Genap 19 tahun berlalu, namun semburan lumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, belum juga berhenti. Tragedi yang bermula pada 29 Mei 2006 itu hingga kini masih menyisakan luka mendalam bagi ribuan warga yang kehilangan rumah, tanah, bahkan harapan.
Semburan lumpur panas pertama kali muncul sekitar pukul 05.30 WIB, hanya berjarak sekitar 150 meter dari permukiman warga Kelurahan Siring. Peristiwa ini terjadi pasca pengeboran sumur Banjarpanji 1 oleh PT Lapindo Brantas, meski sebelumnya sudah ada peringatan untuk memasang pipa selubung yang diabaikan.
"Pertama kali muncul semburan, warga Kelurahan Siring khususnya di RT 6, 7, 8, 9, dan RT 10 dilarang menyalakan api, termasuk memasak," kenang Hariyani, mantan warga Siring, kepada detikJatim, Kamis (29/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak saat itu, upaya penanggulangan dilakukan. Tanggul-tanggul darurat dibangun untuk membendung derasnya lumpur dan gas yang terus menyembur. Namun, pada 10 Agustus 2006, tanggul tersebut jebol, menyebabkan lumpur membanjiri permukiman warga di Kelurahan Siring.
Pemerintah pusat akhirnya turun tangan dengan membentuk Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) melalui Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007. Meski demikian, semburan tak kunjung berhenti. Data detikJatim tahun 2008 mencatat, volume lumpur yang menyembur mencapai 100 ribu meter kubik per hari.
Sebanyak 15 desa di tiga kecamatan tenggelam akibat semburan ini. Sekitar 25 ribu jiwa kehilangan tempat tinggal, dan akses utama Tol Surabaya-Gempol sempat lumpuh total karena tertutup lumpur.
Tak hanya kerugian material, tragedi ini juga merenggut korban jiwa. Pada 7 September 2010, ledakan gas metana menghancurkan tiga rumah di Kelurahan Siring dan menewaskan penghuninya.
![]() |
Pantauan detikJatim terbaru di tanggul penahan lumpur titik 25 Dusun Jatianom, Desa Jatirejo, Kecamatan Porong, masih terlihat asap pekat dan uap putih membumbung dari lokasi pusat semburan.
Dari data yang diperoleh detikJatim milik PPLS di titik tersebut, semburan lumpur panas berasal dari Kelurahan Siring, Kecamatan Porong, yang terjadi sejak 29 Mei 2006.
Volume dan Karakteristik Semburan:
- Awal kemunculan (2006): Volume lumpur mencapai 100.000-120.000 m³ per hari.
- Pengukuran terbaru (April 2023): Fluktuatif di angka 28.000-32.000 m³ per hari, dengan data terakhir 32.972 m³ per hari.
- Komposisi: Sekitar 40% air dan 60% lumpur padat.
- Suhu di pusat semburan: ± 100°C.
Sistem Pengaliran Lumpur: Lumpur dialirkan ke Kali Porong menggunakan kapal keruk (dredger) yang mengangkut lumpur dan mencampurnya dengan air hingga membentuk slurry, lalu dialirkan melalui pipa menuju Kali Porong.
Infrastruktur Penahan Lumpur:
- Tanggul penahan: Sepanjang 11 km dengan urugan tanah homogen.
- Elevasi puncak tanggul: Antara 9,71-11 meter.
- Luas kolam penampungan: Sekitar 557,7 hektare.
Kini, Kawasan Raya Porong Lama perlahan berubah menjadi kota mati. Aktivitas ekonomi lumpuh, dan kehidupan sosial nyaris tak tersisa. Pantauan detikJatim, sebelah barat Jalan Raya Porong lama dipenuhi rerumputan liar di atas tanah kosong, sementara sisi timur berdiri tanggul penahan lumpur, dan sisi utara hanya terdapat embung buatan PPLS.
19 tahun berlalu, semburan belum berhenti, dan pemulihan warga belum sepenuhnya terjadi. Lumpur masih terus menyembur, sementara luka batin dan sosial itu belum sepenuhnya kering. Harapan warga pun masih tertahan di antara tanggul-tanggul waktu yang membisu.
(irb/hil)