Musim 'Bediding' melanda sejumlah wilayah di Selatan Jawa, termasuk Kabupaten Pacitan. Dinas Kesehatan setempat mengingatkan risiko gangguan kesehatan masyarakat. Hal itu terutama berpotensi terjadi pada kelompok rentan, seperti balita, lansia, dan penderita penyakit kronis.
"Kami imbau masyarakat untuk menggunakan pakaian hangat, terutama pada malam hingga pagi hari. Jangan abaikan gejala-gejala seperti batuk, sesak napas, atau demam yang tidak kunjung reda," kata Kepala Dinas Kesehatan Pacitan dr. Daru Mustikoaji, Selasa (21/7/2025).
Kewaspadaan terhadap dampak cuaca dingin, lanjut dia, sangat penting dilakukan. Tujuannya untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap hangat dan sehat selama fenomena alam tersebut berlangsung. Dengan begitu stamina tetap terjaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Penjelasan BMKG soal Bediding Landa Pacitan |
Di sisi lain, dr Daru juga mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga asupan gizi dan hidrasi tubuh. Kebutuhan cairan tetap harus terpenuhi meskipun selama cuaca dingin seseorang jarang merasa haus.
"Lebih Utama jika mengonsumsi makanan bergizi dan hangat untuk menjaga daya tahan tubuh. Jangan lupa pula untuk mencukupi kebutuhan cairan. Satu lagi, sebaiknya hindari mandi malam karena dapat memperparah kondisi tubuh saat suhu rendah," tambahnya.
Khusus bagi penderita asma, hipertensi, dan penyakit jantung, diingatkan agar menghindari paparan langsun udara dingin. Bersamaan itu juga penting tetap menjaga kebersihan lingkungan. Pasalnya, cuaca dingin kerap diikuti peningkatan kasus penyakit menular.
Dinkes mencatat, sejak awal pekan ini terjadi peningkatan kunjungan masyarakat ke fasilitas Kesehatan. Umumnya pasien mengalami keluhan pernapasan ringan hingga sedang.
Sebagai antisipasi, dinkes menginstruksikan seluruh fasilitas layanan kesehatan di seantero wilayah Pacitan bersiaga serta memantau perkembangan yang ada. Terutama dampak 'Bediding' terhadap kesehatan masyarakat.
"Masyarakat kami imbau segera datang ke puskesmas atau rumah sakit jika mengalami gejala batuk parah, sesak napas, atau demam tinggi yang tidak kunjung turun. Penanganan cepat dapat mengurasi risiko lebih buruk," tandasnya.
(dpe/abq)