Intensitas curah hujan tinggi memicu tanah ambles di ruas jalan nasional Trenggalek-Panggul. Retakan tanah juga merembet ke sekolah dan salah satu rumah warga.
Sekretaris Desa Cakul, Kecamatan Dongko, Patah mengatakan lokasi tanah ambles berada Dusun Plapar, Desa Cakul, yang berbatasan langsung dengan Desa Pandean.
"Tanda-tanda tanah ambles ini sudah lama, tadi pagi sekitar pukul 02.00 WIB, kondisinya semakin melebar dan parah. Dalam sepekan terakhir wilayah Dongko memang terjadi hujan deras," kata Patah, Minggu (29/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Retakan dan tanah ambles terjadi secara melingkar dan berdampak langsung terhadap akses jalan nasional, halaman dan plengsengan SDN 5 Cakul, serta rumah Rinanto di Dusun Talun, Desa Pandean.
"Amblesnya tanah ini bervariasi, paling dalam penurunannya sekitar 30 sentimeter," ujarnya.
Pada ruas jalan nasional Trenggalek-Panggul yang juga akses utama menuju Pacitan terjadi ambles dan retakan secara sporadis di beberapa titik. Kondisi tersebut membuat akses kendaraan dari dua arah menjadi terganggu.
"Untuk sementara akses masih bisa dilalui, cuma harus bergantian," jelasnya.
Sedangkan, kondisi rumah warga yang berada tepat di samping jalan mengalami retak-retak di beberapa titik. Untuk meminimalisasi korban jiwa, seluruh penghuni rumah telah mengungsi ke tempat yang lebih aman.
"Dini hari tadi, keluarga Pak Rinanto sudah mengosongkan rumahnya," imbuhnya Sekdes Cakul.
Sementara itu, Kepala SDN 5 Cakul Sarmidi mengatakan, retakan dan tanah ambles tersebut juga mengancam halaman dan plengsengan sekolah. Pihaknya khawatir jika tidak segera tertangani akan terjadi longsor ke jalan raya.
"Apalagi plengsengan sekolah itu cukup tinggi, sekitar 4 meter," katanya.
Dari hasil pemeriksaan, tanah ambles tersebut hanya berdampak pada bagian halaman dan plengsengan. Sedangkan, bangun utama sekolah tidak ada yang mengalami retakan.
"Alhamdulillah tidak sampai merembet ke bangunan sekolah, sementara tidak ada yang retak, masih aman," jelasnya.
Terkait bencana alam itu, pihak sekolah dan pemerintah desa telah melaporkan ke BPBD maupun instansi terkait.
"Kami menunggu langkah dari dinas pendidikan dan pihak terkait, kami berharap bisa segera tertangani agar tidak meluas," ujar Sarmidi.
(irb/hil)