Apa Itu Deep Learning? Ini Prinsip dan Tantangan Penerapannya

Apa Itu Deep Learning? Ini Prinsip dan Tantangan Penerapannya

Mira Rachmalia - detikJatim
Sabtu, 12 Jul 2025 01:00 WIB
Ilustrasi belajar
Ilustrasi Belajar. Berikut Penjelasan Tentang Deep Learning Foto: (Getty Images/JNemchinova)
Surabaya -

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti memperkenalkan pendekatan pembelajaran baru yang disebut Deep Learning. Ia menegaskan bahwa Deep Learning bukan sekadar tren teknologi, melainkan pendekatan pendidikan yang bisa membawa transformasi signifikan dalam dunia pembelajaran, terutama dalam hal membentuk pengalaman belajar yang lebih bermakna dan berkesan bagi siswa.

Namun, perlu digarisbawahi bahwa istilah Deep Learning dalam konteks pendidikan yang digunakan Mendikdasmen berbeda dari istilah serupa dalam dunia teknologi kecerdasan buatan. Lalu apa arti deep learning dalam dunia pendidikan. Berikut penjelasannya.

Apa Itu Deep learning?

Dalam ranah pendidikan, Deep Learning merujuk pada proses belajar mendalam yang memprioritaskan pemahaman, keterlibatan aktif siswa, serta pembangunan kompetensi yang berakar kuat. Model ini berseberangan dengan Surface Learning (pembelajaran permukaan) yang cenderung menekankan kuantitas materi tanpa memperhatikan kedalaman pemahaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mendikdasmen menyebut pembelajaran yang mendalam tidak hanya fokus pada penguasaan materi pelajaran, tetapi juga mendorong siswa untuk menemukan makna, mengembangkan kesadaran belajar, dan menikmati prosesnya secara utuh. Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan tidak hanya mampu menjawab soal, tetapi juga memahami dan menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan nyata.

Tiga Pilar Utama Deep Learning

Mendikdasmen menambahkan keberhasilan pendekatan Deep Learning dalam sistem pendidikan sangat bergantung pada tiga elemen kunci: Meaningful Learning, Mindful Learning, dan Joyful Learning. Ketiga pilar ini saling melengkapi dalam menciptakan pembelajaran yang mendalam dan menyenangkan.

ADVERTISEMENT

1. Meaningful Learning

Merujuk pada teori David Ausubel, Meaningful Learning menekankan pentingnya mengaitkan pengetahuan baru dengan konsep yang telah dipahami sebelumnya. Guru berperan sebagai fasilitator untuk menjembatani antara pengetahuan lama dan konsep baru. Misalnya, sebelum mengajarkan operasi pecahan, guru bisa menggunakan objek konkret seperti ayam, bola, atau buah-buahan agar siswa lebih mudah memahami.

2. Mindful Learning

Mindful Learning atau pembelajaran sadar mengajak siswa untuk aktif merefleksikan proses belajarnya. Kesadaran ini meliputi apa yang sudah dikuasai, apa yang belum dipahami, serta bagaimana cara mencapainya. Guru memegang peran penting untuk menumbuhkan kesadaran ini, misalnya dengan mengajak siswa menyusun kesimpulan sendiri dan membuat catatan refleksi setelah pelajaran.

3. Joyful Learning

Tak kalah penting adalah Joyful Learning, yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan membuat siswa betah belajar. Pendekatan ini bisa dilakukan melalui permainan edukatif, proyek kolaboratif, atau aktivitas yang interaktif. Dengan atmosfer positif, siswa lebih mudah termotivasi dan terlibat dalam proses belajar secara alami.

Ketiga pendekatan ini jika dipadukan, diharapkan tidak hanya menciptakan proses belajar yang menyenangkan, tetapi juga menumbuhkan motivasi intrinsik agar siswa menjadi pembelajar seumur hidup.

Tantangan Penerapan Deep Learning di Indonesia

Meski ideal dalam teori, penerapan Deep Learning di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah keragaman kultur pendidikan antar sekolah. Mulai dari sekolah negeri, swasta, hingga sekolah berbasis agama memiliki cara yang berbeda dalam mengadaptasi pendekatan ini. Oleh karena itu, pendekatan ini perlu disesuaikan dengan konteks lokal dan budaya belajar yang berlaku di masing-masing wilayah.

Di sisi lain, kesiapan guru juga menjadi faktor penting. Para pendidik perlu mendapatkan pelatihan intensif agar memahami prinsip Deep Learning dan mampu menerapkannya secara efektif di kelas. Tanpa dukungan pengembangan kompetensi guru, penerapan Deep Learning hanya akan menjadi slogan tanpa makna.

Namun demikian, jika berhasil diterapkan secara menyeluruh, pendekatan ini bisa memberikan dampak besar. Siswa akan lebih percaya diri, memahami pembelajaran secara utuh, dan tidak terbebani sekadar mengejar nilai ujian.

Fokus Penerapan Deep Learning di Setiap Jenjang Pendidikan

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah memetakan arah penerapan Deep Learning berdasarkan jenjang pendidikan. Tujuannya agar proses belajar menyesuaikan perkembangan kognitif dan sosial siswa di setiap tahap.

● Jenjang SD

Deep Learning di jenjang SD fokus pada pengembangan pengetahuan dasar, keterampilan, dan sikap positif. Tujuannya membangun fondasi awal kemampuan berpikir kritis dan penyelesaian masalah.

● Jenjang SMP

Di tingkat SMP, pendekatan ini menekankan pada pemahaman konseptual yang kuat, kemampuan berpikir kritis, serta keterampilan berkomunikasi. Harapannya siswa mampu melihat hubungan antar konsep, bukan sekadar menghafal fakta.

● Jenjang SMA

Untuk siswa SMA, Deep Learning diarahkan pada penguatan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti analisis, pengambilan keputusan, serta penyelesaian masalah kompleks. Proyek lintas mata pelajaran dan penelitian berbasis isu nyata sangat dianjurkan.

● Jenjang SMK

Sementara itu, pada SMK, pendekatan Deep Learning bertujuan membentuk kompetensi adaptif dan keterampilan vokasional yang sesuai dunia kerja. Pembelajaran berbasis proyek, praktik langsung, dan penugasan lapangan menjadi metode utama.

Meskipun tidak mudah, jika dilakukan secara bertahap dan konsisten, Deep Learning dapat menjadi solusi untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak dan adaptif terhadap perubahan zaman.




(auh/ihc)


Hide Ads