Kapan Full Moon Januari 2025? Ini Wilayah Jatim Berpotensi Banjir Rob

Kapan Full Moon Januari 2025? Ini Wilayah Jatim Berpotensi Banjir Rob

Irma Budiarti - detikJatim
Selasa, 07 Jan 2025 14:20 WIB
Ilustrasi bulan purnama atau full moon
ILUSTRASI Bulan Purnama. Kapan Bulan Purnama Januari 2025. Foto: Freepik/ninjason1
Surabaya -

Bagi yang tertarik mengamati fenomena langit, Bulan Purnama Januari 2025 akan menjadi momen yang sangat baik untuk menikmati pemandangan langit malam, karena cahaya Bulan yang terang. Jika berada di wilayah yang berbeda, pastikan untuk memeriksa waktu setempat untuk mengetahui kapan waktu terbaik melihatnya. Untuk info

Bulan Purnama adalah salah satu fase bulan yang terjadi ketika Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan. Dalam posisi ini, sisi Bulan yang menghadap ke Bumi diterangi sepenuhnya sinar Matahari, menciptakan penampakan Bulan yang bulat sempurna.

Bulan Purnama Januari 2025

Dilansir laman Astronomy, Bulan Purnama Januari 2025 merupakan Bulan Purnama pertama tahun 2025. Bulan Purnama yang dijuluki Bulan Serigala ini terjadi pada Senin 13 Januari 2025 pukul 17.27.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tahun ini, fenomena Bulan Purnama terjadi sebanyak 12 kali, masing-masing dengan waktu dan nama tradisional yang mencerminkan musim atau fenomena alam. Seperti Bulan Purnama Januari 2025 yang dijuluki Bulan Serigala karena terinspirasi teriakan serigala yang lapar.

Bulan Purnama, Waspada Banjir Rob di Jatim

Berdasarkan informasi dari BMKG, Full Moon atau Bulan Purnama terjadi antara tanggal 11-15 Januari 2025. Fenomena ini berpotensi meningkatkan pasang maksimum serta surut minimum dengan ketinggian pasang antara 130-150 cm dari rata-rata ketinggian muka air laut.

ADVERTISEMENT

Beberapa wilayah pesisir di Jawa Timur diprediksi akan terdampak pasang maksimum, mulai dari Surabaya hingga Tuban. Berikut wilayah-wilayah diperkirakan akan mengalami banjir rob karena pasang maksimum saat Bulan Purnama Januari 2025.

  • Tanjung Perak Surabaya dengan ketinggian mencapai 130-150 cm pada pukul 20.00-24.00 WIB
  • Surabaya Timur meliputi Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo, Sampang, dan Kalianget dengan ketinggian pasang mencapai 120-130 cm pada pukul 20.00-24.00 WIB
  • Kawasan Surabaya Barat termasuk Gresik, Lamongan, dan Tuban dengan pasang maksimum mencapai 130 cm di siang hari pada pukul 11.00-14.00 WIB.

Bagaimana Bulan Purnama Pengaruhi Pasang Surut?

Bulan Purnama mempengaruhi pasang surut melalui tarikan gravitasi yang menyebabkan udara di permukaan Bumi membentuk tonjolan, menciptakan fenomena pasang dan surut. Ketika Bulan Purnama dan Bulan Baru terjadi, Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam posisi sejajar.

Kesejajaran ini memperkuat gaya gravitasi gabungan antara Matahari dan Bulan, menghasilkan "pasang surut musim semi". Pasang surut ini ditandai dengan perbedaan ekstrem, di mana pasang naik menjadi sangat tinggi, sementara pasang surut menjadi sangat rendah.

Beda Bulan Purnama dan Bulan Baru

Bulan Purnama terjadi ketika Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan. Pada posisi ini, sinar Matahari sepenuhnya menyinari sisi Bulan yang menghadap ke Bumi, sehingga tampak bulat terang di langit malam.

Sebaliknya, saat Bulan Baru, Bulan berada pada posisi sejajar antara Bumi dan Matahari. Akibatnya, sisi Bulan yang menghadap ke Bumi tidak menerima cahaya Matahari, sehingga tampak gelap dan hampir tidak terlihat dari permukaan Bumi.

Fenomena Bulan Purnama

Pada saat Bulan Purnama, Bulan terlihat terang dan bulat sempurna, menghiasi malam dengan keindahannya yang menawan. Ada beberapa fenomena terkait Bulan Purnama yang menarik perhatian. Berikut di antaranya.

1. Supermoon

Istilah ini diperuntukkan bagi Bulan Purnama yang sejajar dengan perigee bulan, yang merupakan titik terdekat Bulan dengan Bumi dalam orbitnya. Kedekatan ini membuat Bulan Purnama menjadi luar biasa besar dan bercahaya. Agar Bulan Purnama mendapat julukan Super Moon, jaraknya harus sekitar 90 persen dari jarak terdekatnya dengan Bumi.

2. Blue Moon (Bulan Biru)

Bulan Biru adalah Bulan Purnama kedua dalam satu bulan yang mengalami dua Bulan Purnama. Fenomena ini menghiasi langit kita kira-kira setiap 2,7 tahun. Meskipun istilah tersebut menyiratkan warna, namun tidak demikian.

Sebab, Bulan Biru tidak benar-benar berwarna biru. Sangat jarang, kondisi atmosfer seperti letusan gunung berapi baru-baru ini dapat membuat Bulan sedikit berwarna kebiruan, tetapi rona ini tidak terkait dengan istilah tersebut.

3. Harvest Moon

Terjadi paling dekat dengan ekuinoks musim gugur, biasanya pada bulan September, Harvest Moon sering kali terkenal karena warna jingga yang khas. Bulan Purnama ini terbit mendekati matahari terbenam dan terbenam mendekati matahari terbit, sehingga cahaya bulan terang bersinar lebih lama.




(hil/irb)


Hide Ads