Pakar ITS Beberkan Penyebab Tanah Bergerak di Sukabumi, Ternyata Karena Ini

ADVERTISEMENT

Pakar ITS Beberkan Penyebab Tanah Bergerak di Sukabumi, Ternyata Karena Ini

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 11 Des 2024 18:00 WIB
Pengendara motor melewati jalan retak dan amblas di Jalan Raya Baros - Sigaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (8/12/2024). Pergerakan tanah akibat hujan terus menerus tersebut menyebabkan jalan retak dan amblas sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/rwa.
Pergeseran tanah di Sukabumi. Foto: ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Jakarta -

Fenomena tanah bergerak baru saja terjadi di wilayah Sukabumi, Jawa Barat pada 4 Desember 2024 lalu. Masalah ini mengakibatkan 712 warga harus mengungsi ke lokasi yang aman.

Selain tanah bergerak, bencana lain seperti banjir bandang dan tanah longsor melanda wilayah tersebut. Apa sebenarnya penyebab tanah bergerak tersebut?

Pakar mitigasi kebencanaan dan perubahan iklim dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Ir Amien Widodo MSi menjelaskan penyebabnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perubahan Fungsi Lahan di Pegunungan

Menurut Amien, salah satu faktor yang membuat lahan bergerak dan longsor adalah pengalihan fungsi lahan di pegunungan. Perubahan ini tidak mendadak, melainkan terjadi dalam jangka waktu panjang.

Penyebab selanjutnya adalah pemotongan lahan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat mengisi lahan dengan bangunan.

ADVERTISEMENT

Kondisi tersebut menjadikan sudut kemiringan lereng menjadi kritis. Semakin banyak bangunan yang berada di lereng, maka retakan yang muncul semakin lebar dan banyak.

"Inilah yang biasa orang awam sebut sebagai tanah ambles," kata Amien dalam keterangannya yang dikutip dari laman ITS, Rabu (11/12/2024).

Pemanasan Global Perparah Kondisi

Faktor lain yang turut membuat pergerakan lahan di Sukabumi ini parah adalah pemanasan global. Pemanasan global memicu cuaca ekstrem dan meningkatkan intensitas hujan.

"Curah hujan yang tinggi seperti ini menjadi pemicu utama terjadinya tanah bergerak," jelas Amien.

Kemudian, aktivitas manusia menjadi penyebab besar lainnya menurut Amien. Pasalnya, permukaan tanah menjadi tidak dapat menyerap air hujan karena pembangunan.

"Proses ini mempercepat ketidakstabilan tanah, terutama di wilayah dengan banyak pemotongan bukit," jelas dosen Departemen Teknik Geofisika ITS tersebut.

Upaya Mengatasi Pergerakan Tanah di Sukabumi

Langkah yang bisa dilakukan warga atau pemerintah dalam mengatasi pergerakan tanah ini menurut Amien contohnya dengan mengembalikan fungsi hutan di bukit. Wilayah tersebut seharusnya dikonservasi.

"Kita perlu menghitung kembali kapasitas resapan dan aliran air di kawasan tersebut," ujarnya.

Peta kawasan rawan bencana pun perlu dibuat untuk mengedukasi masyarakat soal daerah-daerah rawan di Sukabumi. Amien memberi pesan kepada pemerintah setempat untuk menyusun regulasi tata ruang yang lebih baik.

"Ini saatnya berbagai pihak duduk bersama untuk mengatasi masalah ini secara terintegrasi," tegasnya.

Tak cuma di Sukabumi, langkah mitigasi tersebut menurut Amien harus diterapkan di wilayah-wilayah Indonesia lainnya yang rawan diterpa bencana hidrometeorologi misalnya banjir atau tanah longsor.

"Melalui regulasi yang tepat dan edukasi masyarakat yang baik, dampak bencana seperti ini dapat diminimalkan," pungkasnya.




(cyu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads