Sejumlah langkah dilakukan Pemprov Jawa Timur dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam. Menjelang musim hujan, apel siaga bencana digelar di Bendung Gerak Waru Turi, Kediri.
Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono menegaskan, pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk melakukan penanggulangan serta kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko bencana, terutama banjir.
Hal itu ditekankan Adhy Karyono usai mengikuti apel kesiapsiagaan menghadapi dampak bencana banjir di Bendung Gerak Waru Turi, Kabupaten Kediri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penanggulangan bencana, ditambahkan Adhy, harus dilakukan melalui sistem yang terintegrasi serta berkaitan dengan instansi lain.
Kolaborasi dan sinergi bisa dilakukan baik dengan pemerintah provinsi, pemerintah pusat, pemerintah daerah, forkopimda, unit-unit perusahaan, dunia usaha dan juga masyarakat sebagai relawan.
Dalam setiap kejadian bencana, personel yang diturunkan tidak hanya dari BPBD, tetapi juga seluruh personel terkait. Hal itu dilakukan untuk perbaikan sarana-prasarana, membuka akses jalan, jembatan dan juga membersihkan puing-puing reruntuhan.
"Saya tekankan tadi bahwa kita bukan single fighter. Kita harus berkolaborasi, bersinergi, bekerja sama dengan pihak lain. Dengan bersatu, bersama kita akan bisa mengatasi persoalan bencana," kata Adhy Karyono, Selasa, (05/11/2024).
Di wilayah provinsi Jawa Timur, selama beberapa waktu terakhir, ancaman bencana hidrometeorologi sudah terlihat seiring dengan datangnya musim hujan. Risiko bencana yang mengancam Jawa Timur mulai dari banjir hingga angin puting beliung.
Potensi bencana hidrometeorologi di Jawa Timur diperkirakan akan menjadi lebih besar di akhir bulan November dan Desember hingga Januari-Februari 2025. Hal tersebut bisa dilihat dari historis yang ada setiap tahun.
Apel kesiapsiagaan tersebut merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan. Ditambah dengan peningkatan kapasitas, simulasi, gladi lapang dan pengecekan alat.
"Hal itu penting. Karena nanti ketika terjadi tangkap darurat, maka tinggal mengaktivasi dan teman-teman pasukan sudah siap," tambahnya.
Peran penting kesiapsiagaan tersebut, menurut Adhy Karyono, terlihat dalam lima tahun terakhir dimana Indeks Risiko Bencana (IRB)Jawa Timur menurun secara signifikan.
"Kita bisa lihat lima tahun yang lalu, Jawa Timur yang IRB-nya tinggi menjadi sedang. Kita sedang upayakan terus setiap tahun untuk supaya menjadi rendah," jelasnya.
Adhy Karyono menuturkan, bencana akan selalu terjadi namun ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk menekan risiko adanya korban.
"Yang pertama bagaimana kesiapsiagaan personel kita dan peralatannya. Yang kedua adalah masyarakatnya untuk diedukasi melalui komunitas-komunitas (relawan) bencana," ungkapnya.
(hil/iwd)