Puasa Arafah merupakan ibadah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari Arafah atau pada 9 Zulhijah sesuai dengan kalender Hijriah. Pada tahun 2025, puasa ini jatuh pada tanggal 5 Juni 2025. Berikut tata caranya.
Amalan Puasa Arafah sangat dianjurkan bagi umat muslim yang tidak berada di Tanah Suci. Sementara, bagi yang sedang menunaikan ibadah haji diminta fokus beribadah di padang Arafah yang juga merupakan satu rukun haji dan disebut sebagai puncak ibadah haji.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut tata cara puasa Arafah:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tata Cara Puasa Arafah
Puasa yang dilakukan setiap tanggal 9 Zulhijah ini memiliki banyak keutamaan. Namun agar ibadah ini semakin sempurna dan bernilai tinggi di sisi Allah SWT, penting untuk mengetahui dan memahami tata cara pelaksanaannya dengan benar.
Berikut ini adalah panduan lengkap tata cara puasa Arafah yang sesuai dengan syariat Islam:
1. Memulai dengan Niat
Sama seperti ibadah puasa lainnya, puasa Arafah harus dimulai dengan niat. Niat ini dapat dilafalkan dalam hati sejak malam hari hingga sebelum waktu subuh. Niat merupakan penegas bahwa puasa yang kita jalankan semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.
Berikut lafadz niat puasa Arafah yang bisa dibaca:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى
"Nawaitu shauma hâdzal yaumi 'an adâ'i sunnati Arafah lillâhi ta'âlâ. Artinya, "Aku berniat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah SWT."
Meskipun niat cukup di dalam hati, melafalkannya secara lisan dapat membantu memperkuat kesadaran dan kesiapan dalam beribadah.
2. Menahan Diri dari Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
Selama menjalani puasa Arafah, seorang Muslim wajib menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Hal-hal yang membatalkan puasa antara lain:
- Makan dan minum secara sengaja
- Berhubungan suami istri di siang hari
- Muntah dengan sengaja
- Keluar air mani karena aktivitas seksual
- Haid dan nifas bagi perempuan.
Selain itu, penting juga menjaga lisan dan perbuatan dari hal-hal yang tidak baik, seperti berbohong, menggunjing, berkata kotor, atau berbuat zalim. Puasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan hawa nafsu dan menjaga akhlak.
3. Menjalani Puasa Sejak Terbit Fajar hingga Matahari Terbenam
Puasa Arafah dimulai sejak terbitnya fajar (waktu Subuh) pada tanggal 9 Zulhijah, dan berakhir saat matahari terbenam (waktu Maghrib) pada hari yang sama. Sepanjang waktu tersebut, umat Muslim yang berpuasa diwajibkan untuk menahan diri dari segala pembatal puasa.
Disarankan juga untuk melaksanakan sahur, meskipun hanya dengan seteguk air. Sahur adalah sunnah yang membawa berkah dan membedakan puasa umat Islam dengan umat lainnya.
4. Menyegerakan Berbuka Puasa (Iftar)
Setelah matahari terbenam, puasa Arafah ditutup dengan berbuka atau iftar. Disunnahkan untuk berbuka dengan makanan yang halal dan baik, seperti kurma dan air putih, sesuai sunnah Nabi Muhammad SAW. Berbuka dengan segera setelah Maghrib menunjukkan ketaatan pada syariat dan membuka kesempatan untuk melanjutkan ibadah malam seperti shalat Maghrib, dzikir, dan membaca Al-Qur'an.
5. Memperbanyak Doa, Dzikir, dan Amalan Ibadah
Hari Arafah adalah salah satu waktu terbaik dalam setahun untuk berdoa dan berdzikir. Maka dari itu, sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah selama berpuasa.
Beberapa amalan yang disunnahkan saat puasa Arafah:
- Membaca Al-Qur'an
- Memperbanyak dzikir (tasbih, tahmid, takbir, tahlil)
- Berdoa untuk diri sendiri, keluarga, dan umat Islam
- Bersedekah kepada yang membutuhkan
- Shalat sunnah seperti Dhuha atau Tahajud malam sebelumnya
Dengan memperbanyak ibadah dan doa, kita memperbesar peluang untuk mendapatkan ampunan dosa, rahmat Allah, dan keberkahan hidup.
Dalil Puasa Arafah
Puasa Arafah adalah ibadah sunnah yang memiliki dasar kuat dalam ajaran Islam, baik dari sisi keutamaan maupun manfaat spiritualnya. Dalil-dalil yang mendasari anjuran puasa Arafah berasal dari hadis-hadis Rasulullah SAW yang sahih dan banyak diriwayatkan oleh para ulama terkemuka.
1. Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim:
"صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ"
Artinya: "Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah) adalah pahala bagi yang diharapkan kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosa yang terjadi pada tahun yang telah berlalu dan tahun yang akan datang."
Hadis ini menunjukkan besarnya pahala dan ampunan yang dijanjikan bagi orang yang melaksanakan puasa Arafah dengan penuh keikhlasan.
2. Selain itu, dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud, dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha, disebutkan:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا فِي شَهْرٍ كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَهُ أَكْثَرَ مِنْهُ فِي شَعْبَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ
Artinya: "Aku tidak melihat Rasulullah saw berpuasa dalam satu bulan lebih banyak daripada puasanya pada bulan Sya'ban, dan aku tidak melihatnya berpuasa lebih banyak dalam satu bulan daripada puasanya pada bulan Ramadan."
Meski hadis tersebut tidak secara eksplisit menyebut puasa Arafah, namun menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sangat gemar melaksanakan puasa sunnah, terutama pada bulan-bulan yang memiliki keutamaan besar seperti Zulhijah. Dari sini, para ulama menyimpulkan bahwa puasa Arafah termasuk ibadah yang sangat dianjurkan, terutama bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan ibadah haji.
Dalil-dalil ini memperkuat pentingnya puasa Arafah sebagai momentum untuk meraih pahala besar, mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta mendapatkan pengampunan atas dosa-dosa masa lalu dan masa depan.
Itu dia detikers tata cara dan dalil puasa Arafah. Semoga bermanfaat.
(ihc/hil)