Kondisi Terkini Nur Ahmad Usai Amputasi Darurat di Lokasi Reruntuhan

Mira Rachmalia - detikJatim
Sabtu, 04 Okt 2025 16:00 WIB
Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dari RSUD Sidoarjo dr Larona Hydravianto. (Foto: Mira Rachmalia/detikJatim)
Sidoarjo -

Nur Ahmad (14) menjadi salah satu korban bangunan ambruk Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo. Meski harus menjalani amputasi darurat di lokasi reruntuhan, nyawa Ahmad berhasil diselamatkan tim dokter RSUD R T Notopuro Sidoarjo.

dr Larona Hydravianto spesialis ortopedi dan traumatologi RSUD Sidoarjo mengatakan, saat ini Ahmad dalam kondisi stabil. Korban yang sempat menjalani operasi lanjutan sudah dipindah ke kamar perawatan.

"Korban masih dalam perawatan, masih dalam observasi, tapi alhamdulillah perkembangannya bagus," tegasnya saat ditemui detikJatim, Sabtu (4/10/2025).

Perkembangan Ahmad mulai menunjukkan tanda-tanda positif. Keluhan dan nyeri yang sempat dialami mulai berkurang, hasil pemeriksaan darah menunjukkan kondisi yang cukup baik, dan nafsu makannya kembali normal.

"Info dari orang tuanya, sehari bisa makan sampai lima kali, berarti kan baik ya. Kemudian dari pemeriksaan laboratorium semua bagus. Saya rawat lukanya bagus, tidak ada tanda-tanda infeksi," terang Larona.

Ia pun menjelaskan alasan amputasi darurat yang dilakukan langsung di lokasi reruntuhan. Saat itu, tangan Ahmad sudah dalam kondisi remuk dan terjepit di bawah beton, sehingga mustahil dikeluarkan tanpa tindakan medis cepat. Sehingga amputasi diambil sebagai life saving amputation.

"Salah satu prinsip tindakan kegawatdaruratan itu adalah life saving is first, limb is second. Artinya, penyelamatan nyawa ini lebih penting daripada menyelamatkan anggota tubuh. Itu yang mendasari kenapa harus dilakukan karena kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi, pasien bisa jadi semakin buruk," jelasnya.

Tindakan amputasi darurat di lokasi reruntuhan itu tidak dikerjakan Larona seorang diri. Ia dibantu dokter anestesi dr Farouq Abdurrahman dan PPDS Ortopedi dr Aaron Franklyn dari RSUD Sidoarjo.

Aaron yang melakukan amputasi langsung karena berada paling dekat dengan korban. Farouq berada di belakangnya, memberikan obat bius dan memantau kondisi Ahmad. Sementara Larona berada di belakang Farouq.

"Jadi kami kerjakan bersama-sama sampai bisa dilakukan dan itu lumayan susah juga memotongnya. Jadi kami perlu tarik sedikit, kemudian dipotong lagi, lalu kemudian ditarik kembali, baru dipotong lagi, saya juga membantu memindahkan posisi pasien agar potongan bisa berjalan dengan lancar," terang Larona.

Setelah proses amputasi berhasil dilakukan selama 20 menit, tubuhnya ditarik keluar dibantu Basarnas dan tim yang sudah menunggu di luar. Tim dokter kemudian melakukan stabilisasi terutama untuk mengecek saluran napas dan memberikan oksigen.

"Kami pasang lagi infusnya kami tambah dua. Lalu sambil kami merawat bekas luka dari amputasi tersebut," ungkapnya.

Setelah kondisi pasien distabilkan, lanjut Larona, Ahmad segera dibawa dengan ambulans ke RSUD Sidoarjo. Malam itu juga dilakukan operasi lanjutan untuk membersihkan luka, membuang jaringan yang mati, dan merapikan kulitnya.

Seperti diketahui, bangunan musala Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin (29/9/2025) sore. Ratusan santri yang sedang menjalankan salat asar tertimbun runtuhan bangunan empat lantai tersebut.

Hingga hari keempat pascakejadian, total korban meninggal 14 orang, 103 selamat, dan puluhan lainnya masih belum ditemukan. Sabtu (4/10/2025), proses evakuasi menggunakan alat berat masih terus dilakukan untuk mencari keberadaan korban lain.



Simak Video "Video: Petugas Ungkap Sulitnya Identifikasi Jenazah Korban Ponpes Al Khoziny"

(irb/hil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork