Aturan MPLS 2025 untuk Kegiatan Pengenalan Siswa Baru

Aturan MPLS 2025 untuk Kegiatan Pengenalan Siswa Baru

Mira Rachmalia - detikJatim
Kamis, 10 Jul 2025 16:30 WIB
30 Ribu Siswa SD di Surabaya Ikut MPLS Hari Pertama
Siswa SD di Surabaya Saat hari Pertama Masuk Sekolah. Foto: Esti Widiyana
Surabaya -

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) 2025 wajib dilaksanakan sesuai pedoman MPLS Ramah yang telah ditetapkan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pedoman ini menekankan pentingnya kegiatan yang edukatif, menyenangkan, serta bebas dari tindakan perpeloncoan atau kekerasan dalam bentuk apa pun.

Pada tahun ajaran 2025/2026, Kemendikbudristek mengusung tema "MPLS Ramah" yang bertujuan menciptakan suasana belajar yang aman, mendukung perkembangan karakter peserta didik, dan memperkuat budaya positif di sekolah.

MPLS bukan hanya ajang pengenalan lingkungan sekolah, tetapi juga momen awal untuk menanamkan nilai-nilai kebajikan, mengenalkan visi dan budaya sekolah, serta membangun relasi yang sehat antara murid dengan seluruh warga satuan pendidikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setiap sekolah diminta mengedepankan prinsip inklusif, saling menghargai, dan penuh empati selama MPLS. Panitia juga dilarang memberikan tugas yang tidak mendidik, bersifat merendahkan, atau membebani secara fisik maupun mental. MPLS diharapkan menjadi pengalaman awal yang menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik baru.

Apa Itu MPLS Ramah?

MPLS Ramah merupakan konsep berlandaskan pada penghormatan terhadap hak-hak anak, penguatan nilai-nilai karakter, serta penerapan prinsip pendidikan inklusif dan menyenangkan. Setiap kegiatan dirancang mendukung tumbuh kembang peserta didik secara positif, tanpa tekanan, kekerasan, atau perlakuan merendahkan.

ADVERTISEMENT

Konsep ini menekankan pentingnya kegiatan yang membangun karakter sekaligus menumbuhkan Profil Pelajar Pancasila, seperti berakhlak mulia, mandiri, gotong royong, dan bernalar kritis. Selain itu, MPLS Ramah juga mengedepankan pengalaman belajar yang aman, bebas dari diskriminasi, serta menjunjung tinggi martabat setiap murid.

Semua bentuk perpeloncoan, kekerasan fisik maupun verbal, atau tugas yang tidak mendidik, dilarang keras dalam pelaksanaannya. Melalui pendekatan ini, MPLS tidak hanya menjadi masa pengenalan lingkungan sekolah, melainkan juga awal yang positif untuk membentuk budaya sekolah yang sehat, suportif, dan penuh semangat kebersamaan.

Komponen dan Tujuan MPLS Ramah

MPLS Ramah terdiri atas sejumlah kegiatan yang dirancang dengan pendekatan edukatif dan humanis. Adapun komponen utama dalam kegiatan MPLS Ramah mencakup berbagai aspek berikut ini.

  1. Kegiatan Pertama bagi Murid Baru
    MPLS adalah kegiatan resmi pertama yang dilaksanakan sekolah di awal tahun ajaran sebagai gerbang masuk bagi murid baru mengenal lingkungan pendidikan barunya.
  2. Penumbuhan Karakter dan Profil Pelajar Pancasila
    Sekolah mulai menanamkan nilai-nilai karakter sejak hari pertama, melalui aktivitas seperti Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Hebat, Pertemuan Pagi Ceria, hingga pengenalan profil pelajar Pancasila.
  3. Pengenalan Warga Sekolah
    Murid baru dikenalkan dengan kepala sekolah, guru, staf, hingga teman-teman di kelas. Hal ini untuk menumbuhkan rasa aman dan menciptakan hubungan yang positif di lingkungan sekolah.
  4. Pengenalan Kurikulum dan Budaya Sekolah
    Kurikulum merujuk pada visi-misi sekolah, kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, serta nilai-nilai budaya yang dijunjung oleh sekolah.
  5. Pengenalan Lingkungan Sekolah dan Sekitarnya
    Siswa diperkenalkan dengan denah sekolah dan fasilitas seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan kantin. Sekolah juga memberikan informasi mengenai fasilitas umum terdekat seperti puskesmas, tempat ibadah, dan kantor kelurahan.

Prinsip Pelaksanaan MPLS Ramah

Agar pelaksanaan MPLS Ramah berjalan sesuai harapan, pemerintah melalui Kemendikbudristek menetapkan sejumlah prinsip dasar yang wajib diterapkan setiap satuan pendidikan. Berikut prinsip pelaksanaan MPLS Ramah.

  • Ramah: Menghormati hak anak, menjunjung tinggi karakter, dan menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman.
  • Edukatif: Setiap kegiatan harus mengandung nilai pendidikan dan mendukung perkembangan pengetahuan, keterampilan, serta karakter murid.
  • Efektif dan Efisien: Kegiatan dirancang sesuai tujuan dan menggunakan sumber daya secara optimal.
  • Inklusif: Semua murid baru tanpa terkecuali harus dapat mengikuti MPLS tanpa hambatan biaya, logistik, maupun fisik.
  • Partisipatif: Seluruh warga sekolah dan komite pendidikan harus dilibatkan agar MPLS menjadi tanggung jawab bersama.
  • Fleksibel: Pelaksanaan kegiatan dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lokal sekolah, selama tetap mengacu pada panduan nasional.

Hal-hal yang Dilarang dalam MPLS Ramah

Dalam rangka menghapus praktik kekerasan, perpeloncoan, dan perlakuan yang tidak manusiawi, pelaksanaan MPLS Ramah melarang keras segala bentuk aktivitas yang membahayakan fisik maupun mental peserta didik baru. Berikut beberapa larangan dalam pelaksanaan MPLS Ramah.

1. Tugas Tidak Masuk Akal

Sekolah dilarang memberikan tugas yang tidak relevan atau merendahkan murid. Tugas harus bersifat edukatif dan bermakna.

2. Kekerasan Fisik, Verbal, atau Psikis

Seluruh bentuk perpeloncoan dilarang keras, termasuk bentakan, ejekan, sentuhan fisik tidak pantas, maupun tindakan yang membuat murid merasa terhina atau tertekan.

3. Kegiatan Tanpa Pengawasan Guru

Setiap kegiatan MPLS harus berada di bawah pengawasan guru. Jika dilakukan di luar sekolah, kegiatan harus mendapatkan persetujuan tertulis dari orang tua atau wali murid.

4. Penggunaan Atribut Tidak Edukatif

Atribut yang tidak relevan dengan kegiatan belajar dan berpotensi mempermalukan murid dilarang digunakan, seperti:

  • Tas dari karung atau kantong belanja plastik.
  • Kaos kaki warna-warni tak simetris.
  • Aksesori kepala yang aneh.
  • Alas kaki tidak layak.
  • Papan nama yang sulit dibuat atau mengandung tulisan tidak bermanfaat.

Peraturan MPLS 2025 yang mengusung konsep MPLS Ramah menjadi langkah penting dalam membangun sistem pendidikan yang manusiawi dan inklusif. Dengan menekankan nilai karakter, penghormatan terhadap hak anak, dan suasana belajar yang positif, sekolah dapat menciptakan pengalaman pertama yang menyenangkan bagi seluruh peserta didik baru.




(ihc/irb)


Hide Ads