Fenomena Bediding Bikin Suhu Dingin di Makassar Bisa Picu ISPA-Hipotermia

Fenomena Bediding Bikin Suhu Dingin di Makassar Bisa Picu ISPA-Hipotermia

Syachrul Arsyad - detikSulsel
Sabtu, 19 Jul 2025 16:00 WIB
Pemerhati kesehatan yang juga pengurus IDI Sulsel, dr. Wachyudi Muchsin, S.Ked., S.H., M.Kes., C.Med.
Foto: Pemerhati kesehatan yang juga pengurus IDI Sulsel, dr. Wachyudi Muchsin, S.Ked., S.H., M.Kes., C.Med. (dok. Istimewa)
Makassar -

Fenomena Bediding yang memicu suhu dingin di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), rawan memicu gangguan kesehatan baik infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga hipotermia ringan. Kelompok rentan seperti anak-anak, lanjut usia, serta penderita penyakit kronis diimbau untuk waspada dan menjaga kesehatan.

Pemerhati kesehatan, dr Wachyudi Muchsin menilai fenomena Bediding memang merupakan peristiwa alamiah. Namun fenomena tersebut bisa memicu gangguan kesehatan akibat perubahan suhu ekstrem.

"Saat malam dan dini hari, suhu bisa turun secara drastis hingga di bawah 18 derajat Celsius. Kondisi ini bisa menyebabkan penurunan sistem imun, sehingga tubuh lebih rentan terhadap serangan virus dan bakteri," ungkap dr Wachyudi dalam keterangannya, Sabtu (19/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wachyudi menuturkan, gangguan kesehatan rawan dialami seseorang apalagi tidak ditangani dengan perlindungan yang memadai. Dia pun mengungkap beberapa penyakit yang bisa dialami seseorang akibat suhu dingin efek fenomena Bediding.

"Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) seperti flu, batuk, pilek, dan radang tenggorokan, eksaserbasi penyakit kronis seperti asma dan PPOK (penyakit paru obstruktif kronik)," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Peningkatan tekanan darah yang berisiko pada penderita hipertensi dan penyakit jantung. Gangguan tidur dan hipotermia ringan, terutama pada bayi dan lansia," sambung Wachyudi.

Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sulsel ini menambahkan, perubahan suhu yang ekstrem memicu stres fisiologis pada tubuh. Bagi penderita penyakit kronis, hal ini bisa menjadi pencetus kekambuhan.

Sebagai bentuk kewaspadaan, Wachyudi menyarankan agar masyarakat melakukan langkah-langkah preventif untuk menjaga kesehatan selama periode Bediding. Salah satunya dengan menggunakan pakaian hangat dan selimut tebal saat malam hari.

"Mengonsumsi makanan dan minuman hangat serta bergizi untuk menjaga imunitas, meningkatkan asupan cairan guna menghindari dehidrasi akibat udara kering, menghindari aktivitas fisik berat pada pagi hari, khususnya bagi penderita hipertensi dan jantung," paparnya.

Dia juga mengimbau warga segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala batuk, demam, atau sesak napas yang berkelanjutan. Wachyudi mengingatkan bahwa edukasi masyarakat mengenai fenomena ini perlu terus ditingkatkan.

"Bediding bukan sekadar 'dingin biasa'. Ini fenomena alam yang nyata dan punya implikasi medis. Dengan edukasi dan kesiapsiagaan, kita dapat mengantisipasi dampaknya secara bijak," imbuh Wachyudi.

Sebelumnya diberitakan, prakirawan cuaca BMKG Wilayah IV Makassar, Muhammad Sultan Djakaria mengakui kondisi suhu mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir. Suhu terendah bahkan pernah menyentuh di angka 21 derajat celcius.

"Betul beberapa waktu terakhir ini kondisi suhu mengalami penurunan, khususnya Makassar yang biasanya suhu rendah 24 derajat celcius, sekarang bisa 21 derajat," ujar Sultan saat dikonfirmasi, Jumat (18/7).

Sultan menjelaskan, kondisi suhu mengalami penurunan biasanya terjadi pada malam hingga pagi hari. Meski begitu, dia menyebut kondisi ini tidak terjadi setiap hari, melainkan hanya di waktu-waktu tertentu.

"Umumnya terjadi saat malam hingga pagi hari, saat tidak adanya penyinaran matahari. Tetapi udara dingin ini tidak juga selalu akan terjadi tiap hari," jelasnya.




(sar/hsr)

Hide Ads