Jatim Flashback

Tragedi Kelam Jatuhnya Pesawat Adam Air Tewaskan 102 Orang

Hilda Meilisa Rinanda - detikJatim
Sabtu, 01 Nov 2025 19:00 WIB
Ilustrasi pesawat Adam Air/Foto: Istimewa
Surabaya -

Langit di awal tahun 2007 seketika berubah muram. Di tengah euforia pergantian tahun, pesawat Adam Air DHI 574 yang membawa 102 jiwa lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya, menuju Manado. Namun, pesawat itu tak pernah sampai.

Hari yang semula dimulai dengan rutinitas penerbangan biasa, berakhir menjadi salah satu tragedi penerbangan terbesar di Indonesia.

Pesawat Boeing 737-400 itu bertolak dari Bandara Juanda pukul 12.59 WIB, 1 Januari 2007. Dalam rencana, pesawat akan transit di Makassar sebelum melanjutkan penerbangan ke Manado.

Namun, dua puluh menit sebelum mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar, pilot mengabarkan pesawat terkena crosswind, atau angin kencang yang membuat arah terbang berubah tak menentu.

Satu menit setelah komunikasi terakhir itu, pesawat menghilang dari radar di ketinggian lebih dari 10 ribu meter.

Pukul 17.00 WIB, bahan bakar diperkirakan habis. Namun tak ada kabar. Tak ada sinyal. Tak ada tanda-tanda kehidupan.

Delapan hari kemudian, nelayan di pesisir Desa Bojo, Kabupaten Barru, menemukan serpihan sayap dan pelampung. Temuan itu menjadi harapan pertama-dan terakhir-untuk menemukan Adam Air.

Pencarian besar-besaran digelar di perairan Mamuju, Sulawesi Barat, dengan bantuan kapal riset Amerika Serikat, USNS Mary Sears.

Setelah delapan bulan pencarian, pada 28 Agustus 2007, kotak hitam Adam Air akhirnya ditemukan di kedalaman 2.000 meter di perairan Majene.

Dari rekaman flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) itulah, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap penyebab tragedi.

"Pesawat PK-KKW ini hilang dari pantauan radar pada ketinggian 35 ribu kaki," ujar KetuaKNKT TatangKurniadi dalam keterangan pers di GedungDephub, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (25/3/2008).

Rekaman flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) baru diketemukan dan diangkat pada 27 dan 28 Agustus 2007. Hasil analisa CVR menunjukkan, pilot mengalami masalah navigasi, sehingga perhatiannya terfokus pada permasalahan inertial reference system (IRS) setidaknya selama 13 menit terakhir penerbangan.

Akibatnya, pilot Kapten Revi Agustian Widodo dan kopilot Yoga hanya memberi perhatian minimal pada flight requirement lainnya, termasuk identifikasi dan usaha melakukan koreksi.



Simak Video "Video: Terungkap Penyelundupan Benih Lobster Senilai Rp 9 M Lewat Bandara Juanda"


(auh/hil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork