu jual ginjal, saya enggak sekolah aja.' Akhirnya saya berusaha pinjam-pinjam uang, sampai jual rumah dan motor," kata Bu Santi kepada detikJatim, Jumat (31/10/2025).
Ia menambahkan, niat kedua untuk menjual ginjal muncul setelah anaknya meninggal dunia. Padahal, ia telah mengerahkan segala tenaga, usaha, peluh, dan air mata untuk memperjuangkan agar sang putri bisa menuntaskan pendidikan.
"Keinginan yang kedua itu tahun 2019, ketika anak saya diambil sama Tuhan. Bulan 9 harusnya dia wisuda, tapi bulan 7 sudah nggak ada. Saat itu saya dan suami sudah putus asa. Utang kami banyak di mana-mana. Anak yang saya perjuangkan pendidikannya sudah nggak ada. Suami langsung drop, sakit gula, nggak mau kerja. Akhirnya saya bilang ke Bu Fenny, teman saya, 'Bu, kalau ada orang mau beli ginjal, saya mau jual,' begitu saya bilang," ujarnya.
Masa-masa berkabung menjadi periode terberat bagi Santi. Ia mengaku benar-benar kehabisan harapan dan merasa tak punya pilihan lain selain menjual salah satu organ tubuhnya demi menyelamatkan perekonomian keluarga.
"Sebenarnya saya dan suami waktu itu kayak orang gila. Anak umur 23 tahun diambil Allah. Dulu berani ngutang karena berpikir setelah lulus, anak bisa bantu memperbaiki keadaan orang tua. Tapi Allah berkehendak lain," tuturnya.
"Dokter bilang anak saya sakit radang otak. Tapi setelah dicek dan dilobangi lehernya, enggak ketemu. Salah satu tangannya juga merah-merah kayak DB. Anak saya itu magang di salah satu rumah sakit di Karang Menjangan Surabaya. Harusnya bukan tugas dia bawa baki habis operasi besar untuk dicuci, tapi dia bantu bawa. Nah, baki itu enggak sengaja kesenggol temannya dan tumpah ke tangannya. Mungkin dari situ virusnya," tambah Santi mengenang.
Meski sempat terpuruk dan kehilangan arah, Santi akhirnya berusaha bangkit. Ia mulai memulihkan hidupnya setelah diajak seorang teman bergabung di UKM Benang Emas. Meski penghasilannya tak besar, kegiatan itu membantunya pulih secara mental.
"Kalau saya enggak bangkit, bagaimana bisa mengurus suami yang sakit dan memperbaiki ekonomi keluarga. Atas saran Bu Fenny, saya gabung ke UKM ini. Di sini ketemu banyak orang, banyak teman dan saudara. Yang paling penting, mental saya sembuh dulu. Akhirnya saya menemukan pelipur lara di sini," ungkapnya.
Kini, Santi telah tiga tahun bergabung di UKM Benang Emas dan terus berjuang menyambung kehidupan. Ia berpesan kepada siapa pun agar tidak menyerah dan tidak mengambil langkah gegabah.
"Alhamdulillah sekarang saya bisa makan kenyang, berpakaian layak, punya banyak teman, dan saya menyesal pernah punya pikiran untuk jual ginjal," pungkasnya.
Simak Video "Video: Farel, Remaja Bocah yang Mau Jual Ginjal Demi Ibunya Tak Ditahan Ngadu ke DPR"
(ihc/abq)