Kabupaten Bangkalan, Madura, dikenal memiliki garis pantai yang panjang dengan sembilan dari 18 kecamatannya berada di wilayah pesisir. Potensi ini membuat daerah pesisir Bangkalan kaya akan destinasi wisata alam, mulai dari pantai berpasir putih hingga hutan mangrove yang memikat. Salah satu yang kini menjadi sorotan adalah Desa Labuhan, sebuah desa yang berhasil mengubah lahan rusak menjadi kawasan wisata edukasi dan konservasi yang mendatangkan banyak manfaat.
Dulu, kawasan pesisir Desa Labuhan menghadapi masalah kerusakan lingkungan. Hutan mangrove banyak rusak, sampah menumpuk, dan kawasan pesisir terabaikan. Namun berkat kerja keras masyarakat, kelompok tani, serta dukungan pemerintah dan perusahaan swasta, wilayah ini kini menjelma menjadi Ekowisata Mangrove dan Taman Wisata Laut Labuhan. Keindahan alam, konservasi mangrove, hingga transplantasi terumbu karang kini menjadi daya tarik utama yang mengundang wisatawan lokal hingga mancanegara.
Awal Mula Ekowisata Labuhan
Program konservasi mangrove di Desa Labuhan dimulai pada tahun 2014. Ribuan bibit pohon bakau ditanam dengan dukungan perusahaan migas yang beroperasi di perairan Bangkalan. Dari lahan rusak seluas 17,5 hektare, kini area mangrove kembali hijau dan subur, bahkan menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna pesisir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Empat tahun kemudian, pembangunan fasilitas wisata mulai dilakukan. Jalur tracking, penginapan, hingga fasilitas umum dibangun agar wisatawan dapat menikmati kawasan ini dengan lebih nyaman. Sejak saat itu, kunjungan wisatawan ke Desa Labuhan terus meningkat dan kawasan ini tidak pernah sepi pengunjung.
Dari Konservasi ke Wisata Edukasi
Selain mangrove, Desa Labuhan juga mengembangkan program transplantasi terumbu karang sejak tahun 2017. Kelompok Sadar Wisata Payung Kuning telah menanam hampir 900 fragmen karang di dua titik konservasi, yaitu di Pulau Ajaib dengan kedalaman lima meter dan kawasan Taman Wisata Laut. Upaya ini tidak hanya menjaga ekosistem laut, tetapi juga memberi manfaat langsung bagi nelayan, misalnya sebagai habitat cumi-cumi.
Kini, Desa Labuhan dikenal sebagai desa wisata edukasi yang fokus pada konservasi, pemberdayaan masyarakat, dan pariwisata berkelanjutan. Banyak warga sekitar yang bekerja di sektor wisata ini, mulai dari menjaga kawasan, mengelola homestay, hingga membuka warung kuliner khas pesisir.
Mengutip situs Bakaoo, ekowisata Desa Labuhan terbagi menjadi dua destinasi utama, yaitu:
1. Taman Pendidikan Mangrove (TPM)
Menawarkan hutan mangrove dengan 30 jenis bakau, habitat ikan, kepiting, dan berbagai burung. Suasananya sejuk, cocok untuk bersantai, berkemah, atau mengikuti wisata edukasi menanam mangrove.
2. Taman Wisata Laut (TWL)
Berfokus pada konservasi terumbu karang. Pengunjung bisa menikmati tracking circular dengan pemandangan laut lepas, snorkeling, hingga belajar tentang biota laut. TWL juga populer sebagai spot foto, terutama saat matahari terbenam.
Lokasi dan Akses ke Desa Labuhan
Ekowisata Mangrove Labuhan terletak di ujung utara Pulau Madura, tepatnya di wilayah pesisir pantura Kabupaten Bangkalan. Dari pusat Kota Bangkalan, pengunjung hanya perlu menempuh jarak sekitar 30 kilometer atau 45 menit perjalanan dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Akses menuju lokasi sudah cukup baik, meskipun beberapa jalur menanjak dan berliku. Namun, semua rasa lelah akan terbayar ketika sampai di kawasan wisata dengan panorama laut biru, hutan mangrove rindang, dan hamparan pasir putih yang menawan.
Fasilitas Wisata di Labuhan
Pengunjung tidak perlu khawatir karena fasilitas di kawasan ini cukup lengkap, antara lain:
- Area parkir kendaraan
- Mushola
- Toilet umum
- Saung atau gazebo untuk bersantai
- Penginapan berbentuk rumah panggung
- Warung makan yang menyajikan kuliner lokal
- Camping ground
Dengan tiket masuk yang sangat terjangkau, yakni hanya Rp5.000 termasuk parkir, wisata ini cocok untuk semua kalangan, baik keluarga, pelajar, maupun komunitas pecinta alam.
Aktivitas Seru di Ekowisata Labuhan
Ada banyak aktivitas menarik yang bisa dilakukan di Desa Labuhan, di antaranya:
- Menyusuri tracking mangrove sepanjang 300 meter sambil melihat aneka burung dan monyet liar
- Menanam mangrove sebagai bagian dari wisata edukasi
- Menikmati pasir putih di bawah teduhnya cemara laut
- Berenang, bermain air, atau sekadar duduk santai di tepi pantai
- Menjelajahi Pulau Ajaib menggunakan perahu
- Menyaksikan sunset yang indah dan berkemah di tepi pantai
- Belajar tentang terumbu karang di diorama Taman Wisata Laut
Tak hanya itu, pengunjung juga bisa mencicipi kuliner khas, seperti urap mangrove dan kari kepiting, yang menjadi hidangan andalan masyarakat pesisir setempat.
Keberhasilan Desa Labuhan dalam mengubah lahan rusak menjadi destinasi wisata edukasi adalah contoh nyata bagaimana konservasi, pariwisata, dan pemberdayaan masyarakat dapat berjalan berdampingan. Dari sampah dan kerusakan, kini Desa Labuhan menjadi salah satu ikon wisata Bangkalan yang tidak hanya indah tetapi juga bermanfaat bagi lingkungan dan warga sekitar.
(ihc/ihc)