Kabupaten Gresik resmi menjadi daerah pertama di Jawa Timur (Jatim) yang meluncurkan program Desa Migran EMAS (Edukatif, Maju, Aman, dan Sejahtera). Program ini digagas Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) untuk memperkuat tata kelola perlindungan pekerja migran secara terstruktur.
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding menegaskan bahwa penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) harus dilakukan secara prosedural. Hal ini agar mereka mendapat perlindungan menyeluruh, mulai dari kontrak kerja, asuransi, hingga hak cuti dan kesehatan.
"Gresik menjadi penyumbang signifikan PMI dari Jawa Timur, terutama dari Bawean yang memang punya tradisi merantau kuat. Namun, mita tidak boleh tutup mata bahwa banyak PMI bermasalah justru berangkat secara nonprosedural. Mereka hanya bermodal paspor tanpa kontrak kerja yang jelas, ini membuka celah terjadinya pelanggaran HAM hingga perdagangan manusia," tegas Karding saat meresmikan program tersebut dj Wahana Ekspresi Poesponegoro (WEP), Jumat (11/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karding juga menyampaikan pentingnya pembekalan kompetensi bagi calon PMI. Di antaranya sertifikasi profesi, kemampuan bahasa asing, dan literasi kontrak kerja. Ke depan, pihaknya akan mendorong pembentukan Migran Center di Gresik dan merancang kelas keterampilan migran di sekolah-sekolah.
"Kami ingin keterampilan migran diajarkan sejak SMA/SMK. Kalau perlu, bahasa Inggris dijadikan bahasa kedua wajib. Ini agar lulusan yang belum terserap industri bisa memilih jalur migran yang aman dan berkualitas," tambahnya.
Sementara itu, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengungkapkan bahwa Gresik termasuk kantong besar PMI di Jawa Timur. Beberapa kawasan yang banyak mengirimkan PMI antara lain Manyar, Bungah, Panceng, Dukun, dan dua kecamatan di Pulau Bawean. Ia tak menampik bahwa masih banyak warganya yang berangkat secara ilegal.
"Di Gresik ini ada setidaknya delapan kecamatan kantong PMI. Tujuan terbanyaknya adalah Malaysia. Tapi kami juga menyadari masih banyak yang undocumented," ungkap Gus Yani, sapaan akrabnya.
Gus Yani berharap program Desa Migran EMAS mampu menekan jumlah keberangkatan PMI secara ilegal . Selain itu, program ini diharapkan juga bisa membekali warga dengan keterampilan agar mereka tidak hanya berangkat, tetapi juga pulang dengan kesuksesan.
"Berangkat migran, pulang juragan, itu harapan kita. Mereka harus punya skill bahasa Inggris, Jepang, Korea, atau Jerman minimal aktif. Dua tahun terakhir kami sudah menyiapkan kelas bahasa untuk meningkatkan daya saing PMI Gresik," tambahnya.
Dalam peluncuran ini, lima desa ditetapkan sebagai percontohan Desa Migran EMAS, yakni Desa Campurejo dan Dalegan di Kecamatan Panceng, Desa Mentaras di Kecamatan Dukun, serta Desa Cangaan dan Ngemboh di Kecamatan Ujungpangkah. Turut hadir Wakil Bupati Gresik dr Asluchul Alif.
Sebagai informasi, Jawa Timur mencatat angka penempatan PMI tertinggi secara nasional pada 2024. Jumlahnya mencapai 111 ribu orang. Gresik menjadi salah satu penyumbang utama angka tersebut.
(anl/ega)