Banjir melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur akhir-akhir ini. Banjir ini menjadi salah satu dampak dari cuaca ekstrem yang tengah terjadi.
Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS Dr Ir Amien Widodo MSi menjelaskan, salah satu pemicu utama terjadinya banjir adalah karena alih fungsi lahan, terutama di wilayah gunung dan hutan.
"Selama ini gunung isinya hutan, terus diubah jadi berbagai macam ada pertanian, wisata, pertambangan, dan lainnya. Padahal kalau itu hutan sebenarnya air hujan bisa meresap ke dalam gunung, lebih dari 80% bisa meresap. Tapi karena hutannya gak ada, berarti 80% itu mengalir sebagai air banjir dan mengerosi tanah," jelas Amien saat dihubungi detikJatim, Selasa (17/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor lainnya adalah pengaruh dari fenomena La Nina, sehingga meningkatkan intensitas serta curah hujan di wilayah Jawa Timur.
"Memang kita harus perhatikan terkait curah hujan beberapa hari ini lebih tinggi dari La Nina sehingga ada tambahan air hujan," tutur Amien.
Oleh karena itu, Amien menyampaikan beberapa hal sebagai upaya mitigasi bencana banjir. Mulai dari pengembalian fungsi lahan serta tidak membuang sampah di sungai.
"Kita harus mengembalikan lagi dan menghitung ulang, ada bagian di gunung yang harus dihutankan. Kemudian, kita harus mulai waspada karena sebagian besar seperti sampah, pohon, kayu dan lainnya bisa menghancurkan jembatan dan membuat air tersumbat sehingga air meluap," ujarnya.
Kemudian, menurutnya perlu tambahan saluran air maupun peninggian tanggul untuk mengontrol laju air.
"Sekarang ada tambahan (intensitas dan curah hujan) berarti saluran harus dibuat lagi. Atau ditinggikan tanggulnya jadi bisa menampung lebih banyak air," bebernya.
Amien juga menyebut, perlu ada sinergi antara masyarakat, pemerintah, maupun stakeholder lainnya untuk mitigasi terjadinya banjir.
"Kita harus bersama-sama, masyarakat harus melaporkan minimal misal di sini ada banyak sedimen perlu diambil. Pemerintah bisa diambil jadi tidak terjadi luapan air," pungkasnya.
(irb/hil)