Fakta Dramatis Penyelamatan Nur Ahmad Jalani Amputasi di Lokasi

Fakta Dramatis Penyelamatan Nur Ahmad Jalani Amputasi di Lokasi

Irma Budiarti - detikJatim
Minggu, 05 Okt 2025 10:05 WIB
Dokter Aaron yang mengamputasi santri di bawah reruntuhan.
Dokter Aaron yang mengamputasi Ahmad di bawah reruntuhan. Foto: Istimewa
Sidoarjo -

Momen menegangkan terjadi di reruntuhan Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, saat tim medis menyelamatkan Nur Ahmad (14) yang terjepit beton besar. Dalam kondisi kritis, tindakan amputasi darurat harus dilakukan di lokasi agar nyawanya bisa diselamatkan.

dr Larona Hydravianto, dokter ortopedi dan traumatologi RSUD Sidoarjo menjadi tenaga medis pertama yang menjangkau korban, merangkak melalui celah sempit, dan bekerja bersama tim untuk menjalankan prosedur hidup-mati ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fakta Dramatis Amputasi Nur Ahmad

1. Ahmad Terjebak di Reruntuhan

Ahmad tertimpa reruntuhan beton saat bangunan musala di Ponpes Al Khoziny Buduran ambruk pada Senin (29/9/2025). Saat itu, kondisinya kritis karena lengan kirinya terhimpit beton besar. Penyelamatan pun harus cepat.

2. Aksi Heroik dr Larona

dr Larona mendapatkan panggilan darurat dari Direktur RSUD Sidoarjo untuk menyelamatkan Ahmad. Ia menjadi tenaga medis pertama yang menjangkau Ahmad di bawah reruntuhan.

ADVERTISEMENT

"Di tengah jalan, sekitar 19.10 WIB, saya ditelepon Direktur RSUD Sidoarjo. Beliau mengatakan ada pasien yang memerlukan amputasi di tempat atau lokasi, karena pasien ini ditemukan dalam keadaan hidup, namun lengannya terhimpit runtuhan beton," terang Larona.

Ia harus masuk ke titik korban melalui celah hanya 30 cm, menemui Ahmad yang telentang dengan lengan terjepit. Kondisinya memprihatinkan, situasi Larona juga tidak bagus karena harus bertaruh nyawa di bawah reruntuhan yang bisa kapan saja kembali ambruk.

"Saya masuk ditemani perawat rescue RSUD dan Basarnas. Kemudian saya melakukan penilaian awal, saya cek pasien, saya sapa, saya panggil, responsnya tidak terlalu baik dan kelihatan sesak, tapi mata terbuka, kakinya bergerak lemah, lengan kirinya terhimpit hingga siku," ungkap Larona.

3. Keputusan Amputasi Darurat di Lokasi

Hasil pengecekan awal menunjukkan tangan Ahmad sudah remuk dan tidak mungkin dipertahankan. Sehingga live saving amputation atau amputasi darurat menjadi satu-satunya pilihan agar nyawa korban tidak terancam.

"Jadi, salah satu prinsip kegawatdaruratan itu life saving is first, limb saving is second. Artinya, penyelamatan nyawa lebih penting daripada menyelamatkan anggota tubuh. Itu yang mendasari, kenapa (amputasi) harus kami lakukan karena kalau ditunggu lebih lama kondisi pasien bisa semakin buruk," katanya.

Larona menyadari peralatan amputasi tidak memadai, sehingga ia memanggil bantuan dokter anestesi dan kamar bedah untuk menyiapkan semuanya. Ambulans dengan tim lengkap, yaitu spesialis anestesi dr Farouq Abdurrahman, dan PPDS Ortopedi dr Aaron Franklyn, pun tiba sekitar 15 menit kemudian.

"Saya menghubungi dokter anestesi, saya juga menghubungi kamar bedah untuk menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk proses amputasi. Tidak lama kemudian, satu ambulans datang dengan tim lengkap," ungkap Larona.

4. Doa Mengiringi Pertaruhan Hidup dan Mati

Aaron melakukan amputasi langsung karena paling dekat dengan korban, Farouq memberikan anestesi dan memantau kondisi pasien, sedangkan Larona mendampingi dari belakang.

"Kami kerjakan bersama-sama, lumayan susah juga memotongnya. Jadi kami perlu tarik sedikit, kemudian dipotong lagi, lalu kemudian ditarik kembali, baru dipotong lagi, saya juga membantu memindahkan posisi pasien agar potongan bisa berjalan dengan lancar. Kira-kira 20 menit baru bisa kami bawa keluar," ungkapnya.

Selama proses yang memakan waktu 20 menit itu, Larona dan timnya tidak berhenti berdoa. Kondisi bangunan tidak stabil dan berisiko runtuh susulan.

"Kami hanya bisa berdoa, karena memang dalam posisi runtuhan yang tertutup, kami tidak bisa tahu, ini nantinya apakah bisa jatuh, karena sebelumnya, waktu saya pertama kali masuk juga ada angin besar. Itu saja seng-seng sudah mulai ada suara-suara agak goyang-goyang, jadi agak khawatir ada sesuatu juga," lanjutnya.

5. Kondisi Terkini Ahmad

Setelah amputasi di lokasi, Ahmad ditarik keluar dengan bantuan Basarnas. Kondisinya distabilkan, tim memasang infus dan memberikan oksigen, lalu dibawa ke RSUD Sidoarjo untuk operasi lanjutan.

"Waktu itu operasi kedua sekitar 90 menit. Kami membersihkan lukanya, membuang jaringan yang mati, merapikan bagian kulit dan sebagainya," ucap Larona.

Terbaru, Ahmad sudah dipindah ke kamar perawatan. Kondisinya juga berangsur-angsur membaik, nyeri berkurang, nafsu makan normal, dan hasil laboratorium menunjukkan kondisi stabil.

"Kalau kami lihat kontaknya, keluhannya, nyerinya semakin berkurang, terus tidak ada demam, nafsu makan baik, hasil laboratorium bagus, tidak ada tanda-tanda infeksi," terangnya.

6. Update Jumlah Korban

Evakuasi korban ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo terus berjalan. Hingga hari ketujuh operasi pencarian, tercatat 37 orang meninggal, termasuk satu potongan tubuh, dan 104 selamat.

Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo menyebut data sementara pagi ini ada 11 korban yang berhasil diekstrikasi di sektor A3.

"Hingga laporan terakhir, total terdapat 11 korban berhasil diekstrikasi pada hari ketujuh di sektor A3," kata Bramantyo, Minggu (5/10/2025).

Semua korban langsung dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim untuk proses identifikasi Tim DVI. Bramantyo menambahkan, evakuasi masih terus dilakukan, dengan fokus pembersihan puing di sisi utara yang tidak terintegrasi dengan struktur utama.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads