Mahasiswa IMM Sidoarjo Gelar Aksi di Diatas Tanggul Lumpur Lapindo

Mahasiswa IMM Sidoarjo Gelar Aksi di Diatas Tanggul Lumpur Lapindo

Suparno - detikJatim
Kamis, 29 Mei 2025 20:40 WIB
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menggelar aksi refleksi Lumpur Lapindo di tanggul titik 21.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menggelar aksi refleksi Lumpur Lapindo di tanggul titik 21. (Foto: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo - Genap 19 tahun, semburan lumpur panas Lapindo di Porong, Sidoarjo tak kunjung berhenti. Mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sidoarjo menggelar aksi refleksi di tanggul titik 21, Kelurahan Siring, Kecamatan Porong, tepat di tepi kawasan terdampak.

Aksi ini menjadi momentum peringatan tragedi ekologis yang terjadi sejak 29 Mei 2006 silam. Mereka menyuarakan ketidakadilan dan menagih penyelesaian menyeluruh atas dampak yang masih dirasakan masyarakat hingga kini.

"Hari ini kami dari IMM Universitas Muhammadiyah menggelar refleksi. Kami ingin mengingatkan kembali bahwa 19 tahun lalu Sidoarjo mengalami bencana besar. Tapi hingga sekarang belum ada penyelesaian yang menyeluruh," ujar Ketua IMM Sidoarjo, Bagus Yoga Aditya di sela-sela aksi, Kamis (29/5/2025).

Bagus menyayangkan potensi wilayah terdampak lumpur yang tak bisa dimanfaatkan secara maksimal karena belum adanya penanganan tuntas. Ia menegaskan mahasiswa hadir sebagai agen perubahan dan kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah.

"Bayangkan jika tanah yang kini menjadi kubangan lumpur bisa dibangun fasilitas umum, tentu Sidoarjo bisa jauh lebih maju. Tapi kenyataannya, belum ada progres nyata," tegasnya.

Dalam orasi, para peserta aksi juga menyoroti dampak turunan seperti penurunan tanah hingga polusi udara yang terus dirasakan warga sekitar. IMM menyoroti setiap tahun terjadi penurunan permukaan tanah sekitar 5 cm di kawasan sekitar lumpur yang berdampak serius terhadap banjir di daerah seperti Tanggulangin.

"Salah satu kawan kami, Mas Alfan, menyampaikan bahwa penurunan tanah ini menyebabkan banjir musiman. Ini harus jadi perhatian serius Pemkab Sidoarjo," imbuh Bagus.

IMM pun mendorong pemerintah daerah agar mengambil langkah konkret, baik dalam bentuk relokasi warga maupun pembangunan infrastruktur penanganan.

"Kami berharap Pemkab bisa sadar dan bertindak nyata, baik untuk mengatasi polusi udara maupun penurunan tanah. Dua hal ini adalah variabel kunci yang harus segera ditangani," pungkas Bagus.

Sebagai informasi, semburan lumpur panas Lapindo pertama kali terjadi pada 29 Mei 2006 pukul 05.30 WIB, hanya berjarak sekitar 150 meter dari permukiman warga di Kelurahan Siring.

Peristiwa ini diduga akibat kelalaian pengeboran sumur Banjarpanji 1 oleh PT Lapindo Brantas, yang mengabaikan peringatan soal pemasangan casing.


(dpe/hil)


Hide Ads