Sejarah Kota Kediri, Menelusuri Salah Satu Jejak Peradaban Tertua di Jatim

Sejarah Kota Kediri, Menelusuri Salah Satu Jejak Peradaban Tertua di Jatim

Katherine Yovita - detikJatim
Selasa, 22 Jul 2025 06:30 WIB
Hari Jadi Kota Kediri.
Hari Jadi Kota Kediri. Foto: Davira Aurelly/detikJatim
Kota Kediri -

Bulan Juli menjadi momen istimewa bagi seluruh warga Kediri. Pasalnya, Kota Kediri akan merayakan hari jadi ke-1146 tahun pada tanggal 27 Juli 2025. Peringatan ini bukan sekadar acara seremonial tahunan, melainkan refleksi sejarah panjang Kediri sebagai salah satu kota tertua dan paling bersejarah di Indonesia.

Dengan mengusung tema besar "Kediri Maju dan Bersinergi", rangkaian Hari Jadi Kota Kediri tahun ini akan diisi berbagai kegiatan seperti kirab budaya, ziarah tokoh-tokoh leluhur, pameran UMKM, festival kuliner khas Kediri, hingga pentas seni dan hiburan rakyat yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Sejarah Kota Kediri,Dari Daha ke Kota Modern

Merujuk pada informasi resmi dari Portal Pemerintah Kota Kediri (kedirikota.go.id), sejarah Kota Kediri berakar dari masa kejayaan Kerajaan Hindu di abad ke-11. Kota ini awalnya dikenal dengan nama Daha, ibu kota dari Kerajaan Panjalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal mula Kediri dimulai ketika Raja Airlangga memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Medang dari Kahuripan ke Dahanapura (Kota Api), yang kemudian dikenal sebagai Daha. Setelah wafatnya Raja Airlangga, kerajaan dibagi dua, yaitu Panjalu (barat) dan Janggala (timur), dengan Daha sebagai pusat pemerintahan Panjalu.

Nama "Kediri" sendiri diperkirakan berasal dari kata "Kadiri" atau "Kadhiri", yang tercantum dalam berbagai prasasti, seperti Prasasti Hantang (1051 M). Kota Kediri juga menjadi saksi bisu peralihan kekuasaan dari era Kerajaan Singasari, Majapahit, Mataram Islam, hingga penjajahan Belanda dan Jepang.

ADVERTISEMENT

Pada masa kolonial Belanda, Kota Kediri termasuk dalam wilayah administratif Karesidenan Kediri yang memiliki peran strategis dalam sektor pertanian dan perkebunan. Kota ini sempat jatuh ke tangan VOC dan menjadi titik penting dalam pergerakan militer Belanda maupun Jepang.

Selama masa perjuangan kemerdekaan, Kota Kediri tidak lepas dari pertempuran hebat, termasuk perlawanan rakyat terhadap agresi militer Belanda. Salah satu catatan penting adalah Serangan Umum 5 Agustus 1949 di Kediri, yang melibatkan pejuang lokal dan menandai perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.

Transformasi Kediri menjadi kota administratif dimulai 1 April 1906, saat wilayah ini menjadi Gemeente (Kota Madya) berdasarkan Staatsblad No 148. Gemeente Kediri diberi wewenang otonomi terbatas dan dipimpin Gemeente Raad (Dewan Kota) dengan 13 anggota, terdiri 8 orang Eropa, 4 Pribumi, dan 1 orang Timur Asing.

Kemudian, melalui Staatsblad No 173 tanggal 13 Maret 1906, pemerintah kolonial Belanda menetapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 per tahun untuk mendukung operasional Gemeente Kediri.

Kota Kediri kemudian mencapai status Zelfstandig Gemeenteschap (kota otonom penuh) pada 1 November 1928, berdasarkan Staatsblad No 498. Status ini memberikan hak penuh kepada kota untuk mengatur urusan pemerintahannya secara mandiri.

Kini, Kota Kediri telah berkembang menjadi pusat perdagangan, pendidikan, dan budaya di wilayah barat Jawa Timur. Dengan luas wilayah 63,40 kilometer persegi dan penduduk lebih dari 300 ribu jiwa, Kediri dikenal sebagai kota yang maju namun tetap menjaga nilai sejarah dan kearifan lokalnya.

Beberapa ikon terkenal dari Kota Kediri antara lain Monumen Simpang Lima Gumul, Klenteng Tjoe Hwie Kiong, Goa Selomangleng, serta sentra industri legendaris seperti PT Gudang Garam Tbk yang turut membentuk identitas ekonomi kota ini.

Hari Jadi ke-1146 Kota Kediri bukan hanya soal usia yang panjang, tetapi momentum untuk terus memperkuat identitas dan semangat warga dalam membangun kota. Melalui sejarah yang kaya dan perjalanan yang penuh dinamika, Kediri menjadi simbol kebangkitan budaya, ekonomi, dan semangat kolaborasi antar generasi.




(auh/irb)


Hide Ads