Para korban tanah longsor di Dusun Banturejo, Desa Sambirejo, Wonosalam, Jombang menolak direlokasi jauh sebelum bencana melanda. Alasannya, mereka menilai lokasi hunian sementara (Huntara) yang disediakan pemerintah tidak strategis.
Empat rumah tertimbun tanah longsor di Dusun Banturejo milik Sanimin (72), Slamet (51), Ducha Ismail (56), dan Nasir. Hanya rumah Slamet yang rusak sebagian dinding sisi kirinya. Sedangkan 3 rumah lainnya betul-betul terkubur material longsor.
Salah satu korban, Sanimin mengaku diminta pindah oleh pemerintah ke huntara di Dusun Jumok, Desa Sambirejo sekitar setahun lalu. Perkebunan di atas rumahnya memang sudah retak-retak sehingga sangat rawan longsor. Namun ia menolak direlokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak mau, daripada pindah, saya di kebun saja. Soalnya dipindah ke Jumok sana, saya yang sudah tua kan kejauhan. Karena kebun saya di sebelah longsoran. Kalau ke kebun jalannya jauh, lebih 1 Km, jalannya cor sudah berlumut, kalau hujan licin," terangnya kepada wartawan, Jumat (24/1/2025).
Karena rumahnya lenyap ditelan tanah longsor, Sanimin kini tinggal bersama anaknya di balai desa setempat. Dia berharap solusi terbaik dari Pemkab Jombang.
"Nanti bagaimana solusi pemdes dan pemkab silakan. Kalau tetap dipindah ke Jumok, saya di kebun saja," ujarnya.
Pernyataan senada dinyatakan Slamet. Dia juga menolak direlokasi ke huntara di Dusun Jumok meski tanah longsor sudah menghantui sejak awal 2024. Dia mengaku melihat langsung retakan-retakan tanah di perkebunan yang kemarin pagi akhirnya longsor.
![]() |
"Saya tidak mau karena di sini sepertinya masih aman. Lagian kalau pindah ke sana (huntara) terlalu jauh kalau saya mau merawat kebun dan ternak," jelasnya.
Meski tanah longsor hanya menghantam bagian kiri rumahnya, Slamet memilih mengungsi untuk sementara. Ia bersama 5 anggota keluarganya tinggal di rumah mertuanya.
Sebelumnya, Kades Sambirejo, Sungkono menjelaskan mitigasi bencana tanah longsor sudah dilakukan BPBD Jombang sejak setahun lalu. Saat itu ditemukan retakan tanah dengan panjang mencapai 150 meter di kebun yang saat ini longsor. Warga yang tinggal di bawahnya harus direlokasi.
Sebagai solusinya, kata Sungkono, Pemkab Jombang menyediakan 12 huntara di Dusun Jumok sekitar Maret 2024. Namun, saat itu, hanya 2 keluarga yang bersedia direlokasi.
Kedua keluarga yang bersedia direlokasi yakni keluarga Gunadi dan keluarga Sri Utami. Sedangkan 10 keluarga lainnya memilih bertahan di sana. Termasuk 4 rumah yang kemarin tertimpa tanah longsor.
Sekadar mengingatkan, tanah longsor terjadi Kamis (23/1) pagi sekitar pukul 05.30 WIB. Lebar kebun yang longsor sekitar 20 meter dengan tinggi 12 meter. Perkebunan yang longsor menimpa 4 rumah warga di bawahnya. Ketebalan timbunan material itu antara 5-10 meter dengan luas area 100 meter persegi.
Sedikitnya 5 orang tertimpa tanah longsor di rumah masing-masing. Dari jumlah itu, 3 orang berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat. Mereka menjalani perawatan di RSK Mojowarno, Jombang. Sedangkan 2 orang dinyatakan hilang. Mereka adalah Ducha Ismail (56) dan putrinya, Duwi Ayu Wandira Ismail (9).
Nahas, Duwi ditemukan meninggal pukul 11.20 WIB. Pencarian terhadap Ismail dilanjutkan sejak pagi tadi. Tim SAR gabungan menggali material longsor yang menimbun rumah korban dengan 2 ekskavator. Namun korban belum ditemukan.
(dpe/iwd)