Upaya konservasi taman bawah laut di kawasan perairan selatan Trenggalek terus digencarkan oleh berbagai kelompok. Upaya transplantasi ribuan terumbu karang berhasil dilakukan dan dinyatakan berkembang dengan baik.
Kepala Dinas Perikanan Trenggalek Cusi Kurniawati mengatakan gerakan konservasi melalui Mutiara Underwater Festival and Conservation (Mufon) diikuti oleh berbagai kelompok mulai dari LMDH, perguruan tinggi, pelajar, pemerintah, hingga sejumlah pihak swasta.
"Konsep dari Muf on sendiri adalah perbaikan dan konservasi area terumbu karang yang mengalami kerusakan. Banyak patahan-patahan karang yang terlihat dari rekaman bawah laut, itu yang kita coba konservasi," kata Cusi di Pantai Mutiara, Trenggalek, Rabu (25/6/2025).
Hari ini pihaknya melakukan transplantasi sekitar 200 bibit terumbu karang dengan metode bioreefrek dan ecofish house. Ratusan bibit terumbu karang itu selanjutnya dimasukkan ke dalam taman bawah laut Karang Trisna, Pantai Mutiara.
"Sejauh ini khusus untuk bioreefrek saja sudah lebih dari 1.000. Belum lagi yang model meja yang donasi dari UINSA Surabaya. Jadi ada beberapa metode. Dulu ada juga yang dari pemuda Muhammadiyah itu model laba-laba," imbuhnya.
Baca juga: Ada Apa Saja di Eksotika Bromo 2025? |
Proses konservasi yang berjalan 3 tahun terakhir mulai menampakkan hasil nyata. Bibit terumbu karang saat ini mulai tumbuh dan menjadi habitat ikan. Bahkan beberapa jenis ikan yang sempat menghilang, saat ini kembali muncul.
"Ikan-ikan yang dulu pernah ada sempat menghilang, sekarang datang lagi. Jenis-jenis baru yang sudah lama enggak ketemu itu sekarang muncul lagi. Itu merupakan indikator bahwa perairan kita membaik," ujarnya.
Menurutnya luas area taman bawah laut Pantai Mutiara yang berhasil dikonservasi saat ini mencapai 3 hektare. Meskipun belum maksimal, namun tren positif dari upaya konservasi tersebut menunjukkan hasil yang nyata.
Selain fokus pada konservasi, Trenggalek juga tengah membangun destinasi wisata bawah laut, Mutiara Diving Center (MDC). Pusat diving ini diharapkan bisa melayani lebih banyak wisatawan dan edukator lingkungan.
"Taman Karang Trisno ini sangat layak untuk menjadi wisata bawah laut. Kami punya cita-cita untuk membuat MDC. Kemarin gagasan itu kami ikutkan dalam lomba, semoga menang dan mendapatkan pendanaan dari APBD," imbuh Cusi.
Ajang Sekolah Pesisir Tunas Biru
Festival konservasi bawah laut menjadi ajang pembelajaran bagi puluhan siswa tingkat SMK/SMA di Trenggalek melalui program sekolah pesisir Transformasi upaya Nasional untuk Bumi yang Inklusif, Ramah, dan Unggul (Tunas Biru) yang digagas Yayasan Blue SEED Indonesia dan Dinas Perikanan Trenggalek.
Tunas Biru menjadi wadah edukasi dan aksi nyata bagi generasi muda dalam menajamkan isu-isu krusial terkait pesisir, laut dan iklim.
"Kami ingin mencetak kader konservasi sejak dini, karena mereka merupakan agent of change, yang didominasi oleh anak-anak muda. Para peserta ini berasal dari latar belakang bermacam-macam, bukan hanya didominasi dari masyarakat pesisir saja," kata Direktur Blue SEED Indonesia, Agus Jainudin.
Dalam sekolah pesisir tersebut, peserta dikenalkan pada lima tema utama seputar lingkungan pesisir dan laut, yaitu Keanekaragaman hayati pesisir dan laut, potensi pemanfaatan sumber daya pesisir, ancaman terhadap ekosistem pesisir, kearifan lokal di masyarakat pesisir dan terkait status dan upaya konservasi.
"Tidak hanya menerima materi, peserta juga mengikuti kegiatan praktik lapangan yang inspiratif, diantaranya simulasi penanganan mamalia laut terdampar hingga penanaman pohon cemara sebagai perlindungan dari ancaman abrasi," jelasnya.
Simak Video "Video: Melihat Drone Canggih yang Dianggap Berharga Peneliti Australia"
(dpe/abq)