Lokasi Tanah Gerak Trenggalek Tak Aman, PVMBG Rekomendasikan Relokasi

Lokasi Tanah Gerak Trenggalek Tak Aman, PVMBG Rekomendasikan Relokasi

Adhar Muttaqin - detikJatim
Sabtu, 15 Feb 2025 17:10 WIB
Peta bencana tanah gerak di Trenggalek
Peta bencana tanah gerak di Trenggalek (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)
Trenggalek -

Hasil penelitian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi (PVMBG) memastikan, lokasi bencana tanah gerak dan longsor di Desa Ngrandu, Trenggalek tidak layak huni. Rekomendasinya, puluhan rumah direlokasi ke tempat yang lebih aman.

Kepala BPBD Trenggalek Stefanus Triadi Atmono mengatakan, dari hasil penelitian tersebut, diketahui kondisi mahkota longsor di Dusun Depok, Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh memiliki lebar 250 meter dengan panjang 200 meter. Pada titik utama longsor, terjadi penurunan permukaan tanah hingga antara 1-6 meter.

"Lebar retakan tanahnya antara 5 cm sampai 25 meter. Sedangkan di bagian tengah lereng muncul retakan tanah dan bangunan 20-40 cm dan ambles 30 cm-1 meter. Retakan ini menimbulkan kerusakan rumah, jalan dan kebun milik warga," kata Triadi, Sabtu (15/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kajian itu, juga diketahui 11 rumah kondisinya telah rusak dan puluhan lainnya dalam posisi terancam. Tak hanya kondisi jalan, lahan milik warga juga mengalami kerusakan akibat pergerakan tanah.

Dengan temuan fakta-fakta di lapangan tersebut, PVMBG menilai lokasi tanah gerak di Dusun Depok masih dalam kondisi berbahaya dan rawan terjadi longsor susulan dengan skala besar.

ADVERTISEMENT

"Banjir bandang dan longsor susulan, maupun longsor baru masih berpotensi terjadi jika curah hujan tinggi, karena di atas masih banyak material longsoran. Untuk itu rekomendasinya adalah relokasi warga," imbuhnya.

Masyarakat yang tinggal di kawasan lereng di bawahnya juga diimbau untuk berhati-hati, karena berada pada zona retakan dengan kategori sedang hingga tinggi.

Dalam rekomendasi itu PVMBG juga mengimbau agar pemerintah daerah melakukan langkah penataan lahan agar potensi longsor susulan bisa diminimalisir. Beberapa saran tersebut di antaranya penataan saluran irigasi, penutupan retakan tanah, perbaikan lereng hingga reboisasi dengan tanaman keras.

Triadi Atmono menambahkan, terkait langkah relokasi, pemerintah daerah saat ini masih melakukan upaya penyiapan lahan yang akan digunakan untuk hunian warga.

"Ada dua lokasi yang diusulkan yakni di RT 16 dan 18, keduanya masih di Desa Ngrandu. Hanya saja memang berada di kawasan Perhutani. Saat ini masih kami kaji lebih lanjut bersama stakeholder terkait," jelasnya.

Luas area yang disiapkan untuk tempat relokasi 119 jiwa tersebut mencapai 4,9 hektare. Diharapkan proses penyediaan lahan bisa segera terealisasi, sehingga warga bisa mendapat hunian yang lebih layak.

"Saat ini warga masih berada di dua titik lokasi Pengungsian," imbuhnya.

Sebelumnya, bencana tanah gerak dan longsor terjadi di Dusun Depok, Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh, Trenggalek pada akhir Desember 2024. Dampaknya 119 warga harus mengosongkan kampung dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.




(abq/hil)


Hide Ads