Sebanyak 71 Kepala Keluarga (KK) warga Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Trenggalek akan segera direlokasi ke tempat baru imbas bencana tanah longsor. Titik relokasi masih menunggu rekomendasi ahli geologi.
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan 71 KK itu adalah warga yang berasal dari 4 dusun di Desa Depok mengingat tanah longsor pada Senin (19/5) terjadi secara sporadis di beberapa lokasi, termasuk kejadian yang menewaskan enam warga di RT 16, Dusun Kebonagung.
"Prioritas warga yang direlokasi sebanyak 71 KK, termasuk daerah sekitarnya karena itu ternyata (masuk zona) rawan, topsoil-nya tidak terlalu dalam. Di bawahnya sudah batu, sehingga beresiko longsor," kata M Nur Arifin, Senin (2/6/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini pemerintah desa telah mengusulkan beberapa titik yang akan dimanfaatkan untuk tempat relokasi warga. Namun penentuan titik masih menunggu hasil kajian mendalam oleh ahli kebencanaan.
"Kami akan melihat kelayakannya dulu, apakah aman dari ancaman bencana," ujarnya.
Jika lokasi relokasi telah disepakati maka pemerintah daerah akan akan segera mengusulkan ke Pemprov Jatim untuk dibangun hunian permanen bagi 71 KK tersebut.
"Karena pemerintah provinsi sudah menyanggupi seperti kasus-kasus yang lain. Kami berterima kasih untuk itu," imbuhnya.
Bupati menjelaskan sambil menunggu proses persiapan relokasi, pemerintah daerah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Trenggalek melakukan pemenuhan kebutuhan utama warga, salah satunya air bersih.
"Kami minta dilakukan patroli rutin, sebab sebagian warga masih beraktivitas di ladang yang ada sekitar lokasi longsor. Kita tidak tahu (bencana datangnya kapan) karena hujan di malam hari," jelasnya.
Sementara itu Kepala Desa Depok, Sugeng Asmoro menjelakaan mayoritas warga yang terdampak bencana longsor menyetujui untuk dilakukan relokasi ke tempat yang lebih aman, mengingat tempat tinggal yang sekarang cukup berbahaya.
Dari 71 KK tersebut 56 di antaranya akan mengikuti titik relokasi yang ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan 15 sisanya akan direlokasi ke lahan milik warga sendiri. "Jadi sebagain punya lahan di tempat lain. Itu nanti pemerintah akan membantu pembangunan tempat tinggalnya," kata Sugeng.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh pemerintah desa bersama BPBD dan Perhutani, terdapat area lahan yang dimungkinkan untuk menjadi tempat relokasi. Tempat tersebut berada di tepi jalan desa dan telah dilewati fasilitas tenaga listrik.
"Kami akan menunggu hasil analisanya nanti seperti apa layak atau tidak," imbuhnya.
Sugeng menjelaskan hingga saat ini masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi tanah longsor masih was-was dan ketakutan pada saat terjadi hujan deras.
"Warga masih takut, makanya kalau hujan deras mereka mengungsi ke tempat yang lebih aman," ujarnya.
Sebelumnya bencana tanah longsor terjadi secara sporadis di 4 dusun di Desa Depok, Bendungan, Trenggalek pada 19 Mei 2025. Salah satu longsor terbesar terjadi di RT 16, Dusun Kebonagung. Ada 3 rumah tertimbun total dan tujuh lainnya rusak. Bencana itu juga merenggut 6 korban jiwa.
(dpe/abq)